Luis Milla undur diri. Lewat akun Instagram resminya, dia pamit meninggalkan kursi kepelatihan Timnas Indonesia yang sudah dia pegang selama satu setengah tahun, sembari meninggalkan sebuah pesan.
Perjalanan Luis Milla menjadi pelatih Timnas Indonesia bukanlah perjalanan sambil lalu. Dia mulai resmi menukangi Timnas Indonesia per Januari 2017. Diiringi dengan CV sebagai pelatih yang mampu membawa Timnas U-21 Spanyol menjuarai Piala Eropa U-21, serta mampu membawa Timnas U-19 Spanyol menjadi runner-up Piala Eropa U-19, membuat harapan tertumpu di pundak Milla.
Proses pembentukan tim pun dimulai. Ajang SEA Games 2017 dan kualifikasi Piala Asia U-23 yang digelar pada Juli 2017 menjadi awal mula tugas Milla bersama Indonesia. Hasilnya seperti yang kita ketahui: Indonesia gagal melaju ke putaran final Piala Asia U-23 yang digelar di China dan hanya meraih medali perunggu di ajang SEA Games 2017.
Namun, pekerjaan Milla tidak usai sampai di situ. Ada sebuah proyek besar yang sudah menantinya pada 2018: ajang Asian Games 2018. AJang SEA Games dan kualifikasi Piala Asia U-23 pun dianggap sebagai ajang pematangan, meski tampak bahwa hal itu seperti sebuah dalih kegagalan.
Akhirnya, setelah melalui serangkaian uji tanding dan proses bongkat-pasang skuat, Milla membawa Indonesia tampil di ajang Asian Games 2018. Di fase grup, Indonesia main apik dan sukses mengunci posisi pemuncak grup, unggul atas Palestina dan Hong Kong. Mereka pun lolos ke 16 besar.
Di babak 16 besar inilah, Timnas Indonesia harus mengakhiri perjalanannya usai kalah dari Uni Emirat Arab lewat babak adu penalti. Bersamaan dengan berakhirnya Asian Games 2018, kontrak Luis Milla dianggap berakhir oleh PSSI, otoritas sepakbola Indonesia kecintaan kita semua.
Tapi, polemik justru mulai di sini, sebuah drama yang, disebut-sebut tak kalah dengan drama hoaks milik Ratna Sarumpaet.
Kabar Hoaks Perpanjangan Kontrak Luis Milla
Dalam keterangan resminya setelah Timnas Indonesia kalah dari Uni Emirat Arab di ajang Asian Games 2018, PSSI mengumumkan bahwa mereka akan memperpanjang kontrak Luis Milla selaku pelatih Timnas Indonesia. Kabar ini sempat jadi kabar gembira bagi seluruh pecinta sepakbola Indonesia, apalagi dalam waktu dekat, Indonesia akan turun di ajang Piala AFF 2018.
Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Milla memilih mudik ke Spanyol. Dalam akun Instagram resminya, tampak dia mudik untuk menonton putra kesayangannya tampil bersama Malaga. Tidak hanya itu, dia juga diberitakan sedang melakukan penyegaran lisensi kepelatihan UEFA Pro yang dia miliki.
PSSI menargetkan Luis Milla kembali ke Indonesia pada 9 Oktober 2018. Namun, isu sudah kencang beredar bahwa PSSI menunggak gaji Milla. Tak tanggung-tanggung, total 6,9 miliar rupiah menjadi total tunggakan PSSI kepada Milla selama tiga bulan. Hal yang kemudian diakui oleh PSSI sendiri.
Gonjang-ganjing ini pun menemui puncaknya usai Bima Sakti diumumkan sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2018. Publik pun bertanya, ke mana Luis Milla? Ke manakah pelatih yang membuat pemain-pemain macam Febri Hariyadi dan Rezaldi Hehanusa mencuat ke permukaan ini? Apalagi kabarnya Milla sempat meneken kontrak baru.
Baca juga: Bima Sakti dan Tugas Berat untuk Timnas Indonesia di Piala AFF
Kabar kembali berembus. PSSI diduga membatalkan kontrak Milla secara sepihak. Sadar bahwa dalam dua bulan ini dia dignatungkan, Milla memutuskan undur diri. Dalam akun Instagramnya, dia meluapkan itu semua
Kritikan Milla untuk PSSI
Sekilas, kata-kata Luis Milla akun IGnya tampak begitu kejam. Dia menyerang secara langsung ketidakprofesionalan PSSI dalam mengurus sepakbola Indonesia. Bahkan, secara khusus, ucapan Milla di akun IGnya itu juga menunjuk secara langsung tidak profesionalnya PSSI dalam membayar gajinya dan mengembangkan sepakbola Indonesia.
Namun, kata-kata Milla di atas, meski keras, sebenarnya tak perlu ditanggapi secara emosional (saya pun yakin orang-orang di kursi PSSI sana bebal akan kata-kata keras Milla ini). Alih-alih emosi, ucapan Milla ini harus ditanggapi oleh akal sehat. Apakah benar sepakbola Indonesia masih tidak profesional? Apa benar sepakbola Indonesia masih jauh dari kata baik dan apik?
Mari sama-sama merenung. Ketua yang rangkap jabatan, jadwal liga yang masih kerap tak pasti, pemain di liga yang kerap ditunggak gajinya, serta prestasi Tim Nasional yang tak kunjung meningkat, ditambah lagi kasus kekerasan dan meninggalnya suporter yang acap terjadi tiap tahunnya, sebenarnya sudah dirangkum dengan baik oleh Milla lewat kata-katanya yang dia lontarkan di akun Instagramnya tersebut.
Baca juga: Lingkaran-Lingkaran Setan Sepakbola Indonesia
Masih segar dalam ingatan bagaimana Haringga Sirla, Ricko Andrean, serta Banu Rusman meninggal baru-baru ini. Masih tampak juga dalam ingatan bagaimana sponsor harus meninggalkan liga karena menganggap PT LIB, operator kompetisi di bawah naungan PSSI, tidak profesional. Jangan lupakan pula kasus Sriwijaya FC yang harus mengalami eksodus karena tunggakan gaji yang tak kunjungi dibayar.
Segala kekisruhan di atas yang terjadi belakangan ini, ditambah dengan drama Luis Milla di Timnas Indonesia, membuat suasana semakin ramai. Milla yang bisa jadi sempat melihat itu semua, mungkin memutuskan untuk tidak mengucapkan hal yang aneh-aneh. Namun, unek-uneknya itu akhirnya lepas sejalan dengan dirinya yang tak lagi menjadi bagian dari Timnas Indonesia. Demi kebaikan Indonesia (atau mungkin karena kesal?), dia meluapkan kritik itu.
Telinga boleh panas, tapi kenyataannya, melihat situasi yang ada, apa yang diucapkan Luis Milla, toh, memang benar adanya.
Ada Apa dengan PSSI?
Menerima sifat buruk sendiri adalah sebuah hal sulit. Orang kebanyakan senang melempar kesalahan daripada menyadari bahwa ada kesalahan dalam diri sendiri. Itulah kenapa lahir peribahasa “Gajah di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan tampak”. Kesalahan orang dengan enak kita menunjuknya, sedangkan kesalahan sendiri kita kadang luput daripadanya.
Maka, adalah langkah baik bagi PSSI mengakui bahwa mereka menunggak gaji Milla, meski di dalamnya juga banyak sangkalan-sangkalan yang seolah membuat mereka tampak ingin terhindar dari masalah. Alangkah bijaknya jika PSSI menangkap kritik Milla, juga kritik-kritik lain yang dialamatkan kepada mereka dengan akal sehat, bukan dengan emosi apalagi pembenaran yang orang sudah bosan mendengarnya.
Ya, itu juga jika mereka ingin memajukan sepakbola Indonesia, sih. Jika tidak, ya, silakan saja terus cari pembenaran. Pembenaran yang pada akhirnya membuat sepakbola Indonesia jalan di tempat dengan lingkaran setan yang itu-itu saja.