Kehilangan Andres Iniesta yang hengkang ke Vissel Kobe, FC Barcelona melakukan segala cara untuk bisa mendatangkan Arthur Melo. Gelandang 21 tahun itu sebenarnya sudah dipastikan akan membela Barcelona untuk musim kompetisi 2019/2020. Barcelona sudah mencapai kesepakatan dengan Gremio pada Maret lalu. Namun setelah Iniesta pergi, Arthur harus segera didaratkan.
Gremio sudah meminta Barcelona untuk menghargai kesepakatan. Namun Arthur juga tidak sabar berangkat ke Spanyol. Ia bahkan sempat terlihat menggunakan kostum Barcelona. Padahal saat itu belum terjadi kontak resmi antara Barcelona dan Gremio.
“Robert Fernandez memberikan saya kostum Barcelona. Siapa yang tidak meninginkan kostum tersebut? Tapi sampai saat ini tidak ada kesepakatan yang terjadi. Kami hanya makan siang bersama,” kata Arthur kepada Marca akhir tahun lalu.
Kejadian tersebut mirip dengan saat Cesc Fabregas dikenakan kostum Barcelona oleh pemain-pemain yang sedang berpesta merayakan gelar juara Piala Dunia 2010. Bedanya, Fabregas secara terbuka ingin pulang ke Barcelona. Fabregas bahkan sempat mangkir dari Arsenal karena tidak dilepas Arsene Wenger.
Sementara Arthur saat itu masih sebatas pemain incaran dan bisa ditawar siapapun. Manchester United, Arsenal, dan Chelsea sempat dirumorkan tertarik memboyong dirinya.
Barcelona memenangkan persaingan untuk tanda tangan Arthur. Mereka membayar satu juta Euro lebih banyak dari kesepakatan awal (30 juta Euro) agar bisa membawa Arthur lebih cepat. Blaugrana juga meminjamkan Paulinho ke Guangzhou Evergrande demi mematuhi regulasi pemain non Uni-Eropa.
Meski terbuang, Paulinho adalah salah satu alasan Arthur memilih Barcelona. “Saya berbicara dengan Paulinho dan Coutinho sebelum memutuskan pindah. Membicarakan tentang struktur tim ini. Mereka sangat memuji Barcelona,” tutur Arthur seperti dikutip Daily Mail.
Begitu juga dengan Neymar yang dicap sebagai penghianat oleh beberapa pendukung Barcelona. “Saya juga berbicara dengan Neymar soal ini. Dirinya membantu saya untuk dapat gambaran tentang Kota Barcelona,” lanjut Arthur.
“Semuanya membantu saya untuk memahami Barcelona. Saya rasa dengan kultur yang mirip dengan Brasil, akan mudah beradaptasi di sini,” akunya.
Baca juga: Apakah Transfer Paulinho dari Barcelona Merupakan Pencucian Uang?
Disejajarkan dengan Gabriel Jesus
Arthur telah membuktikan dirinya di kompetisi domestik. Ia membantu Gremio menjadi juara Copa do Brasil 2016, Copa Libertadores 2017, dan Recopa Sul Americana 2018. Dirinya juga terpilih jadi pemain muda sekaligus gelandang terbaik liga Brasil di 2017.
Pemain lain yang pernah mendapatkan predikat pemain terbaik di liga Brasil adalah Bernard (Shakhtar Donetsk) dan Gabriel Jesus (Manchester City). Pelatih Brasil, Tite bahkan menyebut Arthur sebagai pemain bermental baja seperti Jesus.
“Saya menyaksikan pertandingan Gremio melawan Botafogo. Itu adalah laga dengan tensi tinggi. Penuh tekanan bagi pemain. Tapi Arthur bermain sangat natural. Dirinya memiliki konsentrasi yang tinggi. Dia mengingatkan saya dengan Gabriel Jesus,” kata Tite seperti dilansir O Gol.
Arthur juga masuk ke dalam pertimbangan Tite untuk skuad Piala Dunia 2018. Namun pada akhirnya Tite lebih memilih Gabriel Jesus. Penyerang Manchester City tersebut menjadi satu-satunya pemain di bawah 23 tahun yang dibawa Tite ke Rusia.
Arthur sendiri mengaku dirinya masih kalah saing untuk ikut berangkat ke Rusia. “Main di Piala Dunia adalah impian semua anak. Tapi masih banyak pemain Brasil yang punya kualitas bagus dan bermain di kompetisi elit,” katanya.
Mental Arthur yang mengingatkan Tite pada Gabriel Jesus adalah kabar bahagia untuk Barcelona. Pasalnya, sebelum Arthur, mereka juga pernah mendatangkan pemain muda terbaik liga Brasil, Keirisson Carneiro. Saat itu Keirisson bahkan berstatus pencetak gol terbanyak liga.
Sayangnya, Keirisson tidak pernah bisa menyatu dengan permainan Barcelona. Dirinya kalah bersaing dengan penyerang-penyerang lain dan harus rela dipinjamkan. Keirisson menjalani lima masa pinjaman sebagai pemain Barcelona.
Sial, penampilan Keirisson di Benfica, Fiorentina, atau Santos gagal membuat Blaugrana tersenyum. Akhirnya dia dilepas secara cuma-cuma ke Coritiba. Itu pemuda terbaik liga Brasil yang terakhir mendarat di Camp Nou.
Baca juga: Kedatangan Lenglet, Barcelona Siap Hidup Tanpa Pique
Pengakuan Xavi
Kedatangan Arthur sudah ditunggu Barcelona sejak Xavi pergi tiga tahun lalu. Aksi Arthur di lapangan memang menyerupai gelandang Spanyol tersebut. Berbeda dengan Coutinho, Arthur lebih berperan sebagai penyeimbang lapangan dibandingkan daya gedor tambahan dari lini kedua.
Pergerakkan Arthur begitu kalkulatif. Penempatan dirinya sangat baik dan selalu tenang meski ada di bawah tekanan. Hal ini membuat Arthur telihat sebagai gelandang pasif. Padahal dia punya daya jelajah yang tinggi.
Menurut Tifo Football, pada musim kompetisi tahun lalu Arthur melepas 2.002 operan dan 1.863 diantaranya dapat diterima oleh rekan satu tim. Itu sama saja dengan 93% akurasi operan. Tenang di bawah tekanan, handal dalam mendistribusikan bola, dan rajin mencari ruang untuk rekan-rekan satu timnya. Dia punya semua atribut untuk jadi gelandang kelas dunia.
Xavi bahkan mengakui kehebatan Arthur sekalipun tak pernah menyaksikan penerusnya bermain selama 90 menit. “Saya belum punya kesempatan untuk melihatnya dalam satu pertandingan penuh. Tapi dari cuplikan-cuplikan yang ada, Arthur sangat cocok dengan sistem Barcelona,” kata Xavi kepada Sport.
Selalu dibanding-bandingkan dengan Xavi dan Iniesta tentu menjadi beban tersendiri. Arthur bahkan enggan untuk disebut penerus dari dua gelandang ikonik itu. “Saya bukan Xavi ataupun Iniesta. Saya sangat senang dibandingkan dengan mereka. Saya tidak bisa berbohong soal itu. Mereka idola saya,” ungkap Arthur saat diperkenalkan ke publik.
Akan tetapi, Arthur juga mengaku punya kesamaan dengan Xavi dan Iniesta. “Karakter permainan kami memang mirip. Saya tidak tahu lebih condong ke Xavi atau Iniesta. Tapi saya harus membuktikan diri di sini,” lanjutnya.
Baca juga: FC Barcelona dan Hubungan Kesebelasan dengan Corak Jersey yang Sama
Barcelona Kembali Tenang
Meski Arthur tidak mau dibandingkan dengan Xavi atau Iniesta, namun kedatangannya sudah cukup membuat Barcelona tenang. Sejak Xavi hengkang, Barcelona selalu panik menghadapi bursa transfer.
Mereka mencari gelandang baru sama seperti Liverpool menginginkan penjaga gawang. Setiap musim tidak ada nama yang berhasil memenuhi kebutuhan. Denis Suarez, Alen Halilovic, Andre Gomes, Coutinho, semua sama. Semua bisa main sebagai gelandang jika dipaksakan. Tapi mereka akan lebih rajin membantu serangan dibanding jadi penyeimbang.
Sampai akhirnya Ernesto Valverde harus ke Tiongkok. Bukan untuk menuntut ilmu, tapi membawa Paulinho ke Camp Nou. Paulinho kini sudah dibuang. Sergio Busquest serta Ivan Rakitic telah berkepala tiga. Untung Arthur bisa didatangkan lebih cepat. Jika tidak, kita mungkin akan melihat pembelian absurd lagi dari Barcelona.
Entahlah, Moussa Sissoko?
Baca juga: Piala Dunia Bukan Tolak Ukur Pembelian Pemain