Rekor Penonton Sepakbola Perempuan Akan Pecah di Inggris

Foto: Standard.co.uk

Setelah partai Atletico Madrid kontra Barcelona di Liga Iberdrola mencatat rekor dengan menarik 60.739 pasang mata di Wanda Metropolitano, sepakbola perempuan berlomba untuk memenuhi stadion. Tak lama setelah laga di Spanyol, Juventus dan Fiorentina ikut memecahkan rekor penonton sepakbola perempuan Italia. Allianz Arena bisa menampung 39.000 orang untuk menyaksikan partai krusial Serie-A itu.

Melihat fenomena ini, Inggris juga didorong untuk melakukan hal serupa oleh Phil Neville. Mantan bek Everton yang kini menangani tim nasional perempuan Inggris meminta klub-klub ternama Premier League untuk menggelar laga kaum hawa di stadion utama mereka.

Baca juga: Masa Depan Cerah Sepakbola Perempuan di Liga Spanyol

“Jika melihat pertandingan domestik sepakbola perempuan kita, Inggris sebenarnya jauh lebih baik ketimbang Spanyol ataupun Italia. Ketika Chelsea menjamu West Ham United di Kingsmeadow, 2.800 orang datang menyaksikan. Birmingham City lawan Arsenal di Solihull kedatangan 1.500 penonton. Itu adalah dasar yang kuat,” kata Neville.

“Saya perna menyaksikan partai di Spanyol, dan rata-rata hanya menarik minat 100 hingga 500 orang. Kita lebih stabil ketimbang mereka. Jika Arsenal main di Emirates, Manchester United membuka Old Trafford, atau Chelsea memberikan kesempatan untuk para pemain perempuan merasakan atmosfer Stamford Bridge, kita bisa melihat 30.000 hingga 40.000 penonton datang menyaksikannya,” jelas Neville.

Peningkatan Kualitas WSL

Foto: Independent

Rekor penonton di divisi sepakbola perempuan tertinggi Inggris, Women’s Super League (WSL), sejauh ini hanyalah 5.052. Itupun tidak terpecahkan lagi sejak 2012. Tapi melihat progres sepakbola perempuan di Inggris, potensi untuk menyaingi Serie-A ataupun Liga Iberdrola memang terbuka lebar.

Perusahaan farmasi, Boots, baru saja menandatangani kontra jutaan pauns dengan tim nasional Inggris. Kabarnya, mereka jadi sponsor tertinggi the Lionesses, mengalahkan aliran dana dari Vauxhall yang mencapai lima hingga enam juta pauns.

WSL juga baru mendapat sponsor utama dari Barclays. Sepakat menjalin kerja sama selama tiga tahun dan akan diberikan dana lebih dari 10 juta pauns oleh perusahaan asuransi yang juga menjadi sponsor Premier League itu.

Pemain paling subur sepanjang sejarah tim nasional perempuan Inggris, Kelly Smith, mengatakan bahwa hal ini merupakan tanda bahwa sepakbola sudah tidak memandang bulu. “Kini banyak perusahaan yang ingin memberi dukungan pada sepakbola perempuan dan mengajak talenta-talenta muda untuk bermain, meningkatkan partisipasi,” kata Smith.

“Partisipasi yang lebih banyak juga jadi salah satu target FA dan perusahaan-perusahaan ini telah membantu eksposur sepakbola perempuan. Sekarang, sudah banyak yang sadar bahwa perempuan juga bisa bermain sepakbola dengan kualitas bagus. Itu menarik bagi mereka, level dan standard permainan sepakbola perempuan tak seperti dulu,” tambahnya.

Kursi Kosong di Eropa

Foto: Turbine-Postdam

Menurut laporan DW, jumlah penonton sepakbola perempuan di Eropa sebenarnya tengah mengalami penurunan. Olympique Lyon, unggulan Women’s Champions League, tidak bisa mendapat rataan 1.000 pengunjung pada 2018/2019. Padahal pada musim 2013/2014, rata-rata penonton Lyon mencapai 4.500.

Lyon bukan satu-satunya kesebelasan yang mengalami jumlah penonton di pertandingan mereka. Peserta D1F lainnya juga menerima nasib serupa. Penonton Montpellier turun 49% dan Guingamp kehilangan 35% penghuni tribun mereka. Jerman juga mengalami masalah serupa, Wolfsburg yang bisa menarik 2.400 pengunjung pada 2013/14 hanya diisi sekitar 1.300 penonton pada pertandingan mereka selama 2018/19.

“Keberhasilan Spanyol menarik 60.000 massa untuk menyaksikan sepakbola perempuan tentu sesuatu yang positif. Tapi kenyataannya di Jerman, sangat sulit untuk bisa seperti itu. Pada 2013, kita bisa memperkirakan 2.000 pengunjung di setiap laga. Sekarang jadi hanya sekitar 1.500,” kata perwakilan Turbine Postdam, Stephan Schmidt.

Postdam merupakan salah satu kesebelasan terbaik di Jerman. Mengoleksi enam gelar Frauen-Bundesliga dan dua kali menjadi penguasa Eropa (2004/05, 2009/10). Namun jumlah penonton mereka menurun. Sementara jumlah penonton tim perempuan Bayern Munchen hanya mengalami peningkatan 97 orang. Padahal di 1.Bundesliga mereka adalah raksasa.

Efek Tim Nasional

Foto: Irish Mirror

Satu-satunya liga top Eropa yang tidak mengalami kesulitan memenuhi stadion untuk laga sepakbola perempuan hanya Inggris. Chelsea yang sebelumnya hanya menarik minat 537 orang pada 2013/2014 berhasil mendapat rata-rata 1.600 pengunjung di Kingsmeadow.

“Sepakbola perempuan benar-benar membuat dampak di negara ini. Semakin banyak laga yang disiarkan televisi. Investasi yang diberi untuk sepakbola perempuan kian besar. WSL juga terus menyebarkan hal ini ke anak-anak muda di Inggris. Menanamkan sepakbola ke mereka yang masih berusia tujuh sampai 15 tahun,” kata Manajer Pemasaran WSL Daniel Ferguson.

Kunci keberhasilan Inggris membuat sepakbola perempuan tumbuh adalah prestasi tim nasional. “Setelah Piala Dunia 2015 kita melihat angka penonton melonjak 33%,” kata Craig. Sementara masalah di Jerman juga berkaitan dengan tim nasional mereka. Tapi Stephan Schmidt tidak berharap kepada sesuatu yang instan.

“Jika tim nasional Jerman melangkah jauh di Piala Dunia 2019, jumlah penonton pasti akan bertambah. Namun, jangan sampai itu jadi sebuah fenomena sesaat. Liga butuh sesuatu yang stabil untuk masa depan,” kata Schmidt.

Melihat peningkatan tim nasional perempuan Inggris dari peringkat 11 FIFA pada 2013 ke posisi tiga dunia (per Maret 2019), ide Phil Neville seharusnya bisa dicoba. WSL seharusnya bisa mengalahkan Atletico Madrid dan memecahkan rekor penonton sepakbola perempuan di Eropa.