Cristiano Ronaldo adalah salah satu pesepakbola terhebat yang pernah ada. Lima trofi Ballon d’Or adalah bukti kehebatannya sebagai pesepakbola. Ia pernah menguasai Inggris, Spanyol, dan kini Italia. Gelar juara Piala Eropa 2016 pun ia raih bersama timnas Portugal. Namun, siapa sangka kalau dulu, saat masih kecil, Ronaldo adalah pribadi yang begitu lembut?
Ronaldo adalah putra dari Dinis dan Dolores. Mereka tinggal di Pulau Madeira, sebuah pulau 966 kilometer di sebelah barat daya Lisbon. Ayah Ronaldo bekerja sebagai tukang kebun juga kitman, sementara ibunya adalah juru masak. Namanya diambil dari Presiden Amerika Serikat saat itu, Ronald Reagan.
Ayah Ronaldo, Dinis, bekerja sebagai kitman di tim lokal, Andorinha. Ketika Ronaldo lahir, Dinis meminta salah satu pemain terbaik Andorinha, Fernao Barros Sousa, untuk menjadi ayah baptisnya.
“Aku menjadi ayah baptis Cristiano Ronaldo karena aku bermain untuk Andorinha, di mana aku bertemu dengan ayahnya, Dinis, dan saat Cristiano Ronaldo lahir, dia memintaku untuk menjadi ayah baptisnya,” kata Barros Sousa kepada Goal.
Ada cerita unik ketika Dinis akan membaptis Ronaldo. Di hari pembaptisan itu, Andorinha bertanding di Ribera Brava, sekitar setengah jam perjalanan dengan mobil. Tentu, Dinis juga ikut karena pekerjaannya sebagai kitman Andorinha.
Sialnya, mereka datang terlambat untuk menghadiri acara pembaptisan Ronaldo. Sousa bahkan bercerita kalau sang pastor tak mau membaptis Ronaldo, saking terlambatnya.
“Kami sampai harus meyakinkan pastornya untuk membaptis Ronaldo, dan itulah yang terjadi. Itu adalah cerita lucu, semuanya sudah siap untuk untuk dimulai, dan kami belum sampai. Itu jelas tak bagus!” kisah Sousa.
Ronaldo kecil pun akhirnya bermain untuk tim muda Andorinha. Ia selalu datang ke tempat latihan bersama ayahnya yang memang kerja di sana. Sousa mengenang kalau Ronaldo sama seperti anak kecil lain. Akan tetapi, ada satu yang membedakan, yakni tekad dan keseriusannya di sepakbola.
“Cristiano akan bersama ayahnya, dengan bola di tangan dan memainkannya. Ia mencoba menggiring bola, dan jelas, dia meniru gaya pemain yang lebih tua. Dia sering melakukannya,” tutur Sousa.
Semakin beranjak usianya, semakin terlihat bakatnya. Hal ini diakui oleh rekan setim Ronaldo, Ricardo Santos. “Kami berusia delapan atau sembilan tahun. Dan saat itu, Cristiano Ronaldo, sudah menjadi pemain hebat,” kata Santos yang kini menjadi pelatih Andorinha tersebut.
Yang unik, Santos bercerita soal bagaimana ia mengingat Ronaldo sebagai anak yang sederhana. Akan tetapi, ketika ia tak mendapatkan bola, Ronaldo akan menangis. Pun ketika teman-temannya bertengkar, ia pun menangis.
“Namun, dia sudah menjadi pemain yang bagus. Dia lebih cepat ketimbang kebanyakan anak, dia pun mencetak banyak gol dan punya kemampuan menggiring bola yang hebat,” kata Santos.
“Cristiano amat menyukai kemenangan. Ketika itu tak terjadi, Ronaldo menangis. Begitu sering sampai-sampai ia punya panggilan “Si Cengeng”,” kenang Santos.
Kisah yang sama juga diceritakan Rui, yang kini jadi pengurus lapangan Andorinha. Ia bercerita kalau Ronaldo pertama kali datang ke klub bersama ayahnya pada usia tujuh atau delapan tahun.
“Sulit buat merebut bola darinya. Dia amat kecil, tapi dia selalu bermain bola. Dia tak pernah berhenti. Dia selalu bermain bola, bahkan ketika di rumah sekalipun,” kenang Rui.
Karena bermain di tim usia dini, maka biasanya pertandingan tidak digelar 11 lawan sebelas, tapi 7 vs 7. Santos mengingat Ronaldo sebagai pencetak gol terbaik klub. Pernah suatu ketika di Camara de Lobos, Ronaldo ditarik keluar saat turun minum.
“Kami menang 3-0, Cristinao Ronaldo cedera dan kami kalah 3-4.”
Ketajamannya di depan gawang membuat Ronaldo dijuluki “Abelhinha” atau lebah kecil. Julukan ini diberikan karena saat itu tubuhnya kecil dan dia punya pergerakan yang amat cepat.
Tak perlu waktu lama bagi Si Lebah Kecil untuk mendapatkan perhatian dari klub yang lebih besar. Klub terbesar di Madeira adalah C.D. Nacional. Meskipun bukan klub langganan juara Liga Portugal, tapi Nacional berlaga di kompetisi sepakbola tertinggi Portugal tersebut.
Masuknya Ronaldo ke Nacional juga tak lepas dari peran Barros Sousa. Kala itu, Sousa sudah bekerja di Nacional. Lalu, pelatih tim datang dan mengajaknya menonton pertandingan Andorinha. Pelatih Nacional sudah mendengar kalau ada anak yang begitu berbakat di sana.
“Aku pun tak membuang waktu. Aku pergi ke sana dan menonton pertandingan Andorinha dan aku sadar kalau anak (yang disebut-sebut pelatih Nacional) itu adalah Ronaldo! Aku amat bersemangat untuk membawanya ke Nacional. Jadi aku bicara ke Dolores, ibu Ronaldo, dan Dolores mendukungku. Lalu, dia pun bermain buat Nacional,” kenang Sousa.
Sousa seolah menjadi berkah buat Ronaldo. Ia bukan sekadar menjadi ayah baptis, tapi juga memberikan jalan buat Ronaldo untuk menatap dunia yang lebih luas, dan membuat mereka mengakui kehebatannya.
Sumber tulisan: Ben Hayward dari Goal.
Baca juga: (1) Cristiano Ronaldo, Tentang Masa Kecil dan Berkah Bapak Baptisnya (1) (2) Cristiano Ronaldo, dari Pulau Kecil ke Ibukota Portugal (2) (3) Cristiano Ronaldo, Ketika Mimpinya Sebagai Pesepakbola Hampir Berakhir (3) (4) Cristiano Ronaldo, dari Pulau Kecil di Atlantik ke Manchester United (4)