Werder Bremen mengakhiri 1.Bundesliga 2018/2019 dengan duduk di peringkat delapan klasemen akhir. Hanya terpaut satu poin dari penghuni zona Eropa, Eintracht Frankfurt. Mencatatkan 53 poin dari 34 pertandingan adalah raihan tertinggi Die Grun-Wessen sejak 2009/2010 ketika mereka menempati peringkat tiga klasemen akhir.
Uniknya, dalam periode sembilan tahun, mereka masih mengandalkan pemain yang sama, Claudio Pizarro. Raihan gol Pizarro tentu berkurang mengingat dia sudah berkepala empat. Saat bermain dengan Mesut Ozil dan Trosten Frings, Pizarro berhasil mencetak 16 gol. Kini ia hanya berhasil mencetak lima gol dari 26 partai. Jumlah penampilan yang sama dengan musim 2009/2010.
Tapi lima gol Pizarro itu berkontribusi banyak untuk Werder Bremen. Tanpa sumbangan gol Pizarro, Werder akan kehilangan enam poin dan turun ke peringkat 10 klasemen. Dirinya juga terbukti krusial dalam partai-partai besar. Menahan imbang Dortmund dan mencetak gol kemenangan atas RB Leipzig.
Gol Pizarro ke gawang Dortmund dapat disebut sebagai salah satu faktor kegagalan BVB menjuarai Bundesliga. “Banyak teman-teman saya di Bayern dan para suporter mereka mengirimkan ucapan terima kasih atas gol ke gawang Dortmund. Mereka sadar betapa pentingnya gol tersebut untuk gelar juara mereka,” kata Pizarro.
Akan tetapi, Pizarro tidak mau mengatakan bahwa dirinya adalah agen kiriman Bayern. Menurutnya, Dortmund dan RB Leipzig sebagai dua kesebelasan yang paling dekat dengan Bayern di klasemen kehilangan kesempatan karena kesalahan mereka sendiri.
“Musim ini [2018/2019] sebenarnya banyak peluang untuk mengakhiri dominasi Bayern. Mereka kesulitan di awal musim. Tapi kesebelasan lain gagal memanfaatkan kesempatan. Sementara Bayern bangkit dan memperlihatkan kualitas mereka,” ungkap penyerang asal Peru tersebut.
Lewat raihan gol Pizarro sepanjang 2018/2019, dia tercatat sebagai pemain tertua yang pernah membobol gawang lawan di partai 1.Bundesliga. Pizarro mungkin tidak akan bisa menjadi pemain paling subur di sejarah liga, tapi ia punya peluang melawati rekor usia.
Tantangan dari Pemegang Rekor
Foto: S04.de
Die Grun-Wessen memberikan kado kontrak satu tahun untuk Pizarro di akhir musim 2018/2019. Ia pun akan bermain hingga usia 41 tahun di Weserstadion. Tapi apabila melihat ucapan Pizarro setelah menandatangani kontrak tersebut, dirinya belum punya niatan untuk pensiun di akhir musim 2019/2020.
“Kami telah membuat banyak kemajuan dalam satu tahun terakhir. Saya masih merasa bisa bermain dan akan berkontribusi untuk tim ini. Masa depan saya tergantung dengan kondisi badan,” kata Pizarro.
Rekor pemain tertua di Bundesliga saat ini pegang oleh mantan bek Schalke, Klaus Fichtel. Bermain hingga usia 43 tahun, enam bulan, dan dua hari. Butuh tiga atau empat musim lagi untuk Pizarro memecahkan rekor tersebut. Sesuatu yang terlihat mustahil dalam era sepakbola modern. Apalagi dirinya sudah dikaitkan dengan Allianza Lima ataupun Bayern dalam waktu dekat.
Fitchel ingin melihat Pizarro memecahkan rekornya sebagai pemain tertua di 1.Bundesliga. Meski melihat tantangan yang lebih berat dibandingkan masa-masa ia bermain.
“Menurut saya Werder Bremen memang tempat yang sesuai untuk dia dan pemain-pemain veteran lainnya. Mungkin karena mereka menerapkan gaya sepakbola klasik,” kata Fitchel. “Tapi Pizarro akan kesulitan untuk memecahkan rekor saya. Dia adalah seorang penyerang. Penyerang tidak akan bisa bermain selama seorang bek,” lanjut Fitchel.
Bagaikan Seorang Ayah
Foto: Bundesliga
Pada musim panas 2018, Pizarro pergi meninggalkan 1.FC Koln untuk kembali ke Werder Bremen. Itu adalah keempat kalinya Pizarro datang ke Weserstadion setelah 1999, 2009, dan 2015. Ia pun datang sebagai pemain veteran yang siap membagikan pengalamannya ke pemain-pemain muda. Bukan lagi sebagai penyerang utama.
“Saya masih akan mencetak gol. Tapi saya akan lebih fokus untuk berbagi pengalaman dengan pemain-pemain muda di sini. Kita akan menjadi kuat jika bisa bermain bersama-sama dengan baik,” kata Pizarro setelah diboyong secara cuma-cuma dari Koln.
Pizarro menjalankan tugasnya sebagai panutan muda dengan baik. “Saya senang Pizarro bertahan satu musim lagi. Dia banyak membantu tim ini dan akan selalu menjadi sebuah aset berharga. Saat di ruang ganti dia mencairkan suasana. Ketika di atas lapangan dirinya selalu siap untuk membantu kami,” kata sayap kanan utama Werder, Johannes Eggestein.
“Pizarro sudah seperti ayah saya. Ayah yang menyenangkan dan santai. Dirinya membuat saya menjadi pemain yang lebih pintar. Masih banyak hal yang perlu saya pelajari, namun saran dari Pizarro sangat membantu,” aku penyerang muda Werder, Josh Sargent, (19).
Tapi Pizarro juga masih bicara banyak di atas lapangan. Tecatat sebagai salah satu pemain paling produktif Werder Bremen di 2018/2019. Hanya kalah dari Milot Rashica (9) dan Max Kruse (11) dalam urusan mencetak gol.
Mungkin saat Sargent sudah siap mengisi lini depan Die Grun-Wessen, Pizarro baru akan menggantung sepatunya. Apakah saat itu ia Pizarro sudah melewati rekor Fitchel? Hanya waktu yang bisa menjawab.