Tentang Kesempatan yang Selalu Dicari Yanto Basna

Foto: Frasetya Vady Aditya.

Dalam hidup, ada yang mengungkapkan bahwa kesempatan hanya datang sekali. Tak ada kesempatan yang datang untuk kedua kali.

Namun, dalam acara Stand Up di sebuah pesantren di Krapyak, salah satu komika Indonesia yang bernama Dzawin Nur, menjabarkan mengenai sebuah konsep kesempatan yang baru. Saat itu, ia membagi-bagikan uang dalam tiga kesempatan.

Pada kesempatan pertama, ia membagikan selembar uang 100 ribu rupiah, dan ada salah satu santri yang mengambil uang tersebut. Dzawin mengungkapkan, bahwa kesempatan itu harus diciptakan, bukan diminta. Pada kesempatan kedua, ia kembali mengeluarkan lima lembar uang 100 ribu rupiah, tapi ia memasukkannya kembali.

Ia mengungkapkan bahwa tak ada namanya kesempatan kedua. Lalu, untuk ketiga kalinya ia kembali mengeluarkan uang. Awalnya santri tak ada yang mau, namun, akhirnya ada satu santri yang maju. Dzawin pun memberikan uang kepada santri tersebut, sembari mengungkapkan.

“Kesempatan memang tak akan datang dua kali, tapi kesempatan akan datang kepada orang yang tidak mau berhenti mencoba,” sebuah ucapan yang disambut tepuk tangan riuh para santri.

Dari sekeping peristiwa di atas, dapat dilihat bahwa kesempatan, baik itu kedua, ketiga, atau keempat, akan selalu ada. Ia sedang menanti di sana–laiknya momen–, menunggu seseorang mencari, lalu kemudian memberikan sinarnya kembali pada mereka yang tak lelah berusaha menemukannya.

Hal itulah yang mewarnai perjalanan Yanto Basna. Ia pernah kehilangan kesempatan, namun berhasil menemukannya kembali.

Basna, Cemerlang Bersama Mitra Kukar dan Persib, tapi Melempem Bersama Timnas

Ketika ia masih berusia 20 tahun, Basna dianggap sebagai salah satu pemain potensial. Di tengah cengkraman sanksi FIFA yang melanda Timnas Indonesia, munculnya bakat Basna ini tentu menjadi berkah tersendiri.

Basna mekar kala Mitra Kukar sukses keluar sebagai juara Piala Jenderal Sudirman 2015. Duetnya bersama Artur Cunha menjadi momok tersendiri bagi lawan. Kala itu, banyak pihak menyangka bahwa ia bukanlah sosok asal Papua. Rata-rata orang-orang mengira bahwa ia adalah pemain asing.

Nyatanya, Basna asli dari Papua. Ia lahir di Sorong, dan juga pernah ikut tim SAD Uruguay. Ia juga pernah masuk Timnas U-19 di masa mudanya, meski hanya tim kedua. Sejak tampil apik di Piala Jenderal Sudirman, nama Basna melejit. Maklum, jarang-jarang ada bek asli kelahiran Papua. Dulu, sempat ada nama Aples Tecuari.

Usai melejit bersama Mitra Kukar, Basna semakin dikenal ketika ia memutuskan membela Persib Bandung. Di Persib, ia berduet bersama Vladimir Vujovic dan belajar dari sosok-sosok senior macam Tony Sucipto dan Supardi. Hal itu menjadikan Basna lebih dewasa, baik secara sikap maupun penampilan.

Selama ajang Indonesian Soccer Championship 2016, ia unjuk gigi. Total kebobolan Persib yang hanya mencapai angka 33, salah satunya adalah berkat andil Basna. Atas penampilannya itu, ia pun diganjar sebuah kesempatan untuk membela Timnas Indonesia di level senior, ajang Piala AFF 2016.

Namun, di ajang Piala AFF 2016 inilah, Basna mendapat ujian yang berat. Penampilan buruknya ketika di fase grup, terkhusus ketika mereka menghadapi Thailand, membuat Basna banjir cacian. Bahkan, ketika ia didakwa tidak bisa main di leg pertama semifinal Piala AFF 2016 karena akumulasi, banyak suporter yang mensyukurinya.

Penampilan buruk di Piala AFF 2016 ini berimbas di level klub. Tak lagi membela Persib, ia memutuskan membela Sriwijaya FC. Di klub berjuluk ‘Laskar Wong Kito’ tersebut, Basna tidak tampil sementereng ketika di Persib. Alhasil, pintu Timnas sulit lagi terbuka baginya.

Namun, jalan untuk jadi lebih baik, memang harus melalui jalan berliku, jelek, dan penuh tikungan terlebih dahulu. Tahun 2018 jadi tahun kebangkitan Basna.

Memutuskan Hijrah ke Thailand, Pintu Timnas Kembali Terbuka

Pada 2018, Basna memutuskan menyeberang ke negera tetangga Indonesia, Thailand. Di sana, ia bermain di Khon Kaen. Meski bermain di Divisi II (Thai League 2), Basna bergeming. Ia seperti yakin bahwa Thailand akan mengubahnya jadi lebih baik.

Ternyata memang benar, di Khon Kaen, Basna jadi sosok yang berbeda. Seperti yang ia akui, Liga Thailand, meski hanya di level Thai League 2, mengubah dirinya jadi lebih disiplin. Ia pun mengaku bahwa kualitasnya meningkat selepas main di Thailand.

“Kalau mau mendapat bayaran besar, jangan di Thailand, tapi pergilah ke Malaysia. Tawaran itu datang kepada saya. Tapi, bukan itu yang saya cari,” ujar Basna.

“Saya ingin meningkatkan kualitas, karena saya masih muda. Kalau mau berkualitas, maka cari peluang sebanyak mungkin main di liga yang berkualitas juga,” lanjutnya.

Motivasi untuk jadi lebih baik ini berbuah hasil. Basna sukses mengantarkan Khon Kaen finis di posisi empat Thai League 2. Bukan cuma itu, ia juga mendapat julukan “The Wall of Khon Kaen”. Dari situ, dapat dilihat betapa pentingnya sosok Basna di Khon Kaen ini.

Alhasil, ada dua hal baik yang langsung mendekati Basna: tawaran dari Sukhothai FC yang bermain di Thai League 1, serta panggilan kembali membela Timnas dari Simon McMenemy. Dua hal yang tentunya tidak ditolak oleh sosok yang masuk 12 Juni ini, genap berusia 24 tahun.

Basna pun tentu tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang sudah ia cari sejak lama ini. Bersama Timnas, ia tampil maksimal. Teraktual, ia tampil garang bersama Timnas ketika bertandang ke markas Yordania. Ada tiga blok penting yang ia lakukan, selain tentunya berbagai intersep yang juga membuat serangan Yordania acap terhenti.

Terlepas dari kebobolan empat gol yang diderita Timnas, Basna tetap mampu menunjukkan sinarnya. Meski diprediksi tidak akan main di laga lawan Vanuatu, gerak-gerik yang ia tunjukkan kala berhadapan dengan Yordania seolah bicara bahwa “Ini Basna, dan aku siap bersaing!”

Yah, hasil usaha bermain di Thailand, sampai-sampai membuka kesempatan untuk bermain kembali di Timnas dan Thai League 1, memang tidak akan mengkhianati. Oiya, jangan lupa bahwa Basna masuk 11 pemain potensial di Asia Tenggara, dan masuk ke dalam susunan 11 pemain yang diprediksi akan bersinar di Thai League 1.

***

Kesempatan sudah berhasil didapat Basna. Seperti kata Dzawin, ia hadir saat Basna tidak lelah mencari, apalagi sekarang Timnas sedang menuju sebuah era baru di bawah McMenemy. Target apik di Kualifikasi Piala Dunia 2022 dan Kualifikasi Piala Asia 2023 diusung tinggi.

Dan, jika Basna bijak, ia tentu tak ingin kehilangan kesempatan itu. Caranya adalah dengan terus bermain konsisten dan jangan sampai kalah oleh kritik. Jangan sampai memori buruk 2016 kembali terulang.

Selamat ulang tahun, Basna! (ulang tahun Basna tanggal 12 Juni).