Jika merunut perjalanan karier sepakbola Álvaro Borja Morata Martín dan Diego da Silva Costa, sangat mudah untuk mengatakan mereka memiliki rivalitas yang tak biasa. Bermula dari berbagi kota Madrid di La Liga dengan Morata menjadi pemain menjanjikan Real Madrid, Diego Costa berhasil menjadi singa sembari memaksa pendukung Atletico menghapus ingatan mereka tentang Radamel ‘El Tigre’ Falcao karena perfroma memikatnya.
Satu dekade ke belakang, Derby Madrid memiliki “aura panas” tersendiri. Meski tak semendunia El Clasico, pertarungan antar tim elit asal ibu kota Spanyol selalu susah diprediksi. Di sinilah awal rivalitas kedua striker timnas Spanyol tersebut bermula.
Baca juga: Derby Madrid (1): Alat Lain Kediktatoran Francisco Franco
Bicara soal timnas, keduanya boleh dibilang satu tingkat karena sama-sama memperkuat timnas senior Spanyol di 2014. Dengan minimnya stok striker El Matador sepeninggal Raul dan David Villa, Costa dan Morata tentu jadi sorotan publik. Meski akhirnya hingga saat ini “persaingan” keduanya di timnas belum berujung performa meyakinkan seperti yang dilakukan oleh generasi emas tahun 2008-2012.
Masih di 2014, Morata dan Costa sama-sama keluar dari Spanyol. Costa menuju Chelsea, selagi Morata memilih berseragam putih-hitam Nyonya Tua. Tiga tahun lamanya, rivalitas mereka memudar. Costa berhasil menjadi idola di Stamford Bridge, sementara Morata menuai 2 musim indah bersama Juve, dan semusim menjadi pemain pelapis dikesempatan keduanya di Real Madrid.
Drama Morata-Costa di Chelsea
Sepakbola mempertemukan untuk memisahkan keduanya dengan cara unik. Jika tak boleh dikatakan unik, maka pertemuan (yang sebenarnya tidak benar-benar bertemu) di tim London Biru menuai banyak kisah drama ala Youtuber Indonesia.
Meski Chelsea berhasil menjuarai Liga Premier Inggris dan Costa menjadi pencetak gol terbanyak klub di musim 2016/2017 Costa nyatanya mesti menerima kenyataan bahwa dia tak lagi dibutuhkan. Chelsea seolah abai atas dua gelar EPL yang disumbangkan oleh Costa.
Conte benar-benar kehabisan kesabaran atas striker bengal tersebut. Muaranya, Costa disingkirkan dari Chelsea melalui pesan singkat alias SMS. Sekilas mirip dengan yang dialami legenda Pangeran Biru gak sih?
Singkat cerita, Costa ngambek dan memilih tidak bergabung dengan tim walau kampanye Liga Inggris 2017/2018 sudah dimulai. Tanpa Costa, Chelsea kalah di ajang Community Shield melawan Arsenal, serta takluk oleh Burnley di pekan pembuka Liga Premier. Walau begitu, baik Conte dan Costa menolak untuk berbaikan.
Merasa tak dibutuhkan lagi, Costa tak bisa mengurungkan niatnya untuk segera hengkang. Atletico Madrid adalah satu-satunya destinasi yang diinginkan Costa. Walau harus menunggu setengah musim karena Atleti tengah jalani sanksi tidak boleh mendatangkan pemain baru hingga Januari 2018.
Costa pada akhirnya benar-benar berlabuh ke rumahnya di Spanyol meski harus rela menganggur setengah musim. Kepergian Costa dari Chelsea secara sensasional tak melulu karena faktor taktik, tapi lebih dari itu. Conte ingin mendatangkan pencetak gol terbanyak Liga Inggris musim 2016/2017, Romelu Lukaku dari Everton. Sayangnya, proses transfer ditarik ulur oleh tim asal Liverpool tersebut. Everton harus memastikan mendapatkan striker sepadan sebelum melepas Lukaku.
Lukaku pada awalnya sempat memberi isyarat akan pulang ke Chelsea. Tapi Manchester United datang di tikungan terakhir dengan membawa proposal 75 juta paun plus Wayne Rooney. Tentu Everton tak sanggup mengelak tawaran dari setan merah, disatu sisi, Lukaku bersedia gabung ke 20 kali juara Liga Inggris setelah Jose Mourinho berhasil meyakinkan Lukaku secara personal.
Uniknya, pasca kejadian tikung-menikung tersebut, Chelsea langsung berubah haluan ke striker yang juga jadi incaran United, Alvaro Morata. Entah murni faktor taktik atawa aksi balas dendam, yang jelas hadirnya Morata cukup membuat Conte lega dan membuat Costa benar-benar yakin untuk ogah rujuk dengan Chelsea.
Andaikan Chelsea bisa menyatukan Costa dan Morata, tentulah rivalitas keduanya akan kembali bersemi. Sayang, sepakbola belum menghendakinya.
“Saya cukup sering ngobrol dengan Costa. Saya juga sempat berpikir akan berduet dengannya di Chelsea. Sayangnya hal itu urung terjadi,” kata Morata seperti dilansir Evening Standard.
Costa dan Morata Mengaku Bersahabat
Kedua pemain tersebut sejujurnya memenuhi atribut yang lengkap untuk memiliki rivalitas tinggi. Namun hal itu dibantah oleh keduanya. Baik Costa dan Morata sama-sama mengaku bersahabat dan kerap saling lempar pujian.
“Saya merindukan Morata, kami punya hubungan yang hebat. Dia adalah orang yang hebat dan pemain hebat. Dia mengalami saat yang buruk tetapi mulai mencetak gol lagi,” kata Costa seperti dikutip Soccerway. Statemen ini diucapkan Costa kala Morata tak dipanggil ke timnas untuk melakoni dua laga persahabatan kontra Jerman dan Argentina.
“Mudah-mudahan kami bisa bermain bersama karena persaingan dengan dia bukan suatu masalah. Tekanan (baginya) sama, menjadi striker di tim nasional sangat berarti,” demikian Costa.
Tak sekedar bualan di media, Morata mengaku bahwa sering curhat ke Costa, pun sebaliknya.
“Diego, selain kami sudah lama jadi rekan setim di tim nasional, dia juga orangnya baik. Saya sudah bicara dengannya ketika mengalami masa-masa sulit, dia pun begitu saat curhat masa-masa sulitnya,” ujar Morata di ESPN.
Striker Buangan Madrid, Menyatukan Costa dan Morata
Di tahun 2017, Chelsea sejatinya bisa memperkerjakan Costa dan Morata di Stamford Bridge. Namun klub milik Roman Abramovic tersebut menolak opsi itu. Chelsea hampir menyatukan tapi lantas memisahkan. Tapi kemudian mewujudkannya, hiya hiya hiya.
Adalah striker buangan Madrid, Gonzalo Higuain, yang jadi sumbu ledaknya. Performa inkonsisten Morata dan mulai goyangnya Chelsea musim ini membuat Maurizio Sarri membuang Morata untuk memberi tempat pada Higuain.
Takdir pun akhirnya mewujudkan pertemuan antara Morata dan Costa. Keduanya akan saling bahu-membahu mewujudkan musim indah bagi Atletico, namun sekaligus menyalakan kembali benih persaingan diantara mereka.
Kebetulan Costa tengah manjal, Morata miliki peluang besar untuk menyingkirkan sahabatnya itu dari tim utama.
“Mengapa kami tidak bisa bermain bareng? Mudah bermain dengan pemain hebat. Saya tak sabar untuk bertemu dia, tentu saja dia akan meledekku,”
Di sisa musim ini, kita tentu tak bisa melewatkan persaingan dua sahabat ini di Atletico Madrid. Sahabat. Persahabatan yang sepak bola inginkan mereka saling hunus. Sahabat. Persahabatan macam apa yang mereka jalin?
Sumber: Soccerway/ ESPN/ Wikipedia