Berambisi membangun ‘galactica‘ di divisi sepakbola tertinggi Spanyol, Liga Iberdrola, CD Tacon/Real Madrid berhasil merekrut penyerang Swedia, Sofia Jakobsson dari Montpellier. Jakobsson menjadi pemain ke-empat yang didaratkan klub asal Ibu kota Spanyol tersebut pada musim panas 2019. Menyusul Thaisa Moreno, Aurelie Kaci, dan Kosovare Asllani.
“Sebenarnya cukup berat untuk meninggalkan Montpellier. Pasalnya saya sudah hidup lima tahun di sana. Montpellier dan Prancis pasti akan saya rindukan. Namun, saya juga senang bisa bergabung dengan Real Madrid. Kesebelasan ini memiliki proyek yang bagus. Bangga rasanya bisa membantu mereka memperluaskan sepakbola perempuan,” kata Jakobsson.
Michael Kallbäck, agen dari Jakobsson, mengaku bahwa kliennya memiliki dua pilihan saat memutuskan untuk pergi dari Montpellier. Antara Real Madrid dan kesebelasan yang akan bersaing untuk meraih gelar Liga Champions di 2019/2020. Los Blancos kemudian menjadi pilihannya. “Ia punya dua opsi. Ini atau berjuang memenangkan Liga Champions. Baginya, membuat sejarah di klub klasik seperti Real Madrid menjadi opsi terbaik,” jelas Kallback.
Jakobsson akan merumput bersama kompatriotnya, Asllani di Spanyol. Dari empat pemain yang sudah didaratkan Real Madrid untuk CD Tacon, dua di antaranya berasal dari Swedia. Sebuah fenomena unik mengingat Los Blancos sejatinya tidak memiliki ikatan kuat dengan talenta-talenta Swedia. Bahkan menurut Transfermarkt, hingga Agustus 2019, hanya ada satu pemain Swedia yang pernah membela Real Madrid: Agne Simonsson (1960/1961).
Lalu mengapa Swedia seakan menjadi tulang punggung CD Tacon/Real Madrid dalam membentuk galactica? Tak ada yang tahu pasti hingga pihak klub memberi pernyataan resmi tentang hal ini. Situs resmi CD Tacon sedang dalam perbaikan. Nama Real Madrid baru akan digunakan pada 2020/2021. Jadi kita harus menunggu. Tapi bukan berarti tak ada teori yang bisa memberi gambaran tentang langkah CD Tacon/Real Madrid ini.
Hasil Prestasi Piala Dunia 2019
Bedasarkan situs resmi FIFA, Swedia sejatinya selalu jadi kekuatan sepakbola perempuan. Setidaknya sejak 2003, sangat jarang bagi mereka keluar dari 10 besar peringkat dunia. Tapi di 2017 dan 2018, Asllani dan kawan-kawan keluar dari habitat mereka. Menduduki peringkat 11 dunia dalam beberapa kesempatan.
Padahal, Swedia berhasil menembus perempat-final Piala Eropa 2017 dan menjuarai Algarve Cup 2018. Sayangnya, penampilan mereka inkonsisten. Ditahan imbang Korea Selatan, bahkan kalah melawan Ukraina. Beruntung di Piala Dunia 2019, Swedia kembali memperlihatkan kemampuan mereka dengan pulang sebagai juara tiga turnamen tersebut.
Swedia berhasil mengalahkan Cile, Thailand, Kanada, Jerman, dan Inggris. Hanya menelan dua kekalahan kontra Belanda dan Amerika Serikat, dua negara yang menjadi finalis Piala Dunia 2019. Alhasil, peringkat Swedia di mata FIFA kembali naik. Dari peringkat sembilan pada Maret 2019, jadi duduk di posisi enam setelah Piala Dunia berakhir.
Bintang utama mereka sepanjang turnamen tersebut adalah Kosovare Asllani dan Sofia Jakobsson. Real Madrid sebagai kesebelasan yang gemar mengumpulkan berbagai bintang dari seluruh dunia tentu kemudian tertarik untuk memboyong keduanya ke Spanyol.
Sejarah Panjang Swedia
Foto: Västerbottens Idrottshistoriska Sällskap
Selain menampilkan performa apik sepanjang Piala Dunia 2019, Swedia juga merupakan salah satu negara yang telah mempedulikan sepakbola perempuan sejak lama. Bedasarkan laporan Guardian, sejarah sepakbola perempuan di Swedia bisa ditarik hingga era 1960-an.
Mereka adalah salah satu pionir dalam urusan sepakbola perempuan dan juga terkuat di Benua Biru. Swedia bahkan pernah diisi oleh generasi emas pada awal 2000-an. Talenta-talenta seperti Victoria Svensson, Malin Moström, Hanna Ljungberg, dan Marklund berhasil membuat Umea IK, menjadi penguasa sepakbola Eropa.
Meski belum pernah menjuarai Piala Dunia, Swedia sudah empat kali menjadi tiga besar. Bahkan pada Piala Dunia 2003, mereka berhasil menembus partai puncak sebelum kalah dari Jerman 1-2. Memiliki satu gelar Eropa (1984), medali perak di Olimpiade 2016, serta empat kali menjuarai Algarve Cup (1995, 2001, 2009, 2018), talenta dari Swedia tak bisa diremehkan.
Menurut Financial Times, enam negara Eropa yang menembus delapan besar Piala Dunia 2019 (Swedia, Inggris, Belanda, Norwegia, Jerman, dan Prancis) punya lebih dari 100.000 talenta sepakbola perempuan yang terdaftar.
Hal ini membuat Swedia bukan hanya menjadi negara dengan sejarah panjang di dunia sepakbola perempuan. Tapi juga punya masa depan cerah. Bahkan nama-nama Nathalie Björn, Anna Anvegård, dan Julia Olme yang belum genap 23 tahun sudah tampil di Piala Dunia 2019.
***
Real Madrid merupakan kesebelasan yang selalu berusaha untuk mempertahankan tradisi mereka sebagai klub terbaik dunia. Entah itu di masa lalu dengan Alfredo Di Stefano dan Ferenc Puskas. Masa kini mengandalkan Eden Hazard, Karim Benzema, Luka Jovic, dan Sergio Ramos. Ataupun masa depan dengan nama-nama Vinicius Junior, Rodrygo Goes, hingga Takefusa Kubo sudah disiapkan.
Wajar jika mereka kemudian menegok Swedia, negara yang sudah menjadi kekuatan sepakbola perempuan dunia sejak era Pia Sundhage-Helen Johansson, Hanna Ljungberg-Victoria Svensson, Nilla Fischer-Lotta Schelin, hingga kini Kosovare Asllani-Sofia Jakobsson.