Kisah Robert Lewandowski, Tentang Bagaimana Rasanya Diremehkan

Foto: These Football Times

Nama Enrico Preziosi mestinya akan selalu ada dalam benak Robert Lewandowski. Semua amarah yang ia salurkan lewat golnya mestinya juga ditujukan ontuk Preziosi. Namun, Lewandowski juga patut bersyukur karena Preziosi tak jadi mengontraknya di Genoa, karena mungkin saja itu akan membuatnya medioker selamanya.

Baca juga: Krzysztof Piatek, Si Pembayar Penyesalan Enrico Preziosi

Sejak muda, Lewandowski tak pernah dianggap atau diramalkan akan menjadi pemain top. Termasuk oleh Enrico Preziosi, pemilik Genoa. Padahal, Pelatih Genoa, Gian Piero Gasperini, meminta Preziosi untuk segera merekrut Lewandowski yang tak jadi pindah ke Blackburn Rovers karena erupsi gunung di Islandia.

Lewandowski sudah hadir di Luigi Ferraris. Namun, Preziosi melihat ada yang tak beres. Ia merasa kalau Lewandowski terlalu ringkih dan sepertinya tak akan menjadi bomber tajam. Lewandowski pun dipulangkan. Ia kemudian bergabung dengan Borussia Dortmund yang membuat media mulai mengenal namanya.

Sejak kecil, Lewandowski kerap merasa aneh karena tak banyak pemain top yang diproduksi negaranya, Polandia. Untuk menemukan role model, Lewandowski pun mulai melebarkan pengetahuan sepakbolanya. Ia kemudian menemukan Roberto Baggio yang main bagus di Piala Dunia 1994, lalu Alessandro del Piero, hingga Thierry Henry ketika bermain untuk Arsenal.

Baca juga: 19 Fakta Robert Lewandowski

“Dia luar biasa. Itu bukan cuma bagaimana dia mencetak gol, tapi juga apa yang dia lakukan buat tim. Ketika dia masih di Arsenal, aku mengingat betapa mudahnya ia mencetak gol dari berbagai situasi. Dia bisa mencetak gol dari sisi kiri ke sudut jauh dengan kaki kanannya. Itu amat mudah buatnya. Aku ingin mencetak banyak gol juga dan aku bisa belajar dari Henry,” tutur Lewandowski dikutip dari BBC.

Saat menjadi pesepakbola di usia muda, Lewandowski sebenarnya sempat belajar di Legia Warsaw. Namun, dia dilepas oleh tim dan pindah ke kesebelasan Divisi Tiga Polandia, Znicz Pruszkow. Hasilnya luar biasa. Ia menjadi top skorer dan membawa Pruszkow promosi.

Momen dilepasnya dari Legia disebut Lewandowski sebagai salah satu situasi terburuk dalam hidupnya. Kala itu, ia tengah cedera selama tiga bulan. Saat kembali berlatih, ia tak 100 persen fit dan perlu waktu untuk adaptasi. Namun, sekretaris tim memberi tahunya kalau dia kini berstatus free agent.

Baca juga: Lewandowski Boleh Pandai Setinggi Langit, tapi…

“Itu adalah momen yang sangat sulit. Aku masih berusia 17 tahun dan ibuku menungguku setelah pulang latihan karena waktu itu belum punya SIM. Dari ekspresi wajahku, ibu langsung tahu apa yang terjadi.”

Dengan dukungan dari ibunya, Lewandowski langsung memikirkan langkah selanjutnya. Meskipun mendapatkan momen tak menyenangkan, tapi tak pernah terpikir dalam benaknya untuk berhenti dari sepakbola. Ia merasa kalau Warsaw bisa saja salah melepasnya.

“Dokter tim (Warsaw) membuat kesalahan. Aku perlu waktu, mungkin dua bulan lalu aku akan sehat dan kembali tampil prima. Dokter tim bilang kalau aku tak akan siap. Aku masih muda dan ketika Anda bilang sesuatu seperti itu ke pemain muda tanpa pengalaman, dan tanpa ayahku yang wafat satu setengah tahun lalu, kini aku sendiri dengan ibu dan saudara perempuanku. Jadi aku harus menjadi seorang pria,” tutur Lewandowski.

Momen itu menjadi motivasi buat Lewandowski. Ia pun berusaha dengan bekerja keras dan menunjukkan ke orang banyak kalau mereka melakukan kesalahan. Dia bahkan tak pernah bertemu pelatih yang bilang kalau dirinya akan menjadi pemain top di masa depan.

Lewandowski kemudian bergabung dengan Borussia Dortmund dari Lech Poznan dengan biaya transfer sekitar 4 juta paun pada 2010. Ia bermain selama empat musim dan memenangi dua gelar Bundesliga yang mengejutkan. Ia pun mencetak 103 gol dari 187 pertandingan yang membuatnya ditarik Bayern Munchen.

Di Dortmund inilah Lewandowski membentuk dirinya. Ia berlatih lebih lama membuat kaki kiri dan kanannya sama seimbangnya. Latihan ini didukung oleh Jurgen Klopp yang punya sistem latihan amat keras. Karena ingin membuktikan, Lewandowski pun berlatih tak kalah kerasnya.

“Saat aku berpikir soal itu sekarang, aku belajar banyak. Setelah beberapa bulan pertama, tubuhku sudah siap untuk bekerja lebih keras. Sekitar November, aku mencetak banyak gol dan teman-temanku bilang, ‘Robert telah kembali,’ dan aku tahu aku bisa menunjukkan semua kemampuanku,” tutur Lewandowski.

Dari semua momen dalam karier Lewandowski, agaknya yang tak bisa dilupakan adalah lima golnya yang ia cetak hanya dalam durasi 13 menit bersama Bayern Munchen. Gol tersebut tak perlu lagi menjadi pembuktian bagi dirinya. Karena kini, setiap bek yang akan menghadapinya sudah merasa kalau mereka akan menghadapi striker paling menakutkan di dunia.

Baca juga: Saat Lewandowski Mencetak lima Gol Dalam Waktu Sembilan Menit