Ide untuk menyelenggarakan kompetisi antarnegara di Eropa sebenarnya sudah tercetus sejak 1927. Kala itu, Sekretaris Jenderal French Football Federation, Henri Delaunay, yang mengajukannya. Namun, semuanya baru terlaksana pada 1958, tiga tahun setelah Delaunay mangkat.
Terciptanya European Football Championship atau Euro, tak lepas dari berdirinya UEFA. Lahirnya UEFA memudahkan kompetisi antarnegara anggotanya untuk digelar. UEFA sendiri berdiri pada 15 Juni 1954.
UEFA kala itu berpikir bahwa tim nasional merupakan sumber dari identitas dan kebanggaan nasional. Pertandingan yang melibatkan timnas dilihat sebagai faktor pemersatu, soalnya, timnas membawa para penggemar dari seluruh negeri dan memberi dukungan karena alasan yang sama.
Hal yang sama juga dirasakan para pesepakbola. Mereka merasa bangga bisa mengenakan jersey negaranya dan bisa memberikan kebahagiaan buat masyarakatnya saat berhasil memberikan prestasi. Dalam hal teknis, timnas juga memperlihatkan filosofi serta visi sepakbola suatu negara.
“Selama bertahun-tahun, UEFA dan asosiasi nasionalnya telah mendedikasikan diri untuk memastikan bahwa dalam evolusi konstan sepakbola, sepakbola tim nasional tetap menjadi sesuatu yang berharga: permata bersinar di mahkota sepakbola Eropa yang harus dilindungi dan terus dipelihara untuk meningkatkan kualitas dan kedudukannya,” tulis situs resmi UEFA.
Di awal pembentukannya, hanya ada 17 negara yang ikut babak kualifikasi. Turnamen pada 1960 itu dimenangi oleh Uni Soviet. Empat tahun kemudian, Spanyol menjadi juara dengan total 29 negara ikut babak kualifikasi.
Setelah turnamen 1964, UEFA melakukan evaluasi. Soalnya, kehadiran kompetisi antarklub Eropa dan sejumlah event internasional lainnya bikin ketertarikan publik pada pertandingan yang melibatkan timnas jadi merosot.
“Dalam sebagian besar kasus, asosiasi nasional kami bergantung pada pendapatan dari pertandingan internasional agar dapat memenuhi tugas mereka terhadap sepakbola amatir, yang harus menjadi salah satu perhatian utama kami,” tulis Sekjen UEFA saat itu, Hans Bangerter.
Kompetisi yang Lebih Kompetitif
Dari hasil evaluasi antara UEFA dengan negara anggotanya itu, dihasilkanlah satu kesimpulan: mereka membutuhkan sesuatu yang lebih kompetitif. Soalnya, pertandingan persahabatan timnas, tidak lagi menarik buat para penonton, yang perhatiannya lebih terfokus pada pertandingan kompetitif.
Sebagai hasilnya, Komite Eksekutif UEFA, rapat pada 14 September 1965, dan siap untuk melakukan perubahan. Hasilnya, kompetisi bernama “European Nations’ Cup” pun berubah menjadi “European Championship”. Kompetisi pun disesuaikan lagi aturannya dan digelar usai Piala Dunia 1966 di Inggris.
Format baru ini sebenarnya lebih merupakan pembenahan di babak kualifikasi, sementara turnamen utama masih sama seperti dua periode berikutnya.
Sebagai informasi, turnamen utama Euro 1960 dan 1964 hanya diikuti empat negara. Keempat negara ini berasal dari babak kualifikasi yang menggunakan sistem gugur dua leg. Semua tim bertanding sampai masuk babak perempatfinal. Pemenang dari babak perempatfinal lolos ke babak utama.
Di format yang baru, babak kualifikasi terbagi menjadi delapan grup dengan sistem kandang-tandang. Juara grup lolos ke babak perempatfinal. Pemenang dari babak perempatfinal lolos ke babak utama Euro 1968.
Hans Bangerter dalam laporannya optimis kalau kompetisi baru ini akan berakhir dengan sukses, soalnya ini dilakukan sesuai dengan permintaan publik.
“Jika Kompetisi Eropa untuk tim nasional berhasil meningkatkan minat sebanyak Piala Champions, maka kompetisi baru ini tidak diragukan lagi akan menjadi kompetisi Eropa terbesar dan terpenting,” kata Bangerter.
UEFA menyebut kalau 50 tahun kemudian, Euro 2020 mendominasi berita utama dan menciptakan babak baru dalam sejarah sepakbola Eropa, yang menyediakan memberikan bukti tegas tentang betapa berartinya tim nasional dan pemain mereka bagi jutaan penggemar di seluruh benua.
Sumber: UEFA.com