Robin Olsen, dari Skandinavia ke AS Roma

Direktur Olahraga AS Roma, Monchi, pernah berkata bahwa jika dirinya keluar dari klub tersebut, silakan Alisson Becker dijual. Toh pada akhirnya, Becker justru dijual ke kesebelasan lain dengan harga kiper paling mahal, yaitu 72,5 juta euro.

Kemudian Robin Olsen dari FC Copenhagen telah ditetapkan Monchi sebagai pengganti Becker dengan biaya 8,5 juta euro ditambah bonus 3,5 juta euro. Di dalamnya ada kesepakatan Copenhagen akan mendapatatkan hak 10 persen jika Roma menjual Olsen pada suatu hari nanti.

Saat ini Olsen menjadi pemain baru Roma ke-13 dan akan menggunakan nomor punggung satu milik Becker sebelumnya. Kiper kelahiran 8 Januari 1990 itu diikat Roma selama lima musim sampai Juni 2023.

“Ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan bagi saya untuk pergi ke klub hebat seperti AS Roma,” ujar Olsen. “Sekarang petualangan menanti di Roma untuk saya dan keluarga saya dan saya tidak sabar untuk memulainya,” sambungnya seperti dikutip dari situs resmi Copenhagen.

Olsen memenangkan perlombaan dari Alphonse Areola dan nama kiper lain yang dikaitkan dengan Roma sepanjang musim panas ini. Padahal Areola telah menanamkan keyakinan lebih besar di seluruh basis pendukung Roma. Margin Areola untuk tiba di Roma lebih besar bagi para pendukung kesebelasan tersebut.

Monchi justru memilih kualitas Olsen yang tidak banyak diketahui kecuali selama Piala Dunia. “Robin (Olsen) adalah kiper dengan pengalaman internasional. Dan saya pikir dia bisa membawa level itu ke Roma bersamanya. Saya yakin dia bisa membangun kualaitas yang telah membuatnya dengan kuat membuktikan dirinya sebagai nomor 1 di Swedia,” ujar Monchi dikutip dari ESPN FC.

Kualitas yang belum banyak diketahui itulah yang akan tetap menjadi risiko besar bagi Roma. Meskipun biaya transfer Olsen tujuh kali lebih murah daripada penjualan Becker. Di siis lain, cukup banyak yang menyesali pilihan Monchi kepada Olsen jika dilihat dari ragam komentar di media sosial.

Olsen bisa menentukan pertaruhan dan risiko terbesar Monchi. Terbesar sejak Monchi datang dari Sevilla saat pertengahan dua musim sebelumnya. Wajar karena betapa sensasionalnya Becker mengawal gawang Roma selama musim lalu. Monchi pun jadi mengambil risiko terbesar di area yang menjadi sangat penting sejak kepergian Becker. Melalui transfer ini, apapun situasinya, Monchi siap untuk melempar dadu kepada kiper baru Roma saat ini.

 

Belum Pernah Sukses di Luar Skandinavia

Olsen pernah berniat pensiun dini pada usia 17 tahun karena cedera lutut. Karirnya bisa diteruskan karena dukungan dari tim medis Bunkeflo IF, akademi sepakbola di Swedia. Olsen sendiri memang menghabiskan sebagian besar karirnya di wilayah Skandinavia. Karinya mulai mencuat ketika membela Malmo FF yang merupakan kesebelasan besar di Swedia pada 2012 silam.

Olsen harus bersaing dengan Johan Dahlin yang merupakan kiper utama Malmo saat itu. Olsen baru mendapatkan debutnya di Malmo ketika menggantikan Dahlin yang mendapatkan larangan pertandingan pada Oktober 2012. Olsen yang dipercaya saat itu berhasil mengakhiri laga tanpa kebobolan sehingga Malmo mengalahkan Syrianska FC dengan skor 2-0.

Tiga tahun selanjutnya, Olsen mencoba beranjak dari tanah Skandinavia untuk memperkuat PAOK untuk musim 2015/2016. Tapi ia cuma bertahan setengah musim di luaran Skandinavia dan kembali ke tanah kawasan tersebut. Kiper setinggi 198 cm itu pun memilih bergabung dengan Kopenhagen pada Januari 2016.

“Dia bergabung dengna kami dengan status pinjaman dari PAOK ketika Stephan Andersen cedera. Dia benar-benar memanfaatkan peluang itu dan kami menandantanganninya dengan biaya yang masuk akal. Sejak itu dia telah tampil luar biasa kuat untuk kami,” celoteh Stale Solbakken selaku Manajer Copenhagen.

Olsen telah memainkan 100 pertandingan dan memenangkan dua gelar Liga Super Denmark ditambah dua Piala Denmark bersama Copenhagen. “Saya memiliki waktu yang fantastis di FC Copenhagen yagn memungkinkan saya untuk mencapai di level ini. Saya telah memenangkan gelar dan medali dan bermain di pertandingan Eropa. Dan saya telah membangun hubungan yang kuat dengan banyak orang di klub dan tidak setidaknya untuk penggemar,” kata Olsen.

Gelar-gelar itulah yang membuatnya bisa mencicipi babak penyisihan grup Liga Champions. Olsen pun dipanggil tim nasional (timnas) Swedia pada 2015 dengan dilematis karena ia juga bisa memperkuat Denmark. Pilihan dua negara itu karena orang tuanya memiliki darah Denmark dan Swedia.

Pada akhirnya, mantan pemain IFK Klagshamn itu lebih memilih membela Swedia. Lagipula sulit bagi Olsen untuk menjadi kiper utama Denmark karena ada Kasper Schmeichel. Ketangguhan Olsen membuatnya menjadi kiper utama Swedia sejak Piala Eropa 2016 di Prancis. Olsen baru kembali keluar dari zona nyamannya dengan berkiprah di Italia saat ini.

Hal ini juga menjadi salah satu keraguan para pendukung Roma mengenai adaptasi Olsen bersama sepakbola Italia. Kedatangan Olsen seolah mengingatkan Roma kepada Marten Stekelenburg. Ia adalah kiper yang sukses membawa Belanda ke Final Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.

Modal Robin Olsen di AS Roma

Memang sulit membayangkan Olsen mencapai tingkat yang lebih tinggi dari di mana dia berada sekarang. Olsen datang dari musim yang tidak spektakuler bersama Copenhagen. Pada Maret lalu, ia mendapatkan cedera patah tulang selangkangan.

Lagi-lagi ia ditolong tim medis sehingga berhasil ke lapangan tepat waktu dan tampil di Piala Dunia 2018 di Rusia. “Saya juga ingin mengirim ucapan terima kasih khusus kepada staf medis yang hampir bekerja 24 jam sehari agar saya siap untuk Piala Dunia,” ujar Olsen.

Perjuangan Olsen untuk tampil pada Piala Dunia pertamanya tidaklah mudah. Ia harus menyingkirkan Belanda dan Italia terlebih dahulu pada fase kualifikasi. Olsen salah satu aktor di balik keberhasilan Swedia melangkah hingga delapan besar Piala Dunia 2018 di Rusia. Ia menjadi sosok tanguh di bawah mistar gawang dan berhasil mengakhiri tiga pertandingan tanpa kebobolan.

Hanya empat gol yang bersarang di gawang kiper 28 tahun tersebut. Olsen juga melakukan 11 kali penyelamatan agar menjaga gawangnya tidak kebobolan. Di sisi lain, klub dari Denmark tidak terlalu sering terlibat dalam transfer pada tingkatan seperti ini.

“Di mana kami menjual ke klub yang musim lalu bermain di semifinal Liga Champions. Dan ketika Anda ingat bahwa Robin terluka parah pada Bulan Februari. Maka itu adalah hasil yang laur biasa untuk kita semua,” tutur Solbaken.

“Kita bisa sangat bangga dengan transfer ini. Terutama di departemen medis kami yang berhasil membuat Robin Olsen siap untuk Piala Dunia yang pasti mempengaruhi biaya transfer. Kami berharap Robin Olsen dan keluarganya semua yang terbaik di Italia,” ucapnya lebih lanjut.

Di Roma sekarang, Olsen akan dilapis Antonio Mirante dan Daniel Fuzato yang keduanya pun adalah kiper baru kesebelasan tersebut. Secara fisik, Olsen punya semua karakteristik yang dicari kepada seorang kiper. Tapi ia tidak punya kemampuan untuk bermain dengan bola dengan kakinya.

Hal itu adalah kekhawatiran dan bisa menjadi masalah untuk gaya bermain Eusebio Di Francesco menuntut para pemainnya memainkan umpan-umpan satu dua sentuhan. Selama di bawah Di Francesco, kiper juga turut berperan dalam build-up serangan dari belakang. Hal itu ditunjukan dari catatan Becker selama tampil di Liga Champions 2017/2018.

Kiper asal Brasil itu melepaskan 15,4 umpan akurat perlaga. Rataan itu lebih besar dibandingkan penampilan Olsen saat membela Copenhagen di Liga Eropa 2017/2018. Olsen cuma melepaskan 12,1 umpan akurat di setiap pertandingannya.Tapi penyelamatan penting Olsen lebih besar dibandingkan Becker.

Robin Olsen sanggup melakukan 2,67 kali penyelamatan penting ketimbang rataan Becker sebanyak 2,4 per laga. Gaya Olsen dalam menjaga gawang adalah lebih sering mengandalkan tinju daripada tangkapan. Rataan tinju Olsen perlaga mencapai 0,50 dibandingkan Becker yang cuma melakukan 0,09 kali.

Tapi Olsen juga rentan melakukan kesalahan dan ini bisa menjadi bencana. Pada saat Piala Dunia 2018 pun kecerobohan Robin Olsen banyak ditolong para pemain belakangnya. Meskipun demikian, Roma bisa berharap kepada Pelatih Kipernya, Marco Savorani, bisa membantu dan meringankan adaptasi Olsen ke sepakbola Eropa yang lebih besar lagi.

Sumber lain: Euro Fantasy League, Squawka