Publik Italia menjulukinya Il Cannoniere alias penembak utama. Gelar pluricapocannoniere dengan lima kali jadi capocannoniere atau top scorer Serie A, yang belum terlewati hingga saat ini, adalah pembuktian Gunnar Nordahl. Total 221 gol dalam 268 laga di semua ajang selama 1949-1956 sukses dibukukannya bersama AC Milan. Dia juga sempat lama memegang rekor gol terbanyak untuk satu klub dalam sejarah Serie A sebelum dilampaui legenda AS Roma Francesco Totti pada awal 2012.
Meski pendiam, Nordahl adalah pemain yang kuat dan agresif saat di lapangan. Dengan tinggi 1,85 meter dan berat mencapai 95 kg, membuatnya posturnya sangat besar untuk seorang pesepakbola masa itu. Makanya, dia juga dijuluki Il Bisone, selain karena ada alasan lain. Suatu ketika saat masih bermain di Swedia, Nordahl pernah melepaskan tembakan yang berhasil jadi gol ke gawang pimpinan klasemen Malmo. Menariknya, ternyata bola menembus jaring dan mengarah ke tribun penonton.
Dari Level Amatir
Pada era 1940-an, Serie A menjadi salah satu pionir divisi teratas dalam sepakbola modern, dengan banyak bakat lokal berkualitas. Masa itu, belum banyak bintang asing yang tampil menonjol. Namun, setelah mengamati Olimpiade 1948 London, Milan sebagai salah satu klub besar di Italia membuat keputusan untuk menawarkan kesempatan kepada pemain dari klub amatir kecil di Swedia, Nordahl.
Pemain yang saat itu berusia 27 tahun tersebut baru saja berhasil merebut medali emas Olimpiade, sekaligus jadi top scorer turnamen dengan tujuh gol. Hanya saja, kariernya masih di level amatir, karena Swedia hanya menurunkan pemain amatir. Nordahl sendiri ketika itu bermain untuk klub lokal IFK Norrkoping sejak 1944, setelah tiga musim di IF Hornefors dan empat musim di IF Degerfors.
Jika menerima tawaran Milan dan melanjutkan karier di level profesional, maka Nordahl mengakhiri kariernya di tim nasional. Dan, pada akhirnya dia memilih keputusan tersebut, setelah mengoleksi 43 gol dalam 33 laga. Sang penyerang pun bergabung pada 22 Januari 1949 dan menjadi pemain Swedia pertama di liga asing, sebelum disusul Gunnar Gren dan Nils Liedholm beberapa bulan kemudian.
Trio ‘Gre-No-Li’
Namun, banyak orang yang meragukan, apakah performa Nordahl sebagai pemain amatir akan bisa menghasilkan gol di divisi paling kompetitif Eropa. Dia hanya memberikan jawabannya di lapangan, mencetak 16 gol dalam 15 pertandingan pertamanya dengan seragam I Rossoneri pada paruh kedua Serie A musim 1948/1949 itu; hanya melewatkan tiga laga tanpa mencatatkan nama di papan skor.
Gol pertamanya untuk Milan bersarang di gawang Pro Patria pada 27 Januari 1949, dan itu hanyalah awal dari rangkaian gol demi gol dari kaki Nordahl yang tak ada habisnya. Penampilan yang sangat menakjubkan itu menyebabkan klub memberinya kontrak baru berdurasi dua tahun, dan mendorong mereka merekrut dua rekannya dari Timnas Swedia, yang kemudian membentuk trio ‘Gre-No-Li’.
Nordahl bersama sesama penyerang Gren dan gelandang kreatif Liedholm itu jadi tulang punggung Milan saat merebut Scudetto musim 1950/1951, setelah puluhan tahun gagal memenangkannya, sekaligus jadi trofi juara Serie A pertama klub di era modern. Dia mengulang kembali kesuksesan itu bersama Liedholm pada musim 1954/1955, setelah kepergian Gren ke Fiorentina pada 1953/1954.
Tidak hanya membawa Milan jadi jawara di Italia, mereka juga berjaya di level Eropa. Sebagai trio Gre-No-Li, mereka memenangkan Piala Latin 1951, sebuah turnamen antar klub Eropa Barat Daya yang dianggap sebagai pendahulu turnamen Piala Eropa yang kini dikenal sebagai Liga Champions. Kemudian, Nordahl dan Liedholm kembali membawa Milan menjuarai ajang tersebut pada 1956.
Pemegang Banyak Rekor
Hingga kini, Nordahl masih memegang banyak rekor di Italia. Selain sebagai satu-satunya pemain yang pernah lima kali jadi top scorer Serie A; hanya Ciro Immobile yang mampu mendekatinya dengan empat trofi, Nordahl juga jadi pemain pertama yang meraih gelar capocannoniere dalam tiga musim beruntun, sebelum disamai oleh legenda Juventus Michel Platini pada musim 1984/1985.
Pemain kelahiran Hornefors, Swedia pada 19 Oktober 1921 itu juga masih tercatat sebagai pencetak hat-trick terbanyak di Serie A dengan 17 kali dan semuanya bersama Milan, meski juga pernah main untuk Roma pada 1956-1958. Nordahl juga menjadi pencetak brace terbanyak di Serie A dengan 49 kali, menyamai Silvio Piola yang hingga kini jadi pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah Serie A.
Meski jumlah total golnya di Serie A masih kalah dari Piola, namun Nordahl mampu membukukan rekor rasio gol per pertandingan sebesar 0,77 dari 225 gol yang dicetaknya dalam 291 pertandingan bersama Milan dan Roma; rasio gol yang tidak tertandingi hingga saat ini. Dia sekaligus juga menjadi pemain asing dengan jumlah gol terbanyak di Serie A, sekaligus top scorer Milan sepanjang masa.
Kesuksesan Nordahl yang belum pernah terjadi sebelumnya di Serie A itu pun pada akhirnya telah mendorong semakin banyaknya pemain asing masuk ke Serie A di musim-musim berikutnya. Para superstar dari luar negeri datang ke Italia untuk mencari kontrak bermain baru yang menguntungkan, saat Serie A bersaing dengan Spanyol untuk menawarkan bayaran terbesar dalam sepakbola modern.
Sumber: Sempre Milan, These Football Times