Tentang Dicaprio dan “Penipuan” Bernama Alexis Sanchez

“Leonardo Dicaprio Tewas Usai Terlibat Kecelakaan Beruntun”

Begitulah judul sebuah berita yang saya baca beberapa hari yang lalu. Saat melihat judulnya, secara spontan berita itu di-klik untuk memastikan apa yang membuat idola saya meninggal secara tragis. Baru saja satu paragraf, saya tersadar. Asem! Ini bukan Leonardo DiCaprio yang aktor itu! Melainkan ada seorang warga setempat yang memiliki nama yang sama dengan aktor terkenal.

Karena judul berita tersebut, tentu saja tak hanya penulis melainkan banyak netizen yang merasa tertipu. Alih-alih mendoakan almarhum, pembaca akan dibuat kesal karena tertipu judul berita yang memang bernuansa clickbait. Dibalik rasa kesal, saya mendoakan semoga almarhum dapat beristirahat dengan tenang.

Membaca “DiCaprio” tadi, saat itu penulis langsung teringat kapan persisnya mengenal Leonardo DiCaprio yang asli. Aksinya pada film Titanic terlalu sulit untuk dikagumi aktingnya, karena saat film itu rilis, usia saya masih terlalu kecil. Rupanya di antara film-film yang dibintanginya, ada satu film yang selalu membuat decak kagum hingga kini dan selalu jadi rekomendasi bagi siapa saja yang bertanya film apa yang bagus untuk ditonton.

“Catch Me If You Can” judul film yang paling berkesan bagi saya. Film tersebut rilis pada tahun 2002, ketika usia penulis 12 tahun saat itu. Dreamworks Pictures sebagai pemegang distribusi menaruh slogan: The true story of real fake yang artinya sebuah kisah nyata tentang penipuan yang asli. Dibintangi oleh Leonardo DiCaprio, Tom Hanks, serta diproduseri Steven Spielberg, sudah pasti mudah ditebak ini adalah keberhasilan besar.

Di film ini, DiCaprio berperan sebagai Frank Abegnale Jr., seorang penipu ulung di dunia nyata yang akhirnya diangkat menjadi novel olehnya sendiri yang berjudul sama, sebelum akhirnya diproduksi dan disutradarai oleh Spielberg. Ceritanya, Abegnale yang merupakan anak yang broken home kemudian secara tidak sengaja menjadi penipu ulung, mulai menjadi guru, dokter, pengacara, hingga pilot, hingga akhirnya menjadi pemalsu cek nomor wahid. Aksi kriminal Frank tentu saja diendus oleh biro kriminal FBI.

Akting memukau DiCaprio di film ini membuat banyak orang terkagum. Penulis bahkan sempat bercita-cita menjadi penipu ulung seperti Abegnale. Namun tentunya urung karena uang hasil menipu tidaklah berkah.

Di dunia sepakbola, urusan tipu-menipu bukan tidak mungkin terjadi. Bahkan, pada medio 90-an sempat ramai tentang kasus Ali Dia, seorang pemain sepakbola yang mengaku-ngaku sebagai sepupu dari George Weah, pemain AC Milan yang baru menggondol Ballon d’Or tahun 1996.

Anehnya, Graeme Souness, pelatih Southampton saat itu percaya saja dengan aksi Dia yang menelponnya langsung. Dalam percakapannya, Dia yang berperan sebagai George Weah, merekomendasikan dirinya sendiri (Ali Dia) untuk bermain untuk Southampton. Seperti aksi Abegnale, Dia pun berhasil bermain untuk Southampton! Bahkan dirinya diturunkan sebagai pemain pengganti untuk menggnatikan sang maestro, Matt Le Tissier pada laga Southampton kontra Leeds United!

Berbagai media memberi pujian kepada Dia. Seperti The Times yang menaruhnya di peringkat pertama dalam “Top 50 Worst Footballers”, kemudian “Top 10 Rubbish Footballers” versi The Sun.

“Penipuan” bernama Alexis Sanchez

Berniat mengulangi kesuksesan Robin Van Persie, pada musim dingin 2018, Manchester United mendatangkan Alexis Sanchez ke Old Trafford. Prestasinya di klub sebelumnya memang mentereng: mengangkat 5 trofi bersama Barcelona, mengangkat 2 trofi bersama Arsenal dan juga timnas Chile. Plus, 60 gol dari total 122 penampilannya di Emirates Stadium.

Red Devils yang masih ditukangi Jose Mourinho perlu lebih anyak striker berpengalaman sepeninggal perginya Wayne Rooney ke Everton. Seorang Romelu Lukaku dirasa tak cukup melapis kedalaman skuat. Bahkan karenanya, Manchester United terlihat frustrasi dengan kembali merekrut Zlatan Ibrahimovic yang sempat dilepas. Maka dengan hadirnya Alexis si lini depan, harapan United untuk tidak di-bully tetangganya musim itu sangat besar. Sebelum berganti seragam, striker timnas Chile ini bahkan sempat mencetak 7 gol dan 3 asis di paruh pertama EPL buat Arsenal.

Baik Manchester United dan Alexis Sanchez, keduanya memang saling membutuhkan. Alexis tentu saja bosan puasa gelar liga di Arsenal. Juara liga di Barcelona tak ia hitung karena ia pemain figuran. Manchester United perlu lebih dari seorang Lukaku yang ternyata tak tajam-tajam amat. Seorang Henrikh Mhkitaryan yang direkrut 30 juta euro sampai mereka korbankan untuk deal ini. Bahkan demi Sanchez, mereka rela melakukan “tukar guling” dengan menambah 34 juta euro lagi.

Dengan harapan membumbung, nomor punggung keramat “7” diberikan untuk Sanchez. Selama paruh musim kedua, jumlah golnya tak mampu melebihi nomor punggungnya. Dari total 45 penampilan di segala ajang, ia hanya mencetak 5 gol saja. Padahal, gajinya per pekan plus klausul bonus dll. bisa mencapai 500 ribu paun per pekan!

Muncul banyak analisis mengenai kesulitan adaptasi Sanchez di Old Trafford. Ada yang menyebut gaya bermain United terlalu pragmatis, sehingga Sanchez harus melakukan tugas kotor seperti tekel. Hal yang tak ia lakukan di klub-klub sebelumnya. Ada juga yang menyebut bahwa mental Sanchez yang kekanak-kanakan akibat terlalu dikarbit (dipaksa matang sebelum seharusnya) saat menjadi pemain muda menyebabkan ia terlalu ingin dimanja. Mourinho sang manajer pun pernah memberikan dukungan secara personal kepada Sanchez. Sayang, hubungan keduanya pupus karena Mou kadung dipecat.

Rob Dawson, jurnalis ESPN menyebut bahwa Alexis Sanchez sebagai “rekrutan terburuk yang pernah bermain di Old Trafford”. Tak hanya jumlah golnya, Sanchez ditengarai mengakibatkan instabilitas neraca keuangan United. Bahkan, ia menyebut kesulitan negosiasi kontrak David De Gea serta kegagalan mencapai deal perpanjangan kontrak Ander Herrera salah satunya akibat membayar gaji tinggi Sanchez.

Laman Balls.ie menyebutkan, untuk 5 gol dan 45 penampilan yang dibuat Sanchez, maka Manchester United telah menghabiskan uang sebesar 69,578,668 paun. Dengan sisa kontraknya hingga 2022, mereka akan membayar sebesar lebih dari 80 juta paun. Artinya, MU bisa membeli dua Harry Maguire.

Celakanya pula, saat tak bermain bersama United nanti, lagi-lagi mereka harus menalangi besaran gaji Sanchez yang tak dapat dicover Inter, yakni 6 juta paun hingga 10 bulan kedepan.

Seperti penulis yang tertipu judul berita tewasnya Dicaprio, atau Southampton kala merekrut Ali Dia, mungkin manajemen Manchester United merasakan kekesalan yang sama oleh sebuah kenyataan menyebalkan dalam kehidupan: Tertipu. Untungnya, saya tak harus mengeluarkan uang berjuta-juta paun seperti yang pernah dan masih akan United lakukan.