Gareth Southgate dan Kenangan Akan Kegagalan Penaltinya pada 1996

Kesebelasan negara Inggris sukses mencuri perhatian sepanjang gelaran Piala Dunia 2018. Meski lolos hanya dengan status sebagai runner up, namun Tiga Singa tampil begitu apik dan berpeluang besar menjadi juara apabila mereka sanggup mengalahkan Swedia (perempat final) serta menyingkirkan salah satu diantara Kroasia atau Rusia pada babak semifinal.

Salah satu faktor meningkatnya permainan Inggris adalah sosok Gareth Southgate. Di era kepelatihannya, Inggris tampil begitu kolektif dan tidak bergantung kepada satu pemain pun. Juara dunia 1966 ini tidak lagi dipermasalahkan hal-hal yang pernah menjadi penyebab kegagalan mereka seperti munculnya geng diantara pemain serta mental yang kerap bermasalah ketika memasuki babak adu penalti.

Baca juga: Piala Dunia 1966: Milik Pickles, Korea Utara, dan Geoff Hurst

Mental pada babak adu penalti berhasil dipatahkan oleh Southgate ketika melawan Kolombia. Tendangan Eric Dier menjadi penegas bagi Inggris yang meraih kemenangan adu penalti pertama mereka sepanjang sejarah Piala Dunia.

Adu penalti adalah momok bagi Southgate. Putar waktu kembali pada 1996 saat ia menjadi penyebab gagalnya Inggris melangkah ke babak final Euro 1996 yang berlangsung di negaranya. Ketika itu, Inggris bertemu Jerman dan kedudukan 1-1 membuat laga harus dilanjutkan ke babak adu penalti. Lima penendang dari masing-masing kesebelasan menunaikan tugasnya dengan baik sehingga babak sudden death harus dimainkan.

Sial bagi Southgate. Tendangannya dengan mudah terbaca penjaga gawang Andreas Koepke. Andreas Moller yang menjadi penendang keenam Jerman sukses mengecoh David Seaman dan membawa mereka ke final sebelum akhirnya keluar sebagai juara Eropa.

Sothgate tampak terpukul. Di lapangan, ia harus dihibur oleh Terry Venables (pelatih Inggris) dan Jurgen Klinsmann. Hari-hari Southgate begitu suram. Banyak sekali wartawan yang mendatangi rumahnya hanya untuk membahas kegagalan penaltinya tersebut.

Baca juga: Gareth Southgate, Idola Baru Publik Sepakbola Inggris

Pria kelahiran Watford ini merasa terganggu karena kehadiran juru foto tersebut juga mengganggu ibunya yang takut kalau anak tercintanya tersebut mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan. Saking takutnya, ibunya pun berkata kepada Southgate, “Kenapa kau tidak tendang bola itu sekencang-kencangnya, nak?”

“Pada akhirnya saya tidak bisa melarikan diri dari kenyataan kalau tendangan saya adalah penentu nasib kami. Setiap saya menonton TV, ada saja potongan klip orang-orang di bar yang kecewa ketika penalti saya gagal. Saya hanya bisa berpikir “Tuhan, mengapa rekaman ini muncul lagi!” Ada emosi yang hanya saya bisa bagi kepada orang-orang yang dekat dengan saya. Beruntung saya juga mendapat banyak dukungan saat itu,” tuturnya.

Cara ampuh untuk menghindari stress adalah dengan berlibur dan Southgate kemudian memilih melakukan hal tersebut. Ia berharap dengan liburannya nanti dirinya bisa kembali begitu tenang dan melupakan kegagalan penaltinya tersebut. Bersama istrinya yang baru dinikahi, Alison, ia bulan madu ke Indonesia, tepatnya di Pulau Bali.

Baca juga: Cara Gareth Southgate Menyatukan Timnas Inggris

Selain menikmati pemandangan indah Pulau Dewata, mereka berencana untuk bertemu dengan guru spiritual. Tujuannya adalah untuk memulihkan mental Southgate dari kenangan buruk akan kegagalan eksekusi penalti tersebut. Southgate menyebut lokasinya saat itu seperti surga yang begitu romantis karena dikelilingi oleh danau dan juga gunung.

“Pura tersebut berada di sekitar danau da nada gunung berapi di dekatnya. Suasananya saat itu benar-benar magis,” tuturnya seperti dilansir Guardian.

Suasana tersebut diharapkan memberikan ketenangan bagi Southgate. Dalam benak Alison sudah terpikir percakapan akan berjalan sangat spiritual dan suasana akan berjalan dengan tenang. Sampai pada akhirnya rencana tersebut berantakan.

Guru spiritual yang ditemui tersebut ternyata adalah penggemar liga Inggris yang kebetulan tinggal di Bali. Dikutip BBC, Alison menyebut kalau guru yang ditemuinya tersebut adalah penggemar Manchester United. “Suasana tenang tersebut seketika berubah secara ajaib ketika guru spiritual tersebut mengatakan, ‘Anda Gareth Southgate. Inggris! Anda yang gagal penalti itu!”

Beruntung Gareth Southgate bisa pulih dari trauma tersebut dengan sendirinya. Tanpa percakapan dengan guru spiritual tersebut, kepercayaan diri Southgate perlahan membaik. Ia kemudian siap untuk kembali ke Premier League musim berikutnya untuk memperkuat klubnya saat itu, Aston Villa.

“Dalam pikiran saya, saya sudah kembali lagi menjadi orang yang sama seperti musim lalu. Setiap saya bangun pagi, saya sudah tidak lagi berpikir kalau saya adalah Gareth Southgate dari Aston Villa dan Inggris yang gagal menendang penalti. Segalanya kemudian telah menjadi berbeda,” tuturnya.

22 tahun setelah kegagalannya sebagai pemain, ia berhasil membawa Inggris mengatasi momok adu penalti yang sudah seperti penyakit kambuhan tersebut. Tugas Southgate berikutnya adalah membawa Inggris berprestasi setinggi-tingginya pada pesta bola dunia kali ini. Bukan tidak mungkin, nyanyian Footballs Coming Home yang sempat redup karena eksekusi penaltinya berhasil digaungkan kembali dengan raihan trofi Piala Dunia.