Baru satu musim membela Al-Hilal, gelandang Uni Emirat Arab (UEA), Omar Abdulrahman dipastikan pergi dari Kota Riyyadh. Pemain kelahiran 20 September 1991 itu diboyong Si Ombak Biru -julukan Al-Hilal- dengan harapan tinggi. Pasalnya, Abdulrahman merupakan talenta terbaik di UAE. Tapi kenyataannya, hanya enam pertandingan yang bisa ia jalani di Arab Saudi.
Bukan karena kalah bersaing dengan pemain-pemain lini tengah Al-Hilal lainnya. Melainkan karena cedera. Mengalami masalah pada bagian ligamen lututnya, membuat Abdulrahman harus absen tujuh bulan. Tidak dapat digunakan Zoran Mamić yang menangani Al-Hilal di mayoritas musim 2018/2019.
Dari tiga pelatih yang menangani Al-Hilal sepanjang 2018/2019, Abdulrahman hanya tersedia ketika Jorge Jesus masih memegang kendali (5 Juni 2018-31 Januari 2019). Diasuh mantan pemain Sporting CP itu, Abdulrahman sebenarnya berhasil mengunci tempat utama di Al-Hilal.
“Omar [Abdulrahman] adalah pemain yang pintar. Dirinya bisa belajar dengan cepat. Oleh karena itulah ia bisa langsung masuk ke dalam tim,” kata Jesus. Sialnya setelah 434 menit di atas lapangan, Abdulrahman terkena cedera. Absen dalam waktu yang lama membuat Al-Hilal berpikir ulang soal investasi mereka terhadap Abulrahman.
“Sebelum berangkat ke Eropa untuk pemusatan latihan, kami mulai mendiskusikan kontrak Abdulrahman. Walaupun sebenarnya masih ada satu bulan lagi sebelum jatuh tempo. Tapi karena ia cedera sepanjang musim lalu, kami meminta dirinya untuk menjalani tes medis,” tulis pihak klub dalam pernyataan resmi mereka.
“Abdulrahman lolos tes medis, kemudian kami mulai bicara soal finansial. Awalnya, ada perbedaan antara pihak klub dengan Abdulrahman. Namun kami bersedia untuk memenuhi permintaannya. Dengan syarat, ia harus segera memberikan kepastian. Sayangnya, meski Al-Hilal telah menambahkan batas waktu kepada Abdulrahman, ia tetap tidak membalas”.
“Kami ingin masalah ini cepat selesai. Jadi pada akhirnya kami memutuskan untuk berhenti menjalin kerja sama dengan Omar Abdulrahman. Pihak klub ingin berterimakasih atas apa yang telah diberikannya selama menggunakan seragam Al-Hilal dan semoga beruntung di masa depan,” tutup Si Ombak Biru.
Apabila uang dari salah satu kesebelasan terbaik Saudi tak dapat membuat Abdulrahman bertahan, mungkin ia sudah terlalu besar untuk level Asia. Pasalnya, Al-Hilal merupakan kesebelasan yang berani mengontrak Alberto Botia, Bafetimbi Gomis, Jonathan Soriano, Andre Carillo, dan Sebastian Giovinco, secara bersamaan. Mereka mungkin salah satu klub dengan kekuatan finansial terkuat di Asia.
Menolak Al-Hilal, hanya ada dua opsi bagi Abdulrahaman: Kembali ke Al Ain, klub yang ia bela selama 10 tahun sebelum pergi ke Saudi. Atau menuntaskan takdirnya dengan tampil di kompetisi Eropa. Sejak membawa UEA menjuarai Arabian Gulf Cup pada 2013, dirinya sudah digadang-gadang akan tampil di Benua Biru.
Didukung Xavi Jadi Pionir
Foto: Esquire Middle East | Sudah lama diminati Eropa.
Manchester City bahkan pernah menawarkan Abdulrahman tes masuk dan tertarik untuk memberikan kontrak kepada dirinya. “Dia adalah talenta yang luar biasa. Dirinya pasti akan selalu masuk monitor kami. Saya sangat ingin melihat Abdulrahman main di Inggris,” kata Kepala Akademi Manchester City Brian Marwood.
Sayangnya, regulasi izin kerja yang ketat di Premier League membuat Abdulrahman tak bisa diikat oleh the Citizens. Meski demikian, Marwood percaya bahwa talenta Abdulrahman layak dicoba di Eropa.
“Kenapa tidak? Secara fisik, mungkin ia perlu adaptasi. Tapi melihat kemampuan teknik yang dimilikinya, Abdulrahman dibekali modal sangat bagus,” ungkap Marwood ketika ditanya soal ketertarikan Valencia, FC Barcelona, Arsenal, Hamburg, dan Malaga kepada Abdulrahman.
Talenta pemain yang kerap disapa Amoory itu sudah diakui di Asia. Pada 2016 dirinya bahkan terpilih sebagai pemain terbaik Asia Champions League dan AFC. Abdulrahman sudah menjuarai semuanya bersama Al Ain. Mengangkat 11 piala, termasuk empat gelar Pro-League, tidak ada lagi yang ia kejar di sana.
Xavi Hernandez yang mulai berkecimpung di dunia sepakbola Arab sejak 2015 bahkan mengatakan bahwa Eropa adalah tempat yang pas untuk Abdulrahman mengembangkan dirinya. “Abdulrahman adalah pemain yang hebat. Sangat penting bagi dirinya untuk keluar dari UEA. Itu akan sangat bermanfaat bagi semua pihak, Termasuk sepakbola Arab. Dirinya bisa menjadi pionir pemain Arab di Eropa,” kata nakhoda Al Saad tersebut.
Takut Berjudi atau Standard Terlalu Tinggi?
Foto: Shamra | Disebut takut keluar dari zona nyaman.
Abdulrahman seharusnya bisa jadi pionir bagi pemain-pemain Arab tampil di Eropa. Hal yang sangat jarang terjadi di dunia sepakbola. Hanya dua nama muncul di kepala ketika membicarakan hal itu: Sami Al Jaber dan Ali Adnan. Abdulrahman punya banyak peluang untuk mengikuti jejak mereka. Tapi ia seperti tidak mau berjudi.
Padahal, dia sendiri mengakui bahwa dirinya tertarik bermain di Eropa. “Jika klub Premier League, Serie-A, dan La Liga datang, saya mau membela kesebelasan apapun,” katanya. Masalah izin kerja membentur mimpi itu.
Pada akhirnya, bukan dirinya jadi pionir talenta Arab di Eropa. Akram Afif (Qatar/Villarreal), lebih dulu mendapat kontrak dari Benua Biru sebelum Abdulrahman yang sudah digadang-gadang sejak lama. Afif pun bisa mendapat izin kerja di La Liga karena dirinya merupakan bagian dari pertukaran talenta yang dilakukan Aspire Academy.
Berstatus bebas agen setelah dilepas Al-Hilal. Terlihat ingin mendapat gaji yang lebih besar dibandingkan sebelumnya. Abdulrahman tidak punya alasan (lagi) untuk menolak peluang ke Eropa. Mungkin bukan La Liga, Serie-A, atau Premier League, sesuai keinginannya. Tapi Bundesliga atau Eredivisie yang memiliki regulasi lebih bersahabat soal pemain asing bisa menjadi opsinya. Jika ada yang berminat, Amoory harus berani berjudi!