Persib Bandung gagal meraih hasil maksimal dalam dua pertandingan terakhir. Akan tetapi, penurunan prestasi ini agaknya sudah diantisipasi. Tidak sedikit Bobotoh yang sejak awal musim sudah punya prediksi atas capaian buruk ini. Musim memang masih panjang membentang. Lantas, apakah peluang untuk juara dengan sekejap pula akan menghilang?
Beban Berat dan Mental Pemain
Setiap musim kompetisi bergulir, tuntutan Bobotoh selalu sama: juara. Selama 19 tahun pula tuntutan itu terus berkumandang. Baru pada 2014 di era Djadjang Nurdjaman, trofi liga itu kembali ke Bandung.
Harusnya sebelum menandatangani kontrak dengan Persib Bandung, para pemain sadar kalau tekanan di Persib itu berat dan nyata adanya. Pemain yang tidak kuat mental mestinya mengundurkan diri secara sukarela. Pasalnya, mayoritas Bobotoh itu jujur. Kalau ada pemain yang main jelek, mereka secara terbuka mengemukakannya langsung.
Di era media sosial seperti sekarang ini, kritikan tersebut otomatis terdengar atau terbaca langsung oleh pemain yang bersangkutan. Akan ada pengaruh pada penampilan pemain yang dikritik bila mental mereka buruk. Maka sungguh hal yang mengherankan kalau ada pemain yang malah menyerang suporter yang mengkritiknya.
Suporter kan harusnya mendukung bukan mengkritik?
Ya, kalau para pemain ini tak dibayar, suporter pun tahu diri. Ini sudah dibayar, tapi masih mengeluh. Kan kurang ajar. Kalau tak kuat dengan tekanan suporter, lebih baik mundur dari sekarang.
Baca juga: Jangan Cintai Timnas Indonesia Apa Adanya
Pemain yang Pas-pasan
Firman Utina tak bisa menahan tangisnya setelah Persib Bandung berhasil lolos ke final Liga Indonesia 2014. Selain kelelahan secara fisik, secara mental pun ia tak bisa menyembunyikan beban berat yang mampir di pundaknya. “Saya tadi menangis karena kami sangat kompak, walau jujur pas-pasan pemain kami,” kata Firman dikutip dari Bola.net.
Kala itu, Firman padahal bermain dengan skuat melimpah seperti Makan Konate, Hariono, M. Ridwan, Supardi, Vladimir Vujovic, Ahmad Jufrianto hingga Ferdinand Sinaga. Kalau skuat seperti itu disebut pas-pasan, entah harus disebut apa skuat Persib saat ini.
November tahun lalu, Bobotoh mengkritik manajemen yang terkesan lambat. Belum ada nama pelatih yang diumumkan. Targetnya kala itu adalah Rahmad Darmawan yang menangani T-Team di Liga Malaysia.
Dilansir Tribun, manajemen lewat Kuswara S. Taryono menyatakan bahwa mereka akan melakukan evaluasi terlebih dahulu dan dibahas secara internal. Karena sistem kontrak di Liga Indonesia umumnya hanya untuk satu musim kompetisi, bukan cuma Bobotoh yang resah. Pemain juga mestinya merasakan hal serupa. Saat kesebelasan lain sudah menawarkan kontrak baru, Persib justru masih berkutat pada evaluasi. Apalagi, nama pelatih masih belum muncul.
Pada Desember, secara mengejutkan Persib menunjuk Mario Gomez yang sukses membawa Johor Darul Ta’zim juara AFC Cup. Dengan waktu yang serba terbatas, Persib menjanjikan mendatangkan pemain-pemain yang punya nama. Akan tetapi, justru kekecewaan yang datang menghampiri.
Di sesi latihan tiba-tiba saja muncul Eka Ramdani. Tak berselang lama, di Yogyakarta, kejutan lain itu bernama Airlangga. Pada awal Januari, Persib merealisasikan janji dengan mendatangkan tiga calon pemain inti: Bojan Malisic, Victor Igbonefo, dan “Pemain Grade A” Oh In-kyun.
Gomez sudah mengenal Bojan dan menjadi pemain kepercayaannya di lini belakang. Kualits Victor pun sudah tak perlu diragukan kecuali catatan cedera yang membelenggunya. Sementara pemilihan In-kyun mendapat sorotan dari Bobotoh yang langsung dibela oleh sang agen yang menyatakan kalau pemainnya tersebut adalah “Grade A”.
Dengan skuat yang ada, Bobotoh pun kerap melabeli skuat ini sebagai Persib U-35. Ini wajar mengingat I Made Wirawan, Victor, Wildansyah, Bojan Malisic, Toni Sucipto, Supardi, Atep, Eka Ramdani, Hariono, In-kyun, dan Airlangga, sudah berusia di atas 30 tahun.
Baca juga: Giovinco, Indonesia, dan Budaya Menang
Bisa Bersaing, Tapi…
Pemimpin Redaksi Panditfootball.com, Ardy N. Shufi, dalam wawancaranya di I-Channel Bandung menyatakan kalau salah satu alasan mengapa Persib tak maksimal adalah rekrutan pemain. Saat kesebelasan lain sudah mengontrak pemain, Persib justru masih diributkan dengan pencarian pelatih. Akibatnya, pemain yang ada pun disebutnya sebagai pemain “sisa”.
Apa yang diungkapkan Ardy jelas berdasar. Saat ini berita soal pemain seleksi yang datang-pergi menghiasi halaman olahraga sejumlah media. Hebatnya, para pemain seleksi ini belum pernah terdengar secara luas namanya. Tidak sedikit dari mereka yang berasal dari kesebelasan yang mentas di Liga 2. Mulai dari Zaenal Muhammad sampai Paul Yohanes Yukey dari Yahukimo FC. Bahkan, Bobby Satria pun ikut seleksi di Persib!
Persib Bandung akhirnya memutuskan merekrut Adri Idrus dan M. Al Amin Syukur Filsaibillilah. Keduanya memang diperlukan Gomez untuk memperkuat lini belakang. Memang, Bobotoh belum secara langsung menyaksikan keduanya main di pertandingan resmi. Akan tetapi, keraguan memang tak bisa dibendung. Syukur-syukur keduanya bisa menunjukkan penampilan yang sesuai harapan. Jangan sampai seperti mendatangkan pengganti Atep, tapi bahkan tak bisa menyaingi kualitas pendahulunya.
Dengan skuat seperti ini dan melihat kekuatan lawan seperti Sriwijaya FC, Persija Jakarta, Bhayangkara FC, maupun PSM Makassar, Persib sebenarnya masih bisa bersaing. Namun, bukan untuk menantang gelar juara, akan tetapi bersaing di papan tengah atau bahkan untuk lolos dari jeratan degradasi.
Baca juga: Pesepakbola Indonesia, Janganlah Main di Luar Negeri
Butuh Proses
Berdasarkan Bolalob, raihan satu poin dalam dua pertandingan awal merupakan start terburuk Persib Bandung dalam tiga musim terakhir. Meskipun demikian, tentu ada banyak hal yang bisa diperbaiki demi membalikkan semua prediksi buruk yang ada.
Mario Gomez jelas bukan pelatih kacangan. Kemampuannya membawa Johor juara AFC Cup amatlah mengejutkan. Pasalnya, lawan yang dihadapi pun punya kualitas yang bagus, utamanya kesebelasan dari Timur Tengah. Selain karena kemampuan taktikal yang bagus, Gomez juga punya pemain yang bisa diandalkan macam Safiq Rahim, Luciano Figueroa, Leandro Velazquez, hingga Safee Sali.
Bagaimana dengan di Persib Bandung? Dilansir Simamaung, Gomez mengungkapkan mengapa ia membuka kesempatan buat pemain yang tak punya nama.
“Mereka pemain yang bagus dan mereka butuh gairah untuk bekerja supaya masuk first eleven. Saya masih memberi mereka waktu agar memahami bagaimana cara kami bermain, tentang taktik dan masalah konsentrasi,” kata Gomez.
Sialnya, Gomez tak bisa mengambil risiko dengan menurunkan para pemain ini. Gomez beralasan mereka butuh proses juga untuk bersaing dengan pemain lain guna mengamankan pos starter.
Sialnya pula, tidak sedikit pihak yang bisa sabar menanti proses yang tengah dibangun Gomez. Toh, kontrak dua tahun yang ditandatangani Gomez bukan berarti ia akan benar-benar menukangi Maung Bandung selama dua tahun.
Drago Mamic yang dikontrak satu tahun, ternyata hanya bertahan lima bulan. Ia mundur dua jam setelah manajemen mengadakan konferensi pers yang memintanya untuk mundur. Hal serupa juga terjadi pada Dejan Antonic yang dikontrak setahun, tapi cuma bertahan selama tujuh pertandingan. Alasannya? Selain desakan dari Bobotoh, juga tugas di Persib yang terlalu berat.
Lantas apakah segala proses yang dibutuhkan Gomez bisa berjalan beriringan bersama ketidaksabaran Bobotoh dan manajemen? Kalau hal itu bisa terjadi, justru itulah yang disebut anomali.
Baca juga: Musuh Egy di Polandia adalah Rasisme