Geoffrey Castillion, Pilihan Tepat untuk Persib Bandung?

Geoffrey Castillion menjadi pemain baru kelima yang diresmikan Persib Bandung untuk menghadapi Liga Indonesia musim kompetisi 2020 ini. Castillion sudah diprediksikan akan menjadi pengganti Ezechiel N’Douasel yang hijrah ke Bhayangkara FC. Di pertandingan debutnya, Castillion berhasil mencetak dua gol dalam kemenangan 3-1 Persib atas Melaka United, Sabtu (1/2) lalu.

Dua gol yang dicetak Castillion terbilang meyakinkan. Apalagi, ia masih merasakan jet lag sehingga kondisi tubuhnya belum stabil benar. Ini yang bikin pergerakannya masih terbilang kaku karena masih butuh adaptasi, utamanya dengan cuaca di Kota Bandung.

Redaksi Ligalaga.id berbincang dengan pengamat cum jurnalis sepakbola, Aun Rahman, untuk membahas masa depan Castillion di Persib Bandung.

Menurut Aun, pertandingan melawan Melaka United tidak memperlihatkan kualitas Castillion sepenuhnya. Namun, dari sentuhan serta pergerakannya, membuat Aun yakin kalau Castillion adalah alumnus Ajacien alias lulusan Akademi Ajax Amsterdam.

“Gol kedua, terutama, setelah menerima bola sundulan dari Viscarra dan langsung di-shoot, menunjukkan kalau sentuhan pertamanya bagus,” kata Aun.

Usia Castillion yang masih 28 tahun pun membuatnya masih segar untuk bertarung di lini serang. Apalagi, usia menjelang 30 tahunan biasanya menjadi usia emas bagi pesepakbola.

Yang menarik adalah pengakuan Castillion yang menyebut kalau ia buta dengan sepakbola Indonesia. Namun, Aun tidak merasa kalau ini akan menjadi kelemahan buat pemain yang pernah berkarier di MLS ini.

“Justru, tidak (menjadi kelemahan). Saya melihat bahwa pemain yang tidak tahu sepakbola Indonesia (punya keuntungan yang sama). Dia tidak tahu sepakbola Indonesia, bola Indonesia juga tidak tahu dia,” gambar Aun.

Ini bikin Castillion juga punya keuntungan. Pasalnya lawan juga tidak tahu bagaimana cara dia bermain. Meski setelah 10-15 pertandingan, gaya mainnya sudah mulai bisa dibaca lawan. Menurut Aun, Castillion akan menjadi kejutan buat sepakbola Indonesia pada umumnya.

“Saya lebih prefer pemain yang tidak pernah bermain di Liga Indonesia. Lawan tidak tahu, tapi jeleknya ya tim sendiri juga gak tahu gaya main dia,” ungkap Aun. “Buat lawan yang akan menghadapi Persib pun mengalami kesulitan membaca permainan dia.”

Kalau melihat track record Castillion pun terbilang menjanjikan. Ia pernah membela timnas Belanda di level U-17, U-18, dan U-19. Setidaknya, latar belakang ini bisa menunjukkan kapabilitasnya.

Aun membandingkan dengan era marquee player di Indonesia. Banyak pemain marquee tapi yang terlihat kualitasnya hanya Peter Odemwingie di Madura United, serta Michael Essien di Persib Bandung.

“Castillion ini curriculum vitae bagus. Walaupun mungkin untuk level Eropa tidak. Namun, untuk level Indonesia bagus, kan? Terakhir dia main di Islandia, di liga utamanya Islandia. Itu setidaknya menunjukkan kualitasnya,” ungkap Aun.

Bagaimana menurut Bobotoh dengan perekrutan Castillion? Akankah ia akan menjadi pengganti sepadan buat Ezechiel?