Ken Bates tak pernah merasakan kasih sayang langsung dari kedua orang tuanya. Ibunya meninggal setelah melahirkannya. Sementara ayahnya kabur entah ke mana. Bates pun tinggal bersama kakek neneknya.
Ia adalah suporter Queens Park Rangers, sampai-sampai ia ingin menjadi pesepakbola di sana. Namun, keinginannya tak kunjung terjadi. Ia lalu fokus kerja di bidang logistik, penggalian, pembetonan, sampai pertanian. Pelan-pelan bisnisnya menanjak dan ia punya banyak uang lewat bisnisnya itu.
Pada 1960-an, Bates dipercaya sebagai Chairman Oldham Athletic. Lalu pada 1980-an, ia menjadi co-owner sekaligus wakil Chairman Wigan Athletic. Penunjukkan Bates ini jadi penting buat Wigan karena mereka mendapatkan dana segar untuk membeli pemain. Bank mau menggelontorkan uang karena sosok Bates.
Lalu, cerita menarik itu hadir pada 1982 ketika Bates membeli Chelsea hanya dengan 1 poundsterling. Kalau menghitung inflasi berarti sekitar 3 paun atau 57 ribu rupiah dengan nilai saat ini.
Akan tetapi, Bates tidak benar-benar mengeluarkan 1 paun. Lebih dari itu karena Chelsea punya segudang masalah seperti utang yang mencapai 1 juta paun. Selain masalah finansial, Chelsea juga punya kelompok hooligan yang meresahkan. Bukan cuma itu, Chelsea juga sudah tak di puncak penampilan mereka seperti pada era 1955 hinggga 1971. The Blues harus berjuang di Second Division.
Usai berhasil lepas dari jerat degradasi ke Third Division pada musim 1982/1983, Bates mulai menggelontorkan dana. Ini bikin manajer Chelsea, John Neal, bisa merekrut sejumlah pemain macam Kerry Dixon, David Speedie, Pat Nevin, Mickey Thomas, Eddie Niedzwiecki, dan Nigel Spackman. Para pemain baru ini pula yang membawa Chelsea promosi setahun setelahnya.
Setelah itu, Chelsea selalu ada di tingkat tertinggi, kecuali pada musim 1988/1989, baik di First Division maupun di Premier League. Bahkan, jelang dijual ke Roman Abramovich, Chelsea sudah dikenal sebagai kesebelasan “Top Six” Inggris. Mereka juga kerap merekrut para pemain bintang dari negara lain.
Namun, semua ini dilalui dengan tidak mudah. Ia bertarung saat pengembang properti, Marler Estates hampir membuat Chelsea terusir dari Stamford Bridge. Pada 1995, ia membangun ulang Stamford Bridge dengan kursi di semua tribun, dan pada 2001 kapasitasnya naik menjadi 42 ribu kursi.
Bates juga adalah pribadi yang kontroversial. Wajahnya kerap menghiasi media di Inggris; bukan karena prestasi Chelsea, tapi karena ucapannya. Bates yang juga menulis di match -day programme juga kerap menyerang orang lain, dan tentu saja kontroversial. Ia pernah menyebut salah satu grup suporter Chelsea, Chelsea Independent Supporters Association, sebagai parasit. Karena ini, ia pernah dituntut atas pencemaran nama baik oleh suporter Chelsea sendiri.
Pada 1990-an, Bates juga pernah berkonflik dengan wakil Chariman Chelsea, Matthew Harding, soal arah klub akan dibawa ke mana. Karena ini, Harding sampai di-banned dari Dewan Klub Chelsea.
Konflik ini hampir berakhir menyusul wafatnya Harding pada Oktober 1996 di kecelakaan helikopter. Gilanya, Bates bukannya mengakhiri konflik tapi mengeluarkan pernyataan kontroversial tentang Harding:
“Saya tidak percaya kejahatan harus menang dan dia adalah orang jahat. Ini adalah kapal yang jauh lebih bahagia di Chelsea setelah sekarang dia tidak ada lagi,” kata Bates.
Bates menghabiskan 21 tahun bersama Chelsea dan mempekerjakan sembilan manajer. Di bawah kepemimpinannya, Chelsea dua kali menjuarai Second Division pada 1983/1984 dan 1988/1989; Piala FA 1996/1997 dan 1999/2000; Piala Liga 1997/1998; Community Shield 2000, dan Piala Winners 1997/1998.
Pada 1999, mereka finis di peringkat ketiga dengan jarak empat poin dari sang juara, Manchester United. Capaian ini membuat mereka diganjar lolos ke Liga Champions dengan skuat bertabur bintang macam Gianfranco Zola, Roberto Di Matteo, Graeme Le Saux, Marcel Desailly, dan Jimmy Floyd Hasselbaink.
Meski sukses, tapi Chelsea punya utang hingga 80 juta paun. Pada 2003, Bates melepas Chelsea ke Roman Abramovich dengan nilai sekitar 140 juta paun. Ia mendapatkan keuntungan hingga 17 juta paun. Meski begitu, ia tetap menjabat sebagai Chairman sampai akhirnya pensiun pada Maret 2005.
Selain Chelsea, Bates juga pernah membeli klub Skotlandia, Patrick Thistle. Setelah melepas Chelsea ke Abramovich, Bates memutuskan membeli Leeds United pada Januari 2005 dengan kepemilikan 50 persen.