Sering kali, lahir dari keluarga ternama merupakan beban yang terlalu berat. Sekalipun ada yang berhasil seperti O’Shea Jr, anak dari Ice Cube. Selalu ada Jaden Smith yang tidak bisa lepas dari bayang-bayang ayahnya, Will. Dunia sepakbola juga sama. Meskipun ada Kasper Schmeichel dan Federico Chiesa yang sesuai ekspektasi. Selalu ada Tom Ince, Alex Bruce, hingga Diego Poyet yang gagal.
Bahkan memasuki 2019, memiliki saudara yang terkenal saja sudah jadi beban. Thorgan dan Kylian Hazard hengkang dari Chelsea karena tidak mau dikaitkan dengan kakaknya, Eden. Thorgan membangun namanya sendiri di 1.Bundesliga dengan membela Borussia Monchengladbach dan Dortmund. Sementara Kylian baru akan memulai perjuangannya di Belgia bersama Cercle Brugge.
Lepas dari bayang-bayang relatif dengan nama besar adalah hal yang sulit. Tapi setidaknya sudah ada bukti bahwa hal itu dapat dilakukan. Bek Chelsea asal Spanyol, Marcos Alonso Mendoza adalah buktinya. Lahir 28 Desember 1990, Alonso merupakan pemain generasi ketiga dari keluarganya.
Farewell Legendary Marquitos #Realmadrid #RIP pic.twitter.com/J4rXLRnQ
— Manar M. Sarhan (@ManarSarhan) March 7, 2012
Ayahnya, Marcos Alonso Pena, adalah mantan pemain Barcelona yang menembus final Liga Champions 1985/1986. Kakeknya, Marcos Alonso Imaz alias Marquitos merupakan legenda Real Madrid. Berhasil menjuarai La Liga lima kali dan mendominasi Liga Champions selama periode 1955-1960.
Alonso memulai kariernya dengan mengikuti jejak Sang Kakek, membela Real Madrid. Ia masuk ke dalam sistem La Fabrica dan sempat diberikan kesempatan untuk membela tim senior oleh Manuel Pellegrini. Hanya tampil satu menit melawan tim lokal kakeknya, Racing Santander.
Alonso sudah 11 tahun berada di sistem Real Madrid dan kemudian hanya diberikan satu menit! Ia pun tahu bahwa itu adalah waktunya untuk pergi dari Santiago Bernabeu.
Dimulai dari Bolton
Foto: Lion of Vienna Suite
“Tiba-tiba saya ada di tengah-tengah Raul Gonzalez, Ricardo Kaka, dan Cristiano Ronaldo. Ketika itu saya tahu bahwa tidak ada peluang di tim utama. Padahal saya ingin bermain. Akhirnya saat tawaran dari Inggris datang, saya tidak ragu menerimanya,” aku Alonso
Tawaran itu datang dari Bolton Wanderers. “Ketika Anda bisa menembus Real Madrid, jelas ada talenta yang diperhitungkan di dalamnya. Saya yakin Alonso adalah pemain hebat. Ia bukanlah artikel yang sudah selesai ditulis,” kata Owen Coyle yang menangani the Trotters saat itu.
Ucapan Coyle itu terbukti benar, Alonso bukanlah artikel yang sudah selesai meski gagal mendapat tempat di Real Madrid. Kariernya bahkan baru dimulai di Bolton. Dikontrak tiga tahun oleh Bolton, Alonso hanyalah pemain cadangan saat the Trotters di Premier League. Tapi ketika mereka turun ke Championship, Alonso menjadi pilihan utama di paruh kedua musim 2012/2013.
Penampilan Alonso di divisi dua Inggris ini menarik perhatian Fiorentina. Sang Ayah pun mendukung anaknya untuk pergi ke Italia. “Fiorentina mendekati Marcos [Alonso]. Hal ini mungkin membuat dia tidak akan memperpanjang kontraknya dengan Bolton. Tapi untuk saat ini dirinya fokus di Inggris dan ingin mengakhiri musim sebagai profesional,” ungkap Sang Ayah.
The Trotters gagal menembus zona playoff di akhir musim 2012/2013. Mencatatkan 68 poin dari 42 pertandingan, raihan mereka sama dengan Leicester City. Tapi kalah dari segi selisih gol. Alonso pun tidak memperpanjang kontraknya di DW Stadium dan hengkang ke Fiorentina.
Lepas dari Bayang-Bayang Keluarga
Foto: Marca
Sempat diasingkan ke Sunderland, Alonso sebenarnya tampil impresif selama mengenakan kostum ungu La Viola. Bahkan kabarnya saat ia dilepas Fiorentina ke Chelsea, Paulo Sousa yang saat itu menangani La Viola disebut geram. Merasa dikhinati pihak klub yang berjanji tidak akan melepas pemain kunci dari timnya.
Kualitas Alonso di Chelsea tidak perlu dipertanyakan lagi. Ia merupakan kunci dari the Blues memenangkan Premier League, Piala FA, dan Liga Europa. Maurizio Sarri bahkan menyebut Alonso tidak tersentuh di lini belakang Chelsea. “Ia adalah bek kiri terbaik dunia saat ini,” puji Sarri.
Alonso masih memiliki kontrak hingga 2023 di Stamford Bridge. Tapi setelah tiga tahun di London, dirinya mendapatkan peluang untuk pulang ke Madrid. Entah itu Atletico ataupun Real Madrid. Ia pun tidak menutup peluang untuk pulang. “Saya senang di sini [Chelsea], tapi kita lihat saja nanti,” katanya.
Kembali ke Real Madrid atau membela Atleti, Alonso akan tetap pulang. Pasalnya, ayah Alonso juga membela Rojiblancos sebelum ke Barcelona. Setelah lima tahun di Camp Nou, ia juga kembali ke Atleti untuk dua musim sebelum menutup karier di kampung halaman, Santander.
“Saya selalu punya tempat khusus untuk Atletico Madrid,” aku bek Chelsea itu.
Atletico Madrid kabarnya menginginkan Alonso untuk jadi pengganti Filipe Luis yang pergi dari Wanda Metropolitano bersama deretan bek senior lainnya. Artinya, ia akan jadi pilihan utama. Tidak lagi tertutup deretan bintang seperti di Real Madrid. Namun termasuk dalam kumpulan bintang tersebut.
Lebih penting lagi, ia tidak akan pulang dengan label ‘anak Marcos Alonso Pena’. Atau ‘cucu dari Marquitos’. Ia telah lepas dari bayang-bayang itu dan dikenal dengan namanya sendiri: Marcos Alonso Mendoza!