River Plate keluar sebagai juara Copa Libertadores usai menang 3-1 atas Boca Juniors pada leg kedua yang digelar pada Minggu (9/12) kemarin di Santiago Bernabeu, Spanyol. River juara dengan agregat kemenangan 5-3 setelah pada leg pertama bermain imbang 2-2.
Boca Juniors sebenarnya berpeluang untuk membawa pulang trofi Copa Libertadores setelah unggul terlebih dahulu lewat Dario Benedetto satu menit jelang babak pertama berakhir. Akan tetapi keunggulan tersebut bisa disamakan pada menit ke-68 lewat tendangan Lucas Pratto.
Pertandingan pun dilanjutkan ke perpanjangan waktu karena tak ada gol lagi yang tercipta di waktu normal. Ketika babak perpanjangan waktu dimulai, gelandang Boca, Wilmar Barrios, diusir wasit karena mendapatkan kartu kuning kedua, usai melakukan tekel dua kaki pada Exequiel Palacios.
Menghadapi 10 pemain, River menggila di babak perpanjangan waktu. Mereka membuat sejumlah peluang yang gagal dituntaskan menjadi gol pada babak pertama perpanjangan waktu. Gol bagi River baru terjadi di babak kedua. Mereka pun membuka keunggulan lewat Juan Fernando Quintero pada menit ke-109. Tendangan keras kaki kirinya tidak bisa ditahan kiper Boca, Esteban Andrada. Malam itu ditutup lewat gol Gonzalo Nicolas Martinez pada menit ke-120+2 yang dengan mudah menceploskan bola ke gawang yang kosong.
Gol Martinez bukan cuma memastikan gelar juara buat River, tapi juga menutup final dramatis yang mestinya sudah ketahuan juaranya pada 24 November lalu. Akan tetapi, final yang dipindahkan hampir 10 ribu kilometer jauhnya ini akhirnya berakhir juga. Ini juga melegakan bagi River karena mereka tak didiskualifikasi akibat aksi rusuh penggemarnya yang menyerang bus Boca. Apalagi, Boca juga menuntut kalau mereka berhak juara tanpa perlu bertanding.
Baca juga: Menantikan Juara Copa Libertadores 2018
Mengapa di Madrid?
Berjarak hampir 10 ribu kilometer dari Spanyol, Santiago Bernabeu dianggap merupakan tempat yang tepat. Secara kultur, kedua negara sama-sama berbahasa Spanyol. Secara infrastruktur, Santiago Bernabeu juga menunjang untuk dijadikan arena puncak pertandingan terbesar di Amerika Selatan tersebut.
Kapasitas Santiago Bernabeu sebenarnya bisa menampung 81 ribu penonton. Namun, untuk pertandingan tersebut, tiket yang dijual hanya 72 ribu kursi. Masing-masing lima ribu tiket dijual ke River dan Boca, meski cuma 4000 suporter yang terbang ke Spanyol. Sementara itu, 20 ribu tiket lainnya dijual ke anggota suporter Real Madrid, yang langsung habis dalam beberapa jam.
Di dalam stadion, terdapat beberapa bagian kursi yang sengaja dikosongkan. Ini dilakukan sebagai benteng yang memisahkan kedua kubu suporter. Jalanan di luar Santiago Bernabeu juga ditutup sepanjang hari, sementara sekitar 2500 polisi berjaga.
Meskipun berjalan dengan sukses, keputusan untuk memindahkan pertandingan ke Bernabeu mendapatkan kritik keras. Sejumlah suporter tak bisa datang karena terkendala biaya akomodasi dan transportasi.
Hal ini juga ditentang oleh mantan pemain Manchester United yang membela Boca, Carlos Tevez. Menurutnya, dipindahkannya pertandingan ini ke Spanyol memalukan buat orang-orang. “Mereka mencuri mimpi kami bermain di final di negara kami,” tutur Tevez.
Sementara Kepala Federasi Sepakbola Amerika Selatan, Alejandro Dominguez, menyebut kalau Real Madrid hanyalah satu-satunya kota yang paling realistis untuk menyelenggarakan pertandingan leg kedua yang tertunda.
“Madrid adalah keputusan luar biasa dalam keadaan yang luar biasa pula,” kata Alejandro.
Menurutnya, salah satu alasan pemilihan Madrid adalah besarnya populasi warga Argentina yang tinggal di Spanyol, bahkan merupakan yang terbesar di dunia. Terdapat sekitar 350 ribu warga Argentina yang hidup di Spanyol, sehingga mereka ingin memberikan kesempatan untuk menyaksikan langsung pertandingan dua kesebelasan terbesar di Argentina ini.
“Dan Stadion Bernabeu itu seperti Mekah-nya sepakbola di dunia,” ungkap Alejandro.