Chelsea memang yang membuat nama Eden Hazard dikenal dunia. Namun, Lille-lah yang mengasah bakatnya sehingga tercium oleh klub-klub top Eropa.
Ada satu momen ikonik di mana Hazard berhasil mencetak hattrick. Padahal, kondisinya saat itu masih mabuk dan belum sadar benar.
Capaian Bagus Hazard di Lille
Hazard bergabung dengan Lille pada 2005 di usia 14 tahun. Dua tahun kemudian ia dipanggil ke tim utama untuk melakoni laga persahabatan melawan Club Bruggge.
Namun, butuh beberapa waktu baginya untuk bisa menembus tim utama. Puncaknya terjadi pada musim 2010/2011. Saat itu, ia membawa Lille menjuarai Ligue 1. Ini merupakan gelar liga pertama klub sejak lebih dari 50 tahun.
Setahun kemudian, ia menjadi top skorer Lille dengan raihan 22 gol, sekaligus gol terbanyak sepanjang karier Hazard. Di musim 2011/2012 tersebut, 20 gol di antaranya dicetak di liga. Ia pun memberikan asis. Angka ini bahkan sulit dicapai oleh para bintang PSG saat ini.
Laga Terakhir yang Memabukkan
Bagusnya penampilan Hazard membuatnya dikeceng sejumlah klub top Eropa sejak 2010. Hazard baru memutuskan hijrah ke Chelsea pada awal musim 2012/2013. Ia memilih Chelsea karena status mereka sebagai juara Eropa kala itu.
Laga terakhir Hazard di Ligue 1 adalah pertandingan melawan Nancy. Lille dipastikan finis di peringkat ketiga. Di sisi lain, Hazard ingin membuat perayaan kecil bersama rekan setimnya sekaligus momen perpisahan.
Hal ini diceritakan oleh mantan Kapten Lille, Rio Mavuba. Saat itu, para pemain dan Hazard memutuskan untuk minum-minum. Laga melawan Nancy tidak begitu penting. Namun, sesuatu yang aneh terjadi.
“Keesokan paginya, Eden masih mabuk. Malam itu melawan Nancy, belum genap 30 menit bermain, Eden sudah mencetak hattrick,” kenang Rio.
Baca juga: Rio Mavuba, Kisah 20 Tahun Tanpa Kewarganegaraan
Menjelang kick-off, sebenarnya tidak ada tanda-tanda kalau Hazard masih mabuk. Stadion Lille Metropole saat itu penuh sesak. Soalnya, ini merupakan laga terakhir Lille di stadion tersebut sebelum pindah ke Grand Stade Lille Métropole.
Di dalam stadion, sejumlah banners terbentang dengan tulisan “Merci Eden” serta sejumlah bendera Belgia. Para suporter begitu mencintai Hazard yang saat itu masih berusia 21 tahun tapi sudah menjadi salah satu pemain terhebat dalam sejarah Lille.
Lini serang Lille saat itu dikomandoi Tulio de Melo. Hazard main di kanan sementara Dimitri Payet di kiri. Laga itu sendiri tidak terlalu ketat. Lille tak menganggapnya istimewa. Tidak perlu resep khusus untuk melawan tim papan tengah.
Sebelum 10 menit, Hazard mencetak gol pertama. Ia memanfaatkan kerja sama De Melo dan Joe Cole di area tengah. Tendangan placing-nya langsung menghukum pertahanan Nancy.
Saat merayakan gol, para pemain kompak melakukannya. Mereka seolah-olah tengah bersulang alias mengulang apa yang mereka lakukan malam sebelumnya: minum-minum.
Nancy sempat memperkecil keunggulan lewat tendangan bebas yang disundul Reynal Lemaitre. Akan tetapi, Lille jelas enggan untuk mengacaukan pesta perpisahan Hazard. Delapan menit kemudian, Payet mengumpan sekaligus me-nutmeg bek Nancy. Bola meluncur ke arah De Melo yang tinggal menceploskan bola.
Cuma butuh empat menit bagi Lille untuk kembali mencetak gol. Guyuran hujan membuat meriah suasana hari itu, sekaligus mengganggu konsentarasi lini pertahanan Nancy. Hazard lolos dari jebakan offside. Ia mencetak gol kedua dengan gaya yang mirip dengan gol pertama. Pun dengan kiper Nancy yang juga memilih arah yang sama seperti gol pertama.
Alkohol yang mengalir dalam darahnya ternyata gagal memandulkan insting mencetak gol Hazard. Lille mendapatkan penalti pada menit ke-34 usai Payet dijatuhkan. Tentu para pemain Lille tak keberatan kalau penalti tersebut diambil oleh pemain terbaik mereka.
Kalau melihat dua gol pertama, tentu tendangan penalti Hazard tidak akan meleset. Masih lebih mungkin hukum diterapkan dengan adil, ketimbang Hazard tak mencetak golnya yang ketiga di laga itu.
Benar saja, kiper melompat ke arah kirinya. Ia seperti berusaha belajar dari dua gol pertama di mana ia selalu melompat ke kanan. Kiper agaknya tak ingin melihat senyum Hazard yang tentu adalah bagian dari cemoohan untuknya. Namun, Hazard lagi-lagi membuatnya kesal. Ia menendang bola hampir ke arah tengah, menyasar kaki kiper yang dengan cekatan malah melompat.
Usai gol tersebut, Hazard mengangkat kedua tangannya. De Melo mengangkat Hazard dengan pundaknya. Hazard menjadikan De Melo sebagai “ojek pundak” yang membuatnya tak perlu berlelah-lelah jalan ke tengah lapangan.
Hazard menunjukkan beginilah pesta perpisahan yang seharusnya. Mencetak hattrick dan para penggemar bergembira. Para penggemar punya waktu sejam lagi untuk menikmati masa-masa singkat dengan Hazard yang tak akan lagi ada di sana. Pada menit ke-89, Hazard ditarik oleh Rudi Garcia. Bukan karena permainannya yang buruk, tapi untuk memberinya kesempatan mendapatkan standing ovation dari para penggemar.
Hazard tak langsung keluar lapangan. Rekan-rekannya mengerubunginya sekaligus menandai laga terakhirnya bersama Lille. Hazard melangkah keluar dan menyambut tepukan tangan para penggemar.
“Orang itu bahkan belum tidur, dia minum sepanjang malam dan mencetak hat-trick dalam waktu [hanya] 30 menit,” kenang Mavuba.
Sumber: Planetfootball