Selain didapuknya Frank Lampard sebagai Manajer Derby County dan Marcelo Bielsa yang menangani Leeds United, tidak ada daya tarik lain dari Divisi Championship musim ini. Selain karena memang bukan divisi tertinggi di sepakbola Inggris, secara permainan dan tingkat kompetitifnya, juga jelas tidak seketat Premier League. EFL sebagai operator Championship Division hingga League Two, pun mengakui iklim kompetitif yang tertinggal jauh dibandingkan Premier League.
Namun ada yang menarik ketika pertandingan pembuka antara Reading menghadapi Derby County. Jika diperhatikan, nama pemain di atas nomor punggung terdapat semacam motif simpul yang terkesan ruwet bahkan tidak beraturan. Menjadikannya aneh karena kemunculan motif ini menjadikan letak nama pemain tidak tepat di tengah, melainkan sedikit bergeser sehingga terkesan asimetris.
Keunikan tersebut tidak hanya ditemui di pertandingan antara Reading dan Derby County. Namun semua pertandingan hingga League Two sekalipun, simpul tersebut ada di semua nama pemain tanpa terkecuali. Dan bila diperhatikan ada sebuah tulisan kecil ditengah-tengah simpul tersebut bertuliskan “Mind”.
Misi di Balik Rumitnya Simbol
Tentu simbol tersebut bukannya tanpa arti. EFL sebagai operator tiga divisi di bawah Premier League, melakukan kerja sama amal dengan “Mind” yang merupakan lembaga bidang kesehatan yang bergerak menangani gangguan mental di Inggris dan Wales. Mind sendiri berdiri sejak 1946 dengan nama NAMH, dan berubah nama menjadi Mind sejak 1990.
Mind bekerjasama dengan EFL hingga dua musim ke depan. Ada tiga target dari kampanye ini yakni meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental di semua elemen klub, mencari dana untuk memberikan dukungan bagi mereka yang mengalami permasalahan mental, dan memberi bantuan internal apabila para pemain tim yang mengalami gangguan mental.
EFL sendiri sudah bekerja sama dengan lembaga yang bergerak di bidang kesehatan lainnya yakni, Prostate Cancer UK, yang sudah berlangsung selama enam tahun. Uniknya kerja sama antara EFL dengan Prostate Cancer UK direpresentasikan pada aksen nomor punggung para pemain, ditambah dengan pin yang disematkan di jas para Manajer.
Lalu apa alasan EFL bekerja sama dengan Mind?
Chief Executive EFL, Shaun Harvey, menyatakan, “Kami tahu bahwa meningkatkan kesehatan mental adalah tantangan besar dalam masyarakat, terutama untuk pria. Tetapi melalui kemitraan ini kami bangga membantu meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental, mengurangi stigma, dan semoga memiliki dampak positif pada kehidupan jutaan orang yang saat ini menderita.”
“Saya ingin berterima kasih kepada Mind atas pendekatan mereka dan berharap dapat bekerja sama dengan badan amal untuk menciptakan lingkup dan pesan positif untuk permainan, klub dan komunitasnya,” tandas Harvey.
Gangguan Mental Bukan Masalah Sederhana
Apa kaitannya gangguan mental dengan sepakbola? Rtoh mereka yang bermain sepakbola secara fisik baik-baik saja dan mereka yang menonton juga tidak terlihat mengalami masalah serius. Lagi pula secara medis gangguan mental juga bisa disembuhkan, kan?
Masih segar pada pertengahan 2017 lalu, mantan penjaga gawang Liverpool dan Tim Nasional Inggris, Chris Kirkland, secara terbuka menyatakan dirinya mengalami depresi berat dan nyaris bunuh diri. Penyebab depresi Kirkland pun belum jelas. Ia hanya menjelaskan tekanan sebagai penjaga gawang merupakan faktor utamanya.
Gangguan mental yang paling sering dialami para pesepakbola adalah depresi. Penyebabnya adalah tekanan semenjak masih aktif bermain, atau momen-momen kelam yang mungkin membekas bagi sang pemain.
Axel Witsel misalnya, gelandang Borussia Dortmund ini sempat mengalami tekanan hebat yang mengubah gaya bermainnya. Tekel Witsel kepada pemain Anderlecht, Marcin Wasilewski, hingga mengalami patah kaki, menghantui Witsel dan sempat membuatnya takut keluar rumah selama tiga hari.
Baca juga: Lika-liku Karier Axel Witsel
Dan jangan mengira bagi para pemain yang sedang naik performanya tidak mengalami gangguan kejiawaan. Billy Kee misalnya, pemain Accrington Stanley ini mencuri perhatian setelah secara mengejutkan menampilkan performa apik yang berujung kejutan di League Two. Kee juga sukses membawa Accy Stanley promosi ke League One.
Ternyata Kee menderita anxiety yang dideritanya pada awal musim. Kee bahkan nyaris saja berhenti dari sepakbola. Ketika Accy Stanley promosi ke League One, Kee ternyata masih merasakan anxiety bahkan bisa muncul sewaktu-waktu di tengah-tengah pertandingan.
Tentu kerja sama EFL dengan Mind harus mendapatkan apresiasi. Mereka yang mengalami masalah kejiwaan biasanya cenderung tertutup apabila mengalami masalah. Tapi bukan berarti tidak memerlukan bantuan.
Kirkland mengakui bahwa apabila istrinya tidak sabar dan mencoba mendekati Kirkland, mungkin dirinya sudah bunuh diri. Inilah pentingnya kampanye yang digalakkan EFL dengan Mind. Memberikan pengetahuan tentang sebuah lembaga yang menjadi tempat melakukan konseling ketika mengalami gangguan kejiwaan apapun sebabnya.
Bagaimana Indonesia? Apakah sepakbola masih sebatas keuntungan melalui iklan dan promosi politik? Apabila iya, kita sudah sangat jauh tertinggal dari divisi keempat Liga Inggris.