Leeds United Service Crew merupakan salah satu firm paling kejam dalam sejarah sepakbola Inggris. Selama waktu 1978-1982, para pendukung Leeds sudah memperoleh reputasi yang tidak diinginkan di seluruh Inggris sehingga dianggap menodai nama kesebelasannya sendiri. Insiden hooliganisme di Inggris saat itu sedang marak-maraknya dan beberapa anggota Front Nasional Inggris mulai masuk ke dalam pergerakan suporter sepakbola.
Insiden besar pertama yaitu ketika final Piala Eropa melawan Bayern Munich pada 28 Mei 1975 di Parc des Princes, Paris, Prancis. Insiden panas dimulai ketika gol Lorimer dianulir yang dianggap sebagai biang kekalahan Leeds. Dua kali protes meminta penalti juga ditolak oleh wasit pemimpin pertandingan.
Hal-hal itulah yang membuat para pendukung Leeds geram dan mencabut kursi tribun hingga dilemparkan ke dalam lapangan. kemudian bentrok dengan polisi-polisi Prancis pun tak terelakan ketika para pendukung Leeds menyerbu ke lapangan. Operator TV dari Jerman kehilangan matanya dan seorang fotografer mengalami patah lengan ketika melawan Munich.
Akibat insiden inilah Leeds dilarang tampil di kompetisi Eropa selama empat tahun dan dikurangi dua tahun karena banding. Baru sekitar 17 tahun kemudian, prestasi Leeds kembali naik sehingga bisa menunjukan aksinya lagi di Eropa. Leeds pun menjadi kesebelasan pertama asal Inggris yang dicekal Eropa. Dari insiden final Piala Eropa itu jugalah para pendukung Leeds sering menyanyikan chant ‘We Are The Champions, Champions of Europe’.
Pemain Newcastle United pun pernah jadi korban karena dilempar rudal di Elland Road pada Oktober 1982. Sebelum pertandingan, Service Crew melakukan pesta minum alkohol dan kemudian melakukan penjarahan dan perkelahian di kawasan Cleethorpes. Bahkan keonaran Service Crew pernah sampai mengakibatkan nyawa melayang. Kejadian duka itu terjadi ketika bertandang melawan Birmingham City di Stadion St Andrew pada 11 Mei 1985.
Para pendukung Leeds meruntuhkan pagar stadion ketika kebobolan. Diperkirakan lebih dari 1.000 pendukung Leeds yang hadir saat itu terlibat dalam kerusuhan. Kursi dan papan iklan mereka hancurkan dan rudal juga dilontarkan. Beberapa pendukung Leeds masuk ke lapangan yang memancing kelompok garis keras Birmingham, Zulu Warriors, terpancing untuk menyerang balik.
Para pendukung Leeds pun sempat dipukul mundur ke tribunnya oleh Zulu. Kemudian Zulu harus terlibat perkelahian dengan polisi. Pertempuran besar antara suporter dan juga polisi ini mendapat banyak perhatian. Sebab sebanyak 96 polisi terluka dan beberapa kendaraan yang terparkir mengalami kerusakan. Seorang pendukung Leeds bernama Ian Hambridge pun harus meninggal ketika tembok tribunnya runtuh.
Insiden ini pun digambarkan seperti pertempuran Agincourt dalam versi pertandingan sepakbola. Reputasi Leeds dengan hooliganisme semakin memburuk, sehingga kesebelasan itu harus menjalani partai usiran pada Januari 1987. Alasannya karena Telford United selaku tuan rumah menolak menjamu Leeds di Stadion Bucks Head Ground. Akhirnya, pertandingan digelar di Stadion West Bromwich Albion.
Salah Satu Penerima Hukuman Terbanyak
Memasuki 1990, Service Crew tetap membuat keributan yang fenomenal. Insiden yang tak terlupakan adalah ketika melawan tuan rumah AFC Bournemouth pada Mei 1990. Sekitar 10.000 pendukung Leeds pergi ke pertandingan terakhir musim 1989/1990 tersebut. Apalagi Leeds punya kesempatan besar untuk promosi ke Divisi Pertama Inggris.
Saat tiba di tepi laut Bournemuth, kawasan yang biasa sepi itu mendadak berubah menjadi zona perang. Mereka berjuang dalam pertempuran melawan kepolisian sehingga meninggalkan jejak-jejak kehancuran di sana. Sebab pendukung Leeds mengamuk dan menghancurkan pub-pub di sana.
Hasilnya, sebanyak 104 pendukung Leeds ditangkap dan 12 polisi mengalami luka parah. Bournemouth pun terkena imbas karena kemudian dilarang menyelenggarakan salah satu kompetisi pra musim 1990/1991 setelah kejadian tersebut. Service Crew memang merupakan salah satu firm paling aktif di Inggris. Mereka selalu mengikuti pertandingan tandang dalam jumlah besar.
Hal itu juga selalu menjadi perhatian polisi terutama dalam jarak laga tandang yang jauh. Seperti ketika melawan Ipswich Town pada 28 April 2007. Sekitar 200 pendukung Leeds tumpah ke lapangan sehingga pertandingan ditunda 30 menit karena keunggulan Ipswich mengancam Leeds degradasi ke League One. Sekitar 100 dari pendukung Leeds berlari menuju tribun pendukung Ipswich.
Atas tragedi invasi lapangan tersebut, 13 pendukung Leeds dihukum larangan menonton pertandingan. Hukuman sejenis itu juga tidak membuat jera beberapa pendukung garis keras Leeds. Dalam pertandingan melawan Sheffield Wednesday pada 19 Oktober 2012, Aaron Cawley, hooligan Leeds, menyerang Chris Kirkland saat menginvasi lapangan untuk merayakan gol.
Kirkland pun membutuhkan perawatan medis. Ia mendapatkan pukulan di wajah dari kedua tangan Cawley sehingga terjatuh. Pertandingan berakhir dengan skor 1-1. Sebelumnya, Cawley pernah mendapatkan hukuman larangan menonton pertandingan sepakbola di Inggris.
“Klub sepakbola Leeds United meminta maaf kepada publik dan mengutuk tindakan penggemar yang datang ke lapangan dan menyerang kiper Sheffield Wednesday, Chris Kirkland. Klub akan sepenuhnya bekerja sama dengan polisi dan otoritas sepakbola dalam mengidentifikasi individu yang bersangkutan,” tulis pernyataan Leeds seperti dikutip dari Telegraph.
Sampai saat ini, Service Crew juga merupakan firm paling banyak menerima hukuman daripada pendukung kesebelasan Inggris lainnya. Jangan lupa juga ancaman brutal mereka kepada pemain-pemain yang pindah ke kesebelasan rival seperti Alan Smith, Peter Ridsdale dan Rio Ferdinand. Tapi saat ini, Service Crew cenderung lebih tenang dan tidak terlalu aktif melakukan kerusuhan dalam pertandingan sepakbola.
Kendati demikian, berhadapan dengan para pendukung Leeds tetap saja membuat was-was. Apalagi Leeds sedang memuncaki klasemen sementara Divisi Championship 2019/2020. Rasanya perlu diperhatikan gerak-gerik Service Crew ketika sedang dalam situasi penting seperti itu.
Baca juga: Leeds United Service Crew Si Biang Onar (1): Di Balik Totalitas yang Luar Biasa