Terbuangnya Nikola Kalinic dari AC Milan dan Kroasia

Nikola Kalinic mulai mencuri perhatian Eropa sejak masih berusia 21 tahun. Ia sukses menorehkan 44 gol dari 100 penampilan untnuk Hadjuk Split. Tapi Kalinic Sempat tenggelam ketika bergabung dengan Blackburn Rovers karena cuma menyumbang 13 gol dari 53 penampilannya selama dua musim.

Kalinic pun bangkit ketika memperkuat Dnipro Dnipropetrovsk. Kesebelasan asal Ukraina itu dibawa Kalinic menembut babak final Europa League untuk pertama kali sepanjang sejarah pada musim 2014/2015. Total, ia mengemas 49 gol dari 125 pertandingan bersama Dnipro dalam lima musim.

Hal itu menjadi alasan Fiorentina mendapatkan bomber itu pada bursa transfer musim panas 2015. Tidak diungkapkan nilai kesepakatan dan gaji Kalinic antara Dnipro dan Fiorentina. Tapi yang jelas bahwa Kalinic diikat dengan kontrak berdurasi empat musim dan mengenakan nomor punggung sembilan peninggalan Mario Gomez.

Selama dua musim bersama Fiorentina, Kalinic mencetak 33 gol dari 83 pernampilannya dan membuat kesebelasan-kesebelasan besar kembali mengincarnya. Pada akhirnya, Kalinic menjalani tes medis di AC Milan pada bursa transfer musim panas 2017. Milan harus mengeluarkan biaya transfer sampai 25 juta euro untuk mendapatkan Kalinic dan dikontrak sampai 2021.

Rincian yaitu 5 juta euro sebagai biaya pinjaman dan kewajiban membelinya sebesar 20 juta euro pada akhir musim 2017/2018. Kalinic merupakan opsi Milan lainnya setelah gagal mendapatkan Alvaro Morata, Pierre-Emerick Aubameyang, Andrea Belotti, dan Diego Costa.

Pencarian penyerang-penyerang itu karena Milan membutuhkan pengganti Carlos Bacca yang dipinjamkan ke Villarreal. Pada akhirnya Kalinic yang bergabung dan menjadi pemain keenam Kroasia dalam sepanjang sejarah Milan. Sebelumnya, Milan sempat punya lima pemain asal Kroasia lain, yaitu Dario Simic, Dario Smoje, Drazen Brncic, Mario Pasalic dan Zvonimir Boban.

Bahkan Simic, Pasalic, dan Boban, memberikan kontribusi cukup vital untuk Milan. Maka Kalinic diharapkan bisa mengikuti jejak-jejak seperti tiga pemain Kroasia tersebut. Penyerang yang kini berusia 30 tahun itu merupakan rekrutan ke-11 Milan pada bursa transfer musim panas 2017.

Kalinic pun mulai bersaing dengan rekrutan baru Milan lainnya, yaitu Andre Silva untuk menjadi penyerang inti. Ada juga Patrick Cutrone yang merupakan penyerang jebolan akademi Milan. Tapi nyatanya penampilan Kalinic jauh dari harapan para pendukung Milan.

Dalam 41 semua pertandingan, Kalinic cuma mencetak enam gol dan enam asis. Perolehan golnya itu kalah dari Giacomo Bonaventura yang mencetak 9 gol dari 47 pertandingan seluruh ajang Milan. Padahal posisi Bonaventura adalah gelandang serang.

Kalinic pun terus menjadi bulan-bulanan berbagai krtik karena masih ompong di depan gawang. Maka bukan tanpa alasan jika Gennaro Gattuso masih mencari penyerang anyar yang cukup produktif jelang berakhirnya Serie-A 2017/2018. Pada saat ini pun Belotti dan Morata kembali mencuat serta ditambah Simone Zaza.

Hal itu memunculkan kemungkinan bahwa Kalinic akan dilepas Milan. Apalagi dikabarkan jika kesebelasan asal Cina dan Jerman mengincarnya. Kendati demikian, Kalinic dikatakan agennya ingin bertahan di Milan, “Musimnya berjalan buruk tapi dia (Kalinic) ingin tetap di Milan,” ujar Tomislav Erceg selaku agennya ketika diwarancarai Radio Kiss Kiss.

Sebetulnya ada alasan mengapa penyerang bernomor punggung tujuh itu begitu ompong selama satu musim bersama Milan. Penyebab utamanya karena Kalinic tidak mendapatkan pelayanan yang baik untuk mencetak gol. Di Milan, Kalinic diinstruksikan bergerak lebih turun ke tengah meskipun posisinya adalah penyerang.

Kalinic harus memberikan ruang kepada gelandang serang atau pemain sayapnya agar masuk ke dalam kotak penalti. Berbeda ketika ia di Fiorentina lebih sering beredar di dalam kotak penalti dan menunggu pasokan umpan-umpan manja dari gelandang maupun garis tinggi pertahanan kesebelasannya.

Hal itu bisa dibuktikan melalui naiknya umpan-umpan Kalinic di setiap laganya bersama Milan dibanding masih memperkuat Fiorentina. Kalinic melepaskan 1,2 umpan kunci dibandingkan musim sebelumnya yaitu sebanyak 1,1. Ketika musim ini Kalinic melepaskan tiga asis, sementara musim terakhirnya bersama Fiorentina cuma melakukannya dua kali.

Di sisi lain, ancaman Kalinic ke gawang lawan pun menurun. Musim terakhirnya bersama Fiorentina, Kalinic melepaskan 2,8 percobaan tendangan yang mengarah ke gawang lawannya. Sementara sejak berseragam Milan, Kalinic cuma mampu melepaskan 1,6 percobaan tendangan yang mengarah ke gawang.

Alhasil, semakin kecil kesempatan Kalinic mencetak gol karena perubahan perannya di sepertiga akhir lawan. Imbas penurunan produktivitas golnya itu yang menjadikan Kalinic dianggap sebagai pembelian terburuk Milan pada musim lalu. Nasib buruk Kalinic merambah ke ajang Piala Dunia 2018 di Rusia.

Kalinic dipulangkan Kroasia dari Piala Dunia karena menolak bermain ketika melawan Nigeria pada laga fase Grup D. Penyerang jebolan Hadjuk Split itu diminta pelatihnya, Zlatko Dalic, untuk menggantikan Mario Mandzukic pada lima menit terakhir pertandingan tersebut.

Kalinic menolak instruksi itu dengan alasan sakit punggung. Alhasil, Dalic mengalihkan intstruksinya kepada Marko Pjaca yang padahal posisinya adalah pemain sayap. Padahal Dalic membutuhkan penyerang untuk menggantikan Mandzukic.

Kalinic pun sudah tidak terlihat di tempat latihan Kroasia jelang melawan Argentina pada Jumat (22/6) nanti. Kini Kroasia hanya punya satu penyerang saja, yaitu Mandzukic. Penolakan dan kepulangan Kalinic ini seperti tidak bersyukur atas panggilan Kroasia meskipun mengalami satu musim yang buruk bersama Milan.

 

Sumber: Sport Illustrated