Menelan kekalahan 1-4 dari Watford (3/4), Fulham akhirnya dipastikan turun ke divisi dua Inggris, EFL Championship. Slavisa Jokanovic, Claudio Ranieri, dan Scott Parker, tidak ada yang menyelamatkan the Cottaggers dari degradasi. Padahal di awal musim 2018/2019, Fulham sempat digadang-gadang sebagai kuda hitam Premier League. Ternyata, sebelum liga berakhir pun, mereka sudah dipastikan turun.
Investasi 112 juta euro di bursa transfer gagal dimaksimalkan. Berhasil memenangkan tanda tangan Jean Michael Seri dari Barcelona dan Chelsea tidak memberikan dampak positif di atas lapangan. Sebaliknya, kebijakan belanja Fulham yang fokus pada pemain non-Premier League disebut jadi salah satu alasan mereka tersingkir dari divisi tertinggi.
“Fulham bisa lebih baik dalam memilih pemain. Manajer mereka sudah terbukti tepat. Ia berhasil membawa klub promosi. Tapi pemain-pemain yang didatangkan belum terbukti untuk Premier League. Seri, Luciano Vietto, mereka belum pernah main di Inggris. Andre Schurrle yang dipinjam dari Dortmund justru terbukti efektif. Itu karena dirinya sudah ada pengalaman di Chelsea,” jelas Danny Murphy, mantan gelandang Fulham (2007-2012).
Masalah lainnya adalah waktu. Jokanovic mungkin menelan tujuh kekalahan beruntun sebelum didepak dari Craven Cottage. Tapi saat itu, Premier League 2018/2019 baru sampai pekan ke-12. Baru 1/3 dari total kompetisi. Dia yang mengantarkan Fulham ke Premier League setelah absen empat tahun absen hanya diberikan 1/3 musim oleh para petinggi klub.
Claudio Ranieri yang ditunjuk sebagai pengganti juga tidak diberikan dana untuk menyusun skuad terbaiknya. Pada akhirnya ia hanya bisa mengikuti saran Murphy, mendatangkan tiga pemain yang pernah main di Premier League dengan dana kurang dari lima juta euro.
Ryan Babel (eks-Liverpool) menjadi pembelian termahal Ranieri di Fulham dengan dana dua juta euro. Sisanya, Lazar Markovic (eks-Liverpool) didatangkan dengan cuma-cuma. Sementara Harvard Nordtveit (eks-Arsenal, West Ham) datang sebagai pemain pinjaman dari Hoffenheim.
Momentum Parker Diancam Pengalaman
Foto: Standard
Ranieri akhirnya mundur dari kursi kepaltihan Fulham. “Claudio [Ranieri] gagal memberi hasil yang kami harapkan. Saya sudah berbicara dengan dirinya dan kami sepakat bahwa perubahan dibutuhkan dalam tim ini. Dia meninggalkan klub sebagai teman kami,” kata Shahid Khan, pemilik Fulham.
Mantan gelandang Fulham yang pernah menangani Tottenham U18, Scott Parker akhirnya ditunjuk sebagai pengganti Ranieri. “Saya minta Scott Parker untuk sementara mengasuh tim ini. Ia bisa membantu Fulham jadi stabil lagi, berkembang, mendapat warna permainan kami sendiri,” kata Khan.
Parker menelan lima kekalahan beruntun sebagai nakhoda Fulham. Uniknya, setelah resmi terdegradasi, the Cottagers mulai bangkit. Meraih tiga kemenangan berturut-turut melawan Everton (2-0), Bournemouth (1-0), dan Cardiff City (1-0). Namun, tak ada jaminan Parker akan mendapat kontrak permanen di Fulham. Sekalipun difavoritkan, beberapa nama bisa mengancam posisi Parker.
Menurut The Sack Race, Steve Clarke, mantan tangan kanan Jose Mourinho dan Kenny Dalglish adalah salah satu favorit untuk menjadi manajer Fulham di Championship. Alan Pardew yang sukses membawa Reading (2002) dan West Ham (2005) promosi dari divisi dua juga masuk ke dalam daftar incaran Khan.
Reaksi Pemain Fulham
Foto: Twitter / @PremierLeague
Babel yang didaratkan Ranieri dari Besiktas mengaku Parker sudah cocok menjadi seorang manajer. “Jika melihat dirinya di lapangan, ia seperti sudah menjalani tugas ini [manajer] selama bertahun-tahun,” bukanya.
“Mungkin tidak terlihat jelas, tapi bila Anda ada saat latihan, akan terasa bagaimana Parker menangani setiap sesi dan berkomunikasi dengan pemain,” jelas Babel. Dukungan serupa kabarnya juga didapatkan dari dua pemain Fulham yang tengah jadi incaran berbagai klub, Tom Cairney dan Ryan Sessegnon.
Cairney sedang didekati oleh Newcastle United. Sementara Sessegnon menjadi rebutan Manchester United, Tottenham dan Juventus. Masa depan keduanya sedang menggantung. Mereka tidak menolak untuk bertahan. Tapi juga tak menutup peluang pindah. Scott Parker mungkin akan menjadi kunci dari masa depan mereka.
Apabila Parker bertahan, bukan tidak mungkin Fulham bisa mempertahankan pemain-pemain terbaiknya. Parker sendiri mengaku ingin menjadi manajer Fulham dan akan membantu the Cottagers ke tempat yang lebih baik.
Kesalahan Birmingham, Potensi Luton dan Bournemouth
Foto: Football League World
“Saya sering diskusi dengan pemilik klub. Kami membicarakan banyak hal, seperti pemain-pemain yang cocok untuk tim dan lain-lain. Walaupun masa depan saya belum ditentukan, pekerjaan ini harus dilihat sebagai proyek jangka panjang. Satu hal yang saya tahu, saat pergi dari sini, Fulham akan lebih baik dari sekarang,” kata Parker.
Keputusan ada di tangan Shahid Khan sebagai orang tertinggi di Fulham. Sekalipun Parker saat ini favorit untuk menangani the Cottagers, terkadang para pemilik klub terjebak pada nama besar. Itu pernah terjadi di Birmingham City saat pemilik baru mereka, Trillion Trophy Asia mendepak Gary Rowett untuk Gianfranco Zola. Padahal Rowett sudah berbuat banyak untuk the Blues.
Melihat iklim Championship, kompetisi tersebut juga cocok untuk manajer-manajer muda Inggris. Lee Johnson (Bristol City), Garry Monk (Birmingham), dan Frank Lampard (Derby County), contohnya. Mereka semua baru berusia 40 tahun ke bawah.
Semua kembali lagi ke tujuan utama Khan menunjuk Parker. Jika ia memang ingin melihat Fulham memiliki ‘warna permainan dan menjadi stabil’, Parker harus diberi waktu. Mungkin saja the Cottagers bisa memiliki kesuksesan seperti Luton Town atau Bournemouth.