Resep Keberhasilan Dean Smith untuk Aston Villa pada Musim Ini  

Setelah berhasil meloloskan Villa dari jurang degradasi pada musim lalu, banyak yang menyangka bahwa Villa akan kembali kesulitan untuk mengarungi musim Premier League 2020/2021. Nyatanya anggapan tersebut mulai terkikis, karena hingga gameweek kedelapan, Villa (walau sebenarnya baru menjalani 7 laga) berhasil meraih 15 poin.

Villa berhasil mengalahkan Sheffield United 1-0 pada laga perdana Premier League (seharusnya laga kedua, karena laga kontra Man City ditangguhkan), tim asuhan Dean Smith ini menang 3 kali berturut, termasuk saat menjungkalkan Liverpool dengan skor 7-2. Raihan mencengangkan tersebut otomatis membuat prediksi bahwa Villa akan menjadi salah satu kesebelasan yang patut diperhitungkan.

Sebenarnya, apa saja “resep”yang dilakukan eks manajer Brentford ini terhadap Aston Villa secara taktikal?

Melakukan Perubahan Formasi Dasar

Secara garis besar, Dean Smith dikenal sebagai pelatih yang gemar memperagakan permainan menyerang dengan formasi dasar 4-3-3. Formasi ini pula yang kebanyakan dirinya terapkan pada skuat Villa musim lalu (2019/2020).

Berbeda dengan musim sebelumnya, di musim 2020/2021 ini, Smith melakukan ubahan dengan memesang formasi dasar 4-2-3-1. Formasi kesukaannya kala membesut Brentford 3 musim lalu.

Sebenarnya, penulis menganggap bahwa Smith melakukan sedikit tweaking, karena pada dasarnya ketika Villa melakukan penguasaan bola, pola 4-3-3 akan tetap terbentuk dengan naiknya Jack Grealish ke sisi kiri Oli Watkins dan Mahmoud Trézéguet yang naik ke sisi kanan.

Bedanya, masuknya Ross Barkley yang dipinjam dari Chelsea memunculkan peran baru. Dalam skema 4-2-3-1 Villa, Barkley memagang peranan sebagai pemain “Nomor 10” yang menciptakan peluang sekaligus ruang, khususnya pada Ollie Watkins. Kerapkali Barkley bertindak sebagai “penyerang bayangan”. Berbeda pada musim sebelumnya, Villa menempatkan Conor Hourihane yang bergerak dari gelandang tengah pada skema 4-3-3.

Gambar atas menunjukkan transisi serang Villa yang menempatkan Barkley masuk bergerak dari dalam untuk membentuk pola 2 pemain di depan (vs Arsenal)

Gambar atas menunjukkan Barkley yang masuk membentuk pola 2 penyerang di depan (vs Leicester City)

Sedangkan pada musim ini, skema dasar 4-2-3-1 akan berubah menjadi 4-3-3 atau 4-2-2-2 dengan menempatkan Ollie Watkins dan salah satu dari beberapa opsi gelandang bertipikal menyerang yang mereka miliki (Grealish, Barkley, Trezeguet/Traore) untuk menyokong Watkins.

Dalam transisi bertahan, Dean Smith menjadikan pola 4-2-3-1 nya ini menjadi 4-4-2 low-block daripada membentuk 4-5-1. Hal ini mungkin dimaksudkan untuk lebih memaksimalkan potensi skema serangan balik yang mungkin didapatkan Villa di sepertiga area lawan.

Dean Smith dikenal sebagai salah satu pelatih asli Inggris yang gemar memainkan sepakbola reaktif dan juga ingin timnya menguasai bola. Berbeda dengan tren kebanyakan pelatih di Premier League yang memainkan build up dari kaki ke kaki secara lambat seperti yang dilakukan Pep Guardiola di Manchester City atau Marcelo Bielsa di Leeds United, Smith justru menginginkan timnya untuk bergerak sangat cepat. Hal ini pula yang banyak memengaruhi pembelian pemainnya di musim ini.

Villa memainkan permainan intensitas tinggi, dibangun dengan high pressing. Trezeguet dan Ollie Watkins berperan untuk membantu Barkley dan Jack Grealish dalam mengganggu pemain bertahan lawan. Hal ini membuat lawan harus menembakkan long-ball atau bermain rigid. Ketika ini terjadi, dua gelandang mereka, John McGinn dan Douglas Luiz melakukan drop-down, berusaha menghilangkan ruang yang tersisa di celah antar lini.

Pendekatan mereka sangat sistematis dan meskipun menguntungkan sisi kiri, mereka berusaha mengarahkan bola ke depan secepat dan sesering mungkin. Itu dibuktikan lebih lanjut dengan rataan 14,9 tembakan mereka per pertandingan (terbaik ke-2) dan 7 gol dari permainan terbuka (terbaik ke-2 di liga), meskipun secara presentase penguasaan bola, mereka hanya memiliki 47,4% (terbaik ke-14 di liga). Data: Whoscored

Hal tersebut membuktikan bahwa Villa sangat efektif dalam menciptakan peluang. Kekuatan berlari, kemampuan di area sempit dan kecepatan dribbling pemain seperti Jack Grealish, John McGinn dan -sekarang- Ross Barkley, akan terus menjadi penting untuk permainan The Villans.

Tapi operan vertikal dan gerakan off-the-ball untuk maju mungkin akan terjadi secara signifikan. Sejauh ini Villa telah membuat 64 operan panjang per pertandingan sejauh ini di liga, tertinggi keenam di Premier League musim ini.

Penambahan Skuat yang Cocok Dengan Skema

Dibandingkan dengan daftar belanja Villa musim lalu, pada musim ini Dean Smith memilih untuk menambal beberapa kelemahan mereka saja di musim lalu. Total 74,12 juta Paun mereka belanjakan kepada nama Ollie Watkins (penyerang/Brentford), Bertrand Traore (sayap kanan/Lyon), Emiliano Martinez (kiper/Arsenal), Matty Cash (bek kanan/Nottm Forest), serta Ross Barkley yang dipinjam dari Chelsea.

Jumlah ini separuh dari total belanja mereka pada musim 2019/2020 yang mencapai 143.19 juta Paun (sumber: Transfermarkt).

Seperti yang telah dibahas pada pembahasan sebelumnya, Smith menginginkan transisi cepat dari bertahan ke menyerang dengan secepat mungkin. Hal ini pula yang dapat dilihat dari pemilihan pemain tambahan pada musim ini.

Ollie Watkins, misalnya. Banyak yang tak mengetahui, bahwa selain status Watkins sebagai “top of the cream” di divisi Championship, bahwa ada faktor lain yang membuat Watkins langsung nyetel di Villa. Smith pernah melatih Watkins selama semusim di Brentford musim 2017/2018. masih dengan pola 4-2-3-1, namun kala itu Watkins ditempatkan sebagai inside forward untuk mendampingi Neal Maupay. Pemain bernama lengkap Oliver George Arthur Watkins mencetak 10 gol dari total 39 laga.

Satu lagi yang patut mendapat acungan jempol adalah usahanya untuk merekrut (secara pinjaman) gelandang milik Chelsea, Ross Barkley. Banyak yang menyangka bahwa Barkley adalah pemain Inggris yang overrated, namun berkat pemilihan peran dan arahan tepat Dean Smith, potensi gelandang pemilik 33 caps Three Lions ini seakan kembali terasah. Barkley bahkan langsung mencetak 1 gol pada laga debutnya, yakni pada laga pembantaian 7-2 kontra Liverpool.

Di lini bertahan, banyak yang tak menyoroti kontribusi yang diberikan Matty Cash. Pada musim debutnya di Premier League, Cash menunjukkan kelasnya sebagai bek kanan masa depan Inggris. Sejauh ini saja, Cash telah membuat rataan 3,3 tekel per laga, 3,7 sapuan bola dan 3 intersep per laga. Hal ini membuatnya menjadi pemain bertahan paling impresif bagi Villa, bersanding dengan Tyron Mings.

***

Dengan awal yang fantastis untuk musim Liga Premier 2020-21, Aston Villa terlihat lebih dari sekadar bertahan musim ini. Setelah menjalani laga ke-7 nya di liga, tim Dean Smith kini berada di peringkat ke-6 (kalah defisit gol dengan Chelsea). 5 kemenangan, termasuk membantai juara bertahan, membuat Villa berubah menjadi tim yang patut dirisaukan para lawan-lawan di Premier League.

Pendekatan yang lebih direct, penggunaan set-piece yang efisien dan strategi pressing mid-block mereka menjadi faktor yang bisa digarisbawahi. Dan yang mungkin yang paling menarik disorot adalah bagaimana Dean Smith berhasil memotivasi para pemain top mereka, seperti Jack Grealish, Tyrone Mings, dan gelandang box-to-box mereka John McGinn untuk tampil lebih menggila di musim ini. Dengan resep serta tambahan amunisi yang masuk, Dean Smith bisa saja membuat Villa menjadi tim yang seharusnya: Tim bersejarah Premier League yang kerap mengancam di tiap musim.