Dennis Bergkamp (2): Perbedaan Sepakbola Dulu dan Sekarang

Dennis Bergkamp memberi alasan soal mengapa dirinya enggan menjadi manajer. Namun, ia pun tak mau kalau cuma jadi pelatih freelance yang hanya datang ketika dibutuhkan.

Setelah pensiun sebagai pemain, ada sejumlah hal yang dirasakan Bergkamp, termasuk perubahan di sepakbola. Yang paling terasa adalah soal penggunaan statistik.

Di bagian kedua ini, Bergkamp menceritakan soal bagaimana pesepakbola berkembang dan penggunaan statistik yang masih belum sempurna.

Empat Fondasi Pesepakbola

Di Ajax, pemain dibangun dari empat bagian: taktik, teknik, fisik, dan mental. Untuk menjadi pesepakbola profesional, keempat bagian ini harus diasah pada level tertinggi. Kalau tidak, asa untuk menjadi pesepakbola bisa gagal.

Bergkamp mencontohkan saat membangun pemain muda yang punya “masalah” dengan wasit karena tak memberinya pelanggaran. Di tempat latihan, pelatih memastikan kalau semua orang yang melanggarnya maka pelanggaran tak akan diberikan. Pemain dibiasakan menghadapi situasi macam ini.

Alasan Bergkamp menyarankan ini adalah karena ia mengalami sendiri saat dilatih Cruyff. Ia pernah diturunkan ke tim Ajax B untuk melihat reaksinya. Ia juga ditempatkan di bukan posisinya saat latihan. Tujuannya agar ia tahu bagaimana musuh berusaha mengantisipasi pergerakannya.

Pemain memang bisa berpikir sendiri untuk menyelesaikan masalahnya. Namun, penting bagi pelatih untuk mengetesnya; apakah benar dia bisa melakukannya?

Saat ini, pelatihan di setiap tingkatan usia lebih terstruktur ketimbang era Bergkamp dulu. Segalanya disusun untuk anak-anak dengan lapangan sintetis di mana-mana untuk tempat latihan mereka, dan sesi latihannya pun telah disiapkan.

Minusnya, ketika semuanya diajarkan, justru kreativitasnya yang mulai hilang. Saat Bergkamp menyaksikan pertandingan tim usia muda, pelatihnya mengontrol pergerakan para pemainnya lewat instruksi. Ini bikin para pemain jadi tak berpikir untuk dirinya sendiri. Bergkamp menyebut ini sebagai “Pelatih Playstation”.

Masalah lainnya adalah soal bagaimana para pemain muda ini tak mendapatkan kesempatan. Kebersamaan mereka dengan pelatihnya seringkali hanya ketika mereka main. Para pemain muda masa kini jarang bermain bola 15-20 jam seminggu, dan hal ini yang sebenarnya bisa meningkatkan kreativitas itu.

Sebagai pemain, Bergkamp membutuhkan gerak kaki, keseimbangan, dan skill. Tiga hal ini bisa dipelajari, tapi dibutuhkan alat untuk melakukannya. Misalnya, Bergkamp melatih sentuhan dan tekniknya dengan menendang bola ke tembok lalu mengontrolnya ratusan kali secara terus-terusan. Ia juga sering bermain selama berjam-jam setiap malam di lapangan, di aspal, di manapun. Bahkan, di Ajax, mereka punya latihan umpan dan finishing, lalu bertanding.

“Itu adalah generasiku dan generasi sebelumnya. Kami akan keluar dengan bola dan bermain-main dengannya. Kini ada banyak hal dalam hidup, HP, gim, dan hal-hal lainnya yang bikin anak-anak tak banyak keluar rumah,” terang Bergkamp.

Selain di tempat latihan, sepakbola secara keseluruhan juga telah berubah banyak. Di luar lapangan, segalanya terlihat lebih besar seperti uangnya, liputannya, dan yang paling utama adalah media sosial. Sementara di dalam lapangan, sepakbola kini terasa lebih cepat.

Statistik yang Memengaruhi Sepakbola

Satu perubahan besar yang telah terjadi adalah penggunaan statistik dan bagaimana itu diinterpretasikan untuk menunjukkan apakah seorang pemain bagus atau tidak. Di era Bergkamp, statistiknya masih terbatas dan banyak yang tak menaruh perhatian.

Salah satu pengalamannya adalah ketika ia bicara dengan Arsene Wenger yang menariknya keluar. Alasannya adalah karena secara statistik, permainannya menurun setelah menit ke-60 atau ke-70. Namun, Bergkamp punya jawaban yang intinya adalah statistik yang digunakan saat itu tidak melingkupi semua hal di sepakbola termasuk soal key pass.

“Aku bilang, ‘OK, bos, tapi statistik Anda tidak menunjukkan bahwa bahkan pada konsidi 80 persen aku bisa membuat umpan penting sebelum gol.’ Aku menyebutnya pra-asis, momen yang memecah pertahanan lawan dan kemudian menjadi gol, bahkan meski itu bukan umpan terakhir,” terang Bergkamp.

Saat ini, statistik sudah mencakup banyak hal termasuk data fisik pemain seperti seberapa jauh mereka berlari dan hal semacam itu. Menurut Bergkamp, idealnya statistik macam itu harus dikombinasikan dengan sisi kecerdasan dan teknik sang pemain sebelum bisa mengambil keputusan.

Angka dalam statistik seringkali tak adil buat pemain. Bergkamp mencontohkan Roberto Firmino di Liverpool dan David Silva di Manchester City. Ia punya umpan yang bagus dan bisa mengatur tempo permainan. Umpan bagus tercatat di statistik, tapi mengatur tempo jelas tidak.

Bergkamp menyebut kalau statistik adalah salah satu cara melihat pertandingan, tapi itu bukan satu-satunya. Ia merasa kalau mata tidak bisa dibohongi dan menjadi penentu keputusan pada sejumlah hal. Penggunaan statistik bisa membantu atau memvalidasi apa yang dilihat oleh mata. Suatu hari nanti, semua statistik yang dibutuhkan mungkin akan hadir, tapi untuk saat ini, Bergkamp tahu pemain mana yang ia senangi untuk ditonton.

“Di rumahku ada desahan kelegaan bahwa Kevin de Bruyne memenangi penghargaan Professional Footballers’ Association Player of the Year musim lalu (2019/2020). Dia luar biasa selama bertahun-tahun tanpa mendapatkan pengakuan individu yang layak dia dapatkan. Kini ia memilikinya,” terang Bergkamp.

Bergkamp begitu menikmati menyaksikan permainan De Bruyne sejak lama. Pertama kali ia menyaksikannya ketika masih di Ajax dan menghadapi Wolfsburg dalam laga pramusim. De Bruyne masuk setelah turun minum dan ia sangat percaya diri serta nyaman dengan bola dan visinya melingkupi seluruh lapangan. Dia bisa melihat segalanya dan dimana-mana. Itu adalah sesuatu yang dihargai Bergkamp.

De Bruyne membawa timnya maju dan dia juga punya teknik yang sempurna. De Bruyne adalah contoh tepat ketika Bergkamp bilang untuk terus berlatih di usia muda. Ia selalu mencari bola bahkan ketika baru saja mengumpankannya.

“Pemain yang bagus, yang terbaik, selalu tahu di mana keberadaan bola. Mereka tak perlu melihatnya, mereka justru melihat ruang, yang mana jadi hal terpenting di sepakbola. Aku pikir mereka bisa melakukanya karena di usia muda, mereka banyak bermain dengan bola. Itu bekerja untukku dan itu akan menjadi saran yang aku berikan pada setiap pemain muda sekarang: latihan, latihan, latihan.”

“Aku selalu berpikir aku bisa berkembang dan Anda juga. Sebagai seorang pelatih, aku belum berhenti belajar juga. Aku selalu mengambil ide baru, mengamatinya, dan melihat hal-hal yang bisa membuat perbedaan buatku atau orang lain,” tutup Bergkamp.

Sumber: BBC.com