Entah sejak kapan, namun keputusan pemain berpaspor ganda untuk membela suatu negara tertentu telah menjadi daya tarik di dunia sepakbola. Ini bukanlah fenomena baru. Anderson Luís de Souza alias Deco, yang merupakan bagian dari generasi emas tim nasional Portugal sebenarnya merupakan pemain kelahiran Brasil. Namun, dirinya bermain bersama Luis Figo dan Rui Costa untuk A Seleção das Quinas.
Sebelumnya, Asosiasi Sepakbola Internasional (FIFA), tidak terlalu peduli dengan negara yang diwakili oleh pemain. Legenda-legenda sepakbola seperti Ferenc Puskás dan Alfredo Di Stefano membela lebih dari satu negara sepanjang karier mereka. Memasuki periode kedua kepemimpinan Sepp Blatter, FIFA mulai merancang regulasi baru untuk hal ini.
“Jika tidak diperketat, Brasil akan menguasai dunia. Nanti, Piala Dunia 2014 dan seterusnya, negara-negara yang lolos sebagai wakil Afrika, Asia, dan Eropa semuanya diwakili pemain Brasil,” kata Blatter. Perlahan, terbentuklah peraturan baru untuk kelayakan pesepakbola membela suatu negara.
Detil dari peraturan ini bisa ditemukan di situs FIFA, tapi secara garis besar seorang pemain harus punya garis keturunan yang jelas dengan negara mereka. Seorang pemain yang punya kewarganegaraan ganda hanya boleh berganti negara satu kali. Mereka terhitung aktif membela negara tersebut apabila main di pertandingan kompetitif.
Kemudian, hampir setiap negara akhirnya mencari ke penjuru dunia untuk mencari talenta. Nama-nama seperti Tammy Abraham dan Ike Ugbo mulai dikejar Nigeria agar tidak membela Inggris. Jorginho dicuri Italia dari Brasil dan begitu seterusnya. Menjelang jeda internasional Oktober 2019, satu nama tampak lebih menonjol dari lainnya, Gabriel Martinelli.
***
Martinelli mendarat di Arsenal pada musim panas 2019 sebagai pemain kewarganegaraan Brasil. Dirinya adalah rekomendasi pertama Edu Gaspar sebagai direktur teknis the Gunners. Diboyong dari Ituano, tim yang kurang ternama di Brasil, Martinelli memperlihatkan kualitasnya di bawah asuhan Unai Emery. Dia sudah terlibat dalam lima gol untuk Arsenal dari empat laga yang dijalaninya hingga 10 Oktober 2019.
Meski tak satupun gol tersebut tercipta di Premier League, talenta Martinelli mulai diperhitungkan. Azzurri pun ogah kehilangan talenta berdarah Italia itu membela tim Samba. Sekalipun dirinya lahir di Guarulhos, Brasil, darah Italia dari Sang Ayah sudah cukup untuk Martinelli membela Azzurri. Menurut GOAL, Asosisi Sepakbola Italia (FIGC) sudah berkomunikasi dengan pemain kelahiran 18 Juni 2001 itu untuk menolak Brasil.
Roberto Mancini selaku nakhoda Italia juga membuka peluang bagi Martinelli masuk ke dalam timnya. “Kami akan menunggu masalah paspornya selesai. Untuk sementara ini, Italia akan tetap diperkuat Ciro Immobile dan Andrea Belotti sebagai penyerang utama,” kata mantan manajer Manchester City itu.
Antara Italia dan Brasil
FOTO: Reuters via DNA India
Martinelli bukanlah perebutan pertama antara Brasil dan Italia. Jorginho, Emerson Palmieri, dan Thiago Motta juga menukar paspor Brasil mereka untuk membela Azzurri. Sementara Rodrygo Eli dan Maicon da Silva Moreira menolak Italia agar bisa bergabung dengan tim Samba. Melihat hal ini, semua masih mungkin terjadi. Pasalnya, Martinelli juga tidak dipanggil ke tim nasional Brasil saat jeda internasional Oktober 2019.
Akan tetapi, apabila melihat catatan pemain-pemain Brasil yang menukar kewarganegaraan mereka untuk Italia, ada baiknya Martinelli menolak tawaran FIGC. Dalam beberapa tahun terakhir, penyerang yang memilih Italia karena garis keturunannya tidak punya nasib baik di tim nasional. Daniel Osvaldo dan Eder contohnya. Mario Balotelli bahkan harus bersusah payah untuk bisa kembali dipanggil.
Italia merupakan salah satu negara yang sering kali mengubah pilihan pemain mereka, terutama di lini depan. Brasil mungkin akan cukup lama mengandalkan Neymar, Gabriel Jesus, dan Roberto Firmino. Akan tetapi, mereka jarang merombak tim. Jadi sekalinya Martinelli sudah mendapatkan panggilan, besar peluangnya untuk bertahan di sana.
***
Sekalipun saingan di Brasil lebih berat dengan Vinicius Junior dan Rodrygo Goes mengincar tempat yang sama, Martinelli tetap punya peluang untuk menjadi juru gedor tim Samba. Dengan gaya permainannya yang lebih gemar beroperasi di sisi lapangan sebelum masuk ke kotak penalti lawan, Martinelli juga lebih cocok bermain untuk Brasil.
Apalagi ia bisa meroket seperti saat ini karena pengaruh Edu yang membawanya ke Arsenal. Edu adalah salah satu bagian dari ruang ganti kepelatihan Brasil sebelum menerima pinangan Arsenal. Jika ia mengatakan Martinelli punya talenta, bukan hanya untuk Arsenal tapi juga bagi Brasil.
Membela tim nasional mungkin menjadi mimpi semua pemain. Lebih cepat dipanggil ke tim senior tentu akan menjadi sebuah kebanggaan. Akan tetapi, jika Martinelli memilih Italia dan bermain di Piala Eropa 2020, belum tentu ia akan ikut ke Qatar pada 2022. Padahal saat ketertarikan Arsenal datang, ia mengaku Piala Dunia 2022 adalah bagian dari mimpinya.
“Ayah selalu bercerita tentang Liga Champions dan Piala Dunia. Kedua hal itu adalah mimpi saya saat ini. Saya yakin bisa masuk tim nasional BRASIL untuk Piala Dunia 2022,” kata Martinelli.