Pada usia 10 tahun, Ronaldo akhirnya bergabung bersama klub terbesar di Madeira, yakni Nacional. Berkah dari ayah baptisnya, Fernao Barros Sousa, yang memuluskan jalannya bergabung dengan Nacional.
Keputusan Nacional untuk membawa Ronaldo jelas tak salah. Baru sampai di tempat latihan, Ronaldo langsung menunjukkan kualitasnya. Hal ini diakui oleh mantan pelatih tim muda Nacional, Pedro Talinhas.
“Di sini, di Madeira, bakatnya sudah diketahui. Pemandu bakat dan orang-orang yang bekerja di klub menganggapnya sebagai pemain muda terbaik di Madeira. Dia masih muda saat itu, tapi mereka bisa melihat kalau Ronaldo punya sesuatu yang spesial,” tutur Talinhas.
“Dia tiba di Nacional ketika usianya 10 tahun. Ia adalah pesepakbola yang punya teknik bagus, juga bagus dengan kedua kakinya. Tubuhnya kecil, tapi amat teknikal. Banyak hal yang Anda lihat hari ini tentangnya, golnya, tujuannya untuk mencetak gol indah, kami sudah pernah melihatnya saat itu.”
Ronaldo pun mengalami peralihan dari 7 lawan 7 menjadi 11 lawan 11. Permainannya yang di atas rata-rata membuatnya kerap ditempatkan di tim yang lebih tua. Talinhas sendiri baru melatih Ronaldo di tahun keduanya bersama Nacional. Ia adalah kapten tim saat itu.
“Berkali-kali ia bermain menghadapi anak yang usianya tiga tahun lebih tua, dan seringkali ia bahkan lebih menonjol,” tutur Talinhas.
Talinhas pun percaya kalau dengan bakat yang ia miliki, ia akan punya potensi besar. Namun, caranya cuma satu, yakni bekerja keras. Dan itulah apa yang terjadi saat ini. Sebelumnya, belum ada pemain dari Madeira yang bisa menembus timnas Porgual, apalagi sampai menjadi yang terbaik di dunia. Jadi, sulit untuk dibayangkan kala itu.
Sampai akhirnya, Barros Sousa mengenalkan Ronaldo pada Joao Marques de Freitas, seorang socio dari Sporting CP. De Freitas pun disebut-sebut punya hubungan erat dengan klub yang berbasis di Lisbon tersebut.
Mereka pun bertemu, tapi De Freitas masih ragu karena ia tak pernah melihat Ronaldo bermain. Ia hanya memegang ucapan ayah baptisnya yang menggaransi kemampuan Ronaldo. De Freitas kemudian meminta pemandu bakat Sporting, Aurelio Pereira, untuk menyaksikan penampilan Ronaldo. De Freitas percaya karena Pereira punya mata yang bagus saat mendeteksi pemain berbakat.
Jauhnya jarak antara Madeira dengan Lisbon membuat De Freitas sampai harus meyakinkan Pereira bahwa pemain muda ini amatlah bagus, meskipun ia sendiri belum pernah menyaksikannya bertanding.
“Dan dia bilang padaku: ‘Coba bawa saja dia ke sini’. Aku lalu bicara pada Dolores di hari yang sama, dan ia mengiyakan. Jadi aku bertanggung jawab atas itu. Aku membeli satu tiket dari Funchal ke Lisbon,” kenang De Freitas.
Ronaldo berangkat pada Sabtu, dan tiga hari kemudian Aurelio Pereira bilang bahwa Ronaldo amatlah bagus. Bahkan, para pemain di tim utama ikut menonton kemampuan mantan pemain Manchester United.
Sporting terkesima. Pada usia 12 tahun, Ronaldo akhirnya pindah ke ibu kota Portugal. Sendirian. Dan di sinilah masalah lainnya muncul. Adaptasi menjadi masalah besar buat Ronaldo muda.
Sumber tulisan: Ben Hayward dari Goal.
Baca juga: (1) Cristiano Ronaldo, Tentang Masa Kecil dan Berkah Bapak Baptisnya (1) (2) Cristiano Ronaldo, dari Pulau Kecil ke Ibukota Portugal (2) (3) Cristiano Ronaldo, Ketika Mimpinya Sebagai Pesepakbola Hampir Berakhir (3) (4) Cristiano Ronaldo, dari Pulau Kecil di Atlantik ke Manchester United (4)