Thomas Tuchel dan Pencapaian Para Pelatih Jerman di Liga Inggris

Ditunjuknya Thomas Tuchel sebagai pengganti Frank Lampard di kursi manajer Chelsea menimbulkan optimisme baru bagi para penggemarnya. Selama kariernya melatih kesebelasan, Tuchel dikenal sebagai pelatih yang memiliki karakter yang Jerman banget: Bermain ngotot, pressing ketat, mengandalkan kecepatan serangan, serta menuntut determinasi tinggi.

Pelatih yang mengkhiri karier sepakbola profesionalnya di umur 24 ini merupakan nama pelatih asal Jerman pertama bagi Chelsea. Jerman memang dikenal sebagai salah satu produsen pelatih top dunia. Nama-nama seperti Franz Beckenbauer, Otmar Hitzfeld, atau Joachim Loew adalah contoh bagaimana Jerman bisa “merajai” dunia lewat sepakbola. Persoalannya, mayoritas pelatih kepala asal Jerman jarang yang memilih berkarier di Inggris.

Tuchel barangkali dapat menjadi contoh figur pelatih Jerman sukses generasi terkini. Nama eks pelatih Mainz ini merupakan pelatih kepala/manajer kelima asal Jerman yang berkarier di Premier League. Dengan bermodalkan membawa Borussia Dortmund menjadi juara DFB-Pokal 2016/2017 serta 2 gelar Ligue1 bagi Paris Saint-Germain, kiprah Tuchel sangat dinantikan. Apalagi, Chelsea di musim ini mendatangkan 2 wonderkid berbanderol mahal, Kai Havertz dan Timo Werner.

Liga Inggris memang menjadi tempat bagi para pelatih top dari seluruh dunia untuk unjuk gigi, tak terkecuali bagi Tuchel. Lantas, bagaimana kiprah pencapaian pelatih kepala asal Jerman di Premier League?

Juergen Klopp

Manajer yang kini bekerja untuk Liverpool bisa dibilang adalah “gerbang pembuka” bagi para pelatih kepala asal Jerman. Kesuksesannya bersama Liverpool yang akhirnya meraih trofi Premier League untuk kali pertama, membuat imej bahwa pelatih Jerman juga bisa berhasil di tanah Britania.

Klopp yang dihadirkan manajemen Liverpool pada 2015 silam, perlu menempuh proses panjang di Merseyside. Usahanya untuk merombak dan memberikan karakter baru bagi The Reds akhirnya membuahkan gelar perdananya, yakni trofi Champions League 2018/2019. Di musim berikutnya, barulah ia menyumbangkan gelar Premier League, FIFA World Cup Club, serta UEFA Super Cup.

Di musim keenamnya bersama Liverpool (musim 2020/2021), Klopp harus menemui kendala cedera di skuat Liverpool. Hal tersebut disinyalir sebagai “buah” dari gaya permainan yang ia terapkan di skuat The Reds.

Felix Magath

Sosok Felix Magath yang kala itu didatangkan Fulham untuk menggantikan Martin Jol pada Februari 2014. Penunjukannya kala itu sempat menghebohkan publik sepakbola Inggris, karena dirinya dinilai sebagai pelatih besar yang pernah melatih klub seperti Bayern Muenchen, Schalke 04, Wolfsburg, serta Stuttgart.

Magath yang pernah sukses bersama membawa Wolfsburg meraih trofi Bundesliga 2009 ini mendapat tugas berat, yakni mengangkat Fulham dari zona degradasi. Dari 12 laga Premier League yang dijalani, Magath hanya berhasil membawa 12 poin saja.

Awalnya, ia memberikan garansi bahwa Fulham akan mampu meraih back-to-back promotion ternyata gagal total. Selama 8 laga awal Championship, Fulham gagal meraih satupun kemenangan.

Karena hal itulah, Magath disebut sebagai salah satu nama besar asal Jerman yang gagal total di Inggris.

Jan Siewert

Kalian pasti bingung. Siapa sih nama pelatih ini? Jan Siewert adalah pelatih asal Jerman yang menggantikan David Wagner di kursi kepelatihan Huddersfield Town pada musim dingin 2019.

Pelatih Huddersfield sebelumnya, David Wagner, merupakan pelatih yang didatangkan The Terriers dari Borussia Dortmund II. Empat musim bersama manajer kelahiran Jerman namun berpaspor Amerika Serikat tersebut, Huddersfield berhasil meraih promosi ke Premier League di musim 2017/2018. Dirinya juga berhasil mempertahankan klub asal Yorkshire tersebut tetap berlaga pada musim berikutnya.

Bermodalkan kepercayaan besar pada Dortmund II yang telah “mencetak” Wagner, akhirnya Huddersfield mempekerjakan Jan Siewert. Naasnya, dibawah arahan pelatih yang saat itu berusia 36 tahun, Huddersfield dipastikan degradasi pada bulan Maret 2019. Dari 15 laga Premier League yang ia jalani, Siewert hanya memperoleh 1 kemenangan, 1 kali imbang, dan 13 kali kalah.

Daniel Farke

Sosok Daniel Farke adalah pelatih terakhir yang “tersingkir” dari Premier League akhir-akhir ini. Di bawah kemudi Farke selama dua musim saja, Norwich berhasil promosi pada musim 2018/2019.

Penampilan Norwich dibawah kepemimpinan Farke bisa dibilang cukup impresif. Musim 2017/2018, Norwich berhasil finis di peringkat pertama Championship, dengan selisih 5 poin di atas dan menjadi tim dengan produktifitas tertinggi dengan mencetak total 93 gol di ajang liga.

Farke bisa dibilang pelatih yang cukup adaptif di Inggris, hal itu salah satunya lantaran regulasi keuangan Norwich City yang hanya memperbolehkan belanja transfer dibawah 10 juta Paun per musim. Hal itu berimbas pada jomplangnya kualitas skuat yang dimiliki Norwich dengan klub-klub lain di Premier League. Hasilnya mudah ditebak, The Canaries langsung terdegradasi di akhir musim 2019/2020.

***

Lantas, dapatkah Tuchel memenuhi ekspektasi ambisius (juga instan) yang kerapkali diminta sang pemilik Chelsea? Barangkali Tuchel hanya punya 2 pilihan: Melampaui raihan yang dicapai oleh Juergen Klopp atau ikut bergabung dalam deretan pelatih flop asal Jerman lainnya.