Dari Bankir ke Sepakbola (2): Mark Warburton

Foto: Just-Football.com

Maurizio Sarri akan lebih dikenal sebagai manajer atau pelatih sepakbola ketimbang bankir. Namun, lain hal dengan Mark Warburton, yang agaknya akan lebih dikenal sebagai bankir ketimbang manajer sepakbola.

Meskipun demikian, kesuksesan Sarri-lah yang menjadi dasar Mark Warbuton untuk terus bermimpi dan tak menyesal. Memang, Sarri barangkali sudah punya kebutuhan yang cukup sehingga memutuskan berhenti dari bankir dan memusatkan penuh perhatiannya pada sepakbola. Namun, tetap saja, Sarri adalah seseorang yang tak punya rasa takut.

Baca juga: Dari Bankir ke Sepakbola (1): Maurizio Sarri

Dari Bankir ke Sepakbola

Sementara itu, karier Warburton di dunia keuangan jauh lebih lama ketimbang di dunia sepakbola. Warburton telah menjadi bankir selama lebih dari dua dekade. Ia pun memutuskan untuk berhenti demi mengejar mimpinya sebagai pelatih.

Warburton punya latar belakang yang hampir mirip dengan Sarri. Mantan pelatih Brentford, Rangers, dan Nottingham Forest, ini bekerja sebagai trader di London sebelum menjadi pelatih.

“Aku membeli dan menjual mata uang. Aku bekerja di Chicago dan menghabiskan banyak waktu di Hong Kong, Singapura, dan Tokyo, tapi lebih banyak waktu dihabiskan di London,” tutur Warburton.

Sama seperti Sarri, Warburton juga bukan pelatih yang pernah menjadi pemain profesional sebelumnya. Meskipun demikian, dia pernah bermain bola secara amatir di non-league. Bersama Enfield, Warburton pernah memenangi gelar conference. Namun, seiring dengan kian sibuk dan bertambahnya tanggung jawab di kantor, Warburton memilih fokus pada pekerjaannya sebagai bankir. Apalagi, ada tagihan yang mesti ia bayar.

Meskipun menghasilkan uang yang banyak di bidang keuangan, tapi Warburton selalu tertarik kembali ke sepakbola. “Amat menyenangkan, sibuk, dan aku mengurus uang dalam jumlah besar dengan risiko yang besar pula. Itu hebat. Namun, aku selalu selalu menjadi orang luar dan aku selalu melatih. Di manapun aku bekerja, aku mengatur tim dan melatih,” tutur Warburton.

Karier Warburton di Sepakbola

Warburton mengawali kariernya sebagai pelatih paruh-waktu di St. Clement Danes School ketika masih bekerja sebagai trader. Ia kemudian bilang pada istrinya, “Kita punya uang di bank, rumah yang sudah dibayar, gaya hidup pun tak akan berubah. Aku ingin melakukan ini: 10 tahun mendapatkan sesuatu di sepakbola. Saat ini atau tak selamanya.”

Dengan tabungan yang cukup, Warburton memilih berhenti dari dunia bisnis. Ia mulai mengunjungi sejumlah kesebelasan elit Eropa untuk belajar lebih banyak soal sepakbola. Baru pada 2001 ia mengambil kursus kepelatihan. Itu pun karena pada momen itu ia baru sadar kalau ada yang namanya kursus kepelatihan. Setelahnya, ia mengunjungi sejumlah kesebelasan dan meningkatkan pendidikan sepakbolanya. Ia mendatangi Sporting Lisbon, Ajax Amsterdam, Valencia, Barcelona, dan Willem II.

Warburton lantas ditawari pekerjaan permanen di Watford mulai dari U-9 hingga U-16. Pada 2006, ia ditunjuk sebagai manajer akademi. Kariernya terus menanjak hingga menjadi asisten manajer untuk U-17 dan U-19.

Usai keluar dari Watford, Warburton mengajukan diri sebagai manajer Brentford, tapi ditolak. Namun, ia ditawari jabatan sebagai Direktur Olahraga yang merupakan posisi baru di Brentford. Tugasnya adalah berurusan dengan agen, tim keuangan klub dan kontrak pemain. Ia juga bertugas memantau pemain muda dan merekomendasikannya ke manajemen.

Pada Juli 2013, Brentford dianugerahi status Category Two untuk akademi mereka. Brentford pun membuka fasilitas baru  empat bulan kemudian. Ini membuat Warburton tertarik untuk melamar ke Brentford. Baru pada Desember 2013, ia menjabat sebagai Direktur Olahraga menggantikan mantan Ketua Akademi Liverpool, Frank McParland.

Di Brentford, Warburton pernah menjadi pelatih pada Februari 2011 di bawah manager Nicky Forster dan Uwe Rosler. Saat Rosler pindah ke Wigan, Warburton juga diajak, tapi ia menolak. Akhirnya, ia-lah yang ditunjuk sebagia manajer baru Brentford pada 10 Desember 2013.

Di Brentford, Warburton mulai menunjukkan kualitasnya. Ia bahkan mendapatkan penghargaan League One Manager of the Month pada Desember 2013 dan Januari 2014. Bersama Warburton, Brentford pun meraih promosi ke Divisi Championship.

Ia kemudian membawa Brentford ke babak playoff Divisi Championship musim 2014/2015, meski kalah dari Middlesbrough. Cerita ini mirip dengan yang dirajut Sarri yang menangani Empoli. Saat menangani Empoli, tawaran menarik berdatangan dan ia memilih melatih Napoli. Pun dengan Warburton yang kemudian ditawari untuk melatih Rangers dan Nottingham Forest.

Sarri saat ini belum pernah memenangi satu trofi pun. Akan tetapi Warburton menyatakan kalau Sarri akan menikmati tugas yang menantinya di London Barat bersama Chelsea.

“Dia akan menyadari seberapa berat dia bekerja dan kini dia menjadi manajer di level atas. Aku pikir dia mendapatkan rasa hormat dari orang-orang di sepakbola. Dalam hati, dia akan mengingat pengorbanan yang ia dan keluarganya lakukan agar bisa sejauh ini. Dia akan menjadi pria yang bangga dan menanti tantangan,” tutur Warburton.