Derby Superclasico (1): Persaingan Miliuner dengan Kelas Pekerja

Foto: CNN.com

Laga Superclasico yang mempertemukan Boca Juniors dengan River Plate dianggap lebih super daripada El Clasico di Spanyol. Beberapa pengamat sepakbola mengungkapkan jika Superclasico memang tidak semegah El Clasico, tapi keliarannya merupakan yang klasik dari terklasik.

Observer Sport Monthly menganggap menonton Boca melawan River adalah pertandingan olahraga pertama yang harus dilakukan sebelum mati. Atmosfer Superclasico secara luas dianggap sebagai yang paling liar di sepakbola. Terlihat dari pertandingan di masing-masing stadionnya selalu spektakuler.

Sebetulnya ada lima klub lain di Buenos Aires, yaitu Velez Sarsfield, San Lorenzo, Huracan, Argentinos Juniors, dan All Boys. Tapi pertandingan antara Boca versus River telah melampaui Derby Buenos Aires lainnya. Wajar karena Superclasico mempertemukan dua kesebelasan tersukses di Argentina.

Hampir 3/4 dari seluruh warga Argentina merupakan pendukung Boca atau River. Lebih tepatnya, 40 persen pendukung sepakbola di Argentina adalah Boca. Sementara River memiliki dukungan dari 33 persen warga Argentina.

Buenos Aires akan terpecah menjadi dua ketika laga ini digelar. Bahkan panasnya atmosfer derby ini bahkan sampai menarik minat sekitar tiga perempat masyarkat Argentina. Beberapa wisatawan sepakbola pun rela datang pada pertandingan superclasico demi merasakan langsung panasnya derby ini.

Perbedaan Kelas di Superclasico

Masing-masing pendukung kesebelasannya memiliki latar belakang berbeda yang menjadi alasan mengapa atmosfer Superclasico begitu panas. Ada dua kepentingan, kelas masyarakat dan kutub sepakbola Argentina yang berbeda di dalam satu kota itu.

Yaitu antara si kaum kaya (Los Milonarios) dari utara melawan kelas pekerja (Los Xeneizes) dari selatan di Kota Buenos Aires. Pendukung River berasal dari pusat kawasan elit bagian utara. Julukan Los Milonarios pun memiliki arti kata milyuner.

Bisa dilihat dari banyaknya universitas dan apartemen mewah yang membuahkan anggapan jika River mendapatkan dukungan dari kaum elit dan terpelajar.  Sementara di area pelabuhan identik dengan kelas pekerja. Di sana menjadi cikal bakal berdirinya Boca yang berasal dari distrik La Boca.

Daerah ini merupakan tujuan bagi para imigran Italia sehingga terjadinya pertukaran budaya. Alhasil bahasa di La Boca terdengar sedikit logat-logat Italia. Maka cukup mudah membedakan kedua suporter itu. Dengar saja logat bahasanya cara mereka berbicara.

Di distrik La Boca itu juga akan serentak mengenakan baju biru bergaris kuning Boca. Sementara kaum dari kawasan utara Buenos Aires di distrik Nunez, akan mengenakan baju putih garis merah yang menjadi warna kebesaran River.

Itulah atribut-atribut yang selalu ada dan hadir dalam laga Superclasico. Sekaligus atribut konflik antara pendukung sepakbola yang sering terjadi di setiap pertemuannya. Lebih gilanya, perseteruan kedua rival tersebut tidak melihat kalangan. Seorang ibu pernah dipukuli segerombolan pendukung garis keras Boca.

Pertama Kali dalam Sejarah

Kekerasan-kekerasan di luar lapangan itu merupakan sisi lain dari rivalitas tanpa ada batas Derby Superclasico. Seperti Tragedi Puerta 12 yang terjadi pada 23 Juni 1968. Saat itu terjadi kerusuhan besar antara pendukung Boca dengan River di sektor 12 Stadion El Monumental, markas River.

Kebencian antara kedua kubu memunculkan kejadian unik ketika River degradasi pada akhir musim 2010/2011. Jelas para pendukung kesebelasan tersebut mengamuk dan membuat kerusuhan sehingga bagian utara Kota Buenos Aires diumumkan dalam keadaan darurat oleh Departemen Pertahanan Pemerintahan Argentina.

Berbeda dengan reaksi pendukung Boca yang justru sangat bergembira. Para pendukung Boca tumpah ke jalanan, meskipun di sekitaran Distrik Nunez yang sekitar 15 kilometer dari kawasan selatan Buenos Aires. Mereka bergembira merayakan kehancuran River, bersuka cita, berkonvoi dan bersenang-senang seakan baru merengkuh juara.

Baca juga: Kebangkitan River Plate Usai Degradasi 2011

Terbaru ini, final Copa Libertadores dibuat menggelora karena Derby Superclasico. Pertandingan itu terjadi setelah Boca mengalahkan Palmeiras dan River mengalahkan Gremio, sehingga dua rival itu bertemu di final Copa Libertadores 2018. Pertemuan Superclasico ini adalah pertama kalinya di kompetisi paling bergengsi di Amerika Selatan tersebut.

“Tidak ada yang difavoritkan. Ini akan menjadi Superclasico yang tidak seperti yang lainnya. Sekarang peluangnya 40:50 untuk memenangkan trofi,” kata Ramon Abila, penyerang Boca, seperti dikutip dari The Guardian

Pertama kalinya juga dalam sejarah 58 tahun, Boca dan River saling berhadapan di final Copa Libertadores. Sebelumnya, sejarah pertemuan dua rival ini di laga final, hanya sejauh di piala domestik saja. Laga final itu ketika Kejuaraan Nasional Argentina 1976 dan Supercopa 2017.

Di Piala Libertadores, Boca dan River hanya bertemu di fase knock-out. Terhitaung sebanyak tiga kali, yaitu ketika di perempat final tahun 2000, semifinal 2004 dan babak 16 besar 2015 Copa Libertadores.

Leg pertama pertandingan final Copa Libertadores 2018 pun berakhir dengan hasil imbang 2-2 di Stadion La Bombonera, kandang Boca, pada 12 November 2018. Kemudian waktunya untuk pertandingan leg kedua di Stadion El Monumental dan neraka pun dimulai.

Baca juga: Menantikan Juara Copa Libertadores 2018

Sumber lain: FIFA, SB Nation