Onel Hernandez, Garis Start Sepakbola Kuba

Foto: Twitter Onel Hernandez

Kuba mendapatkan hasil buruk di CONCACAF Gold Cup 2019. Menelan tiga kekalahan, 17 kali kebobolan, tanpa sekalipun mencetak gol. Itu adalah catatan terburuk Kuba sepanjang sejarah mereka mengikuti kompetisi sepakbola internasional. Bahkan lebih buruk daripada raihan Gold Cup 2011 di mana mereka kebobolan 16 kali dan mencetak satu gol.

Meski demikian, sekitar satu bulan setelah Gold Cup 2019 berakhir, Kuba mendapat kabar positif dari Inggris. Laga antara Liverpool melawan Norwich City yang membuka Premier League 2019/2020 memperkenalkan dunia kepada seorang pemain Kuba, Onel Hernandez.

Dirinya memang tidak main 90 menit di pertandingan tersebut. Gagal membantu Norwich mengimbangi Liverpool dan kalah 1-4. Namun, Hernandez tercatat sebagai pemain Kuba pertama yang tampil di divisi tertinggi sepakbola Inggris. Bahkan menurut Transfermarkt, tidak pernah ada pemain Kuba yang tampil di lima liga ternama Eropa -Premier League, La Liga, Serie-A, Ligue 1, dan 1.Bundesliga- selain Hernandez.

Hernandez diboyong Daniel Farke dari Eintracht Braunschweig pada Januari 2018. Ditebus dengan dana sekitar 1,7 juta Pauns, Hernandez awalnya tidak banyak memberi kontribusi untuk the Cannaries. Tapi Farke tetap mempercayakan Hernandez menjadi bagian dalam revolusi Jermannya di Carrow Road. Dari 13 pemain yang didatangkan Farke pada musim pertamanya di Norwich, tujuh memiliki paspor Jerman. Termasuk Hernandez.

Bersama Tom Trybull, Christoph Zimmermann, dan Marco Stiepermann, Hernandez pun berhasil membuat Norwich jadi juara EFL Championship 2018/2019. Hernandez mencatat delapan gol dan mengarsiteki 10 lainnya dari 40 pertandingan yang ia jalani pada musim tersebut. Membuat dirinya menjadi salah satu kreator terbaik Norwich bersama Emiliano Buendia.

Tepat Untuk Norwich Binaan Farke

Area sayap memang menjadi fokus utama Farke ketika menyerang. Ia membuat nama-nama seperti Max Aarons, Jamal Lewis jadi talenta yang diperhitungkan di Inggris. Itu membuat Hernandez yang dikenal lincah dan handal melewati lawan pas untuk Norwich. Sekalipun kemampuan Hernandez sebenarnya belum benar-benar teruji di Jerman.

Sebelum gabung dengan Norwich, raihan terbaik Hernandez hanya dicatat bersama tim kedua VfL Wolfsburg di divisi empat Jerman. Dirinya terlibat dalam 18 gol dari 30 laga selama musim 2014/2015. Performa tersebut membuat Hernandez diminati Braunschweig dan akhirnya masuk ke dalam radar Farke.

“Kami melihat potensi dari Onel [Hernandez] dan dirinya sudah melewati ekspekatasi yang ada. Dia telah berkembang pesat dan kami yakin ini belum kemampuan terbaiknya,” kata Direktur Olahraga Braunschweig Marc Arnold.

Potensi yang kemudian dimaksimalkan oleh Farke. “Saat saya datang ke Norwich, Farke sudah mengetahui segalanya tentang saya. Dirinya telah mengubah filosofi sepakbola saya. Farke percaya bahwa kecepatan, ditambah dengan fisik tempaan Jerman yang saya miliki akan membentuk permainan bagus. Saya sekarang sudah merasa jadi pesepakbola yang lebih baik,” kata Hernandez.

Mantan Rekan Julian Draxler

Foto: Liga-Zwei

Potensi Hernandez sebenarnya sudah tercium saat masih bermain untuk akademi Arminia Bielefeld. “Hernandez akan menjadi bintang dalam waktu singkat. Ia merupakan permata dari angkatan pemain Arminia,” puji seorang suporter Arminia yang memantau permainan Hernandez sejak usia dini.

Berkat performanya bersama Arminia, Hernandez mendapat panggilan membela Jerman U18 bersama Timo Horn, Antonio Rudiger, Leonardo Bittencourt, dan Julian Draxler. Ada masanya Hernandez menjadi pemain yang diperhitungkan bahkan dibanggakan di Jerman.

“Ini merupakan sebuah prestasi tersendiri untuk Arminia. Sebuah kebanggan untuk klub dan juga bagi Onel. Dia memang layak untuk dipanggil,” aku Thomas Krücken yang ketika itu menangani akademi Arminia.

Memang butuh waktu yang cukup lama untuk Hernandez benar-benar mencuat. Namun jika tidak karena pengalamannya di Jerman, ia mungkin tidak akan menjadi pesepakbola. “Hidup saya dimulai di Jerman,” buka Hernandez.

“Ayah tiri saya adalah pelatih TuS Westfalia Neuenkirchen. Dirinya selalu membawa saya latihan. Setiap hari. Ia melihat sesuatu yang luar biasa dari saya. Jika bukan tanpa dirinya, saya mungkin masih di Kuba bermain burung,” lanjutnya.

Garis Start Sepakbola Kuba

Tumbuh besar di Jerman juga menjadi alasan utamanya bisa bermain di Premier League. Meninggalkan Kuba saat masih berusia enam tahun, Hernandez mendapat paspor Jerman dan masuk kategori pemain Uni-Eropa. Tanpa paspor tersebut, mustahil baginya main di divisi tertinggi Inggris.

Pasalnya, Premier League memiliki peraturan ketat untuk pemain asing. Hanya pemain dari 50 negara terbaik FIFA yang boleh bermain di sana. Itu pun harus memenuhi syarat jumlah penampilan bersama tim nasional. Kecuali, mereka adalah pemain dengan paspor Britania atau Uni-Eropa.

Per 15 Agustus 2019, Kuba duduk di peringkat 149 FIFA. Jauh dari ketentuan Premier League. Tanpa paspor Jerman, Hernandez tidak akan bisa merasakan atmosfer Anfield, terlibat di laga pembukaan Premier League 2019/2020. Kehadiran Hernandez ini harus menjadi garis start sepakbola Kuba untuk mulai berbenah.

Menurut laporan Guardian, sejak 1961 hingga 2016, tidak ada pesepakbola di Kuba yang boleh menandatangani kontrak profesional. Hal ini merupakan dampak dari keputusan Fidel Castro yang melarang olahraga profesional. Alhasil, banyak calon ataupun atlet Kuba yang hengkang ke Amerika Serikat.

Kondisi sudah membaik di 2019, dengan Samon Reider Rodríguez (Reggiana), dan Osvaldo Alonso (Minnesotta United) mendapat kontrak profesional dari klub masing-masing. Namun sama seperti Hernandez, mereka tidak dipanggil ke Gold Cup 2019.

Bukan karena kurang layak membela tim nasional. Melainkan intervensi yang didapat Kepala Pelatih Kuba Raul Mederos saat memilih pemain. “Saya tidak mengerti lagi harus bicara apa tentang masalah ini. Lebih baik saya tidak bicara. Dibicarakan pun tidak akan menyelesaikan masalah,” buka Mederos.

“Saya tahu sepakbola Kuba bisa lebih baik lagi jika kita memanggil pemain-pemain yang ada di luar sana. Tapi saya tidak bisa melakukannya. Saya berhenti melihat perkembangan mereka. Berhenti melihat rekaman pertandingan mereka. Saya tak bisa berbuat apa-apa,” katanya.

***

Hernandez pun ikut bersuara tentang hal ini. “Keluarga saya sudah bicara dengan asosiasi. Katanya politisi di sana tidak peduli dengan sepakbola. Basket, tinju, bisbol, mungkin. Tapi tidak sepakbola,” aku Hernandez.

“Pelatih [Mederos] dan asosiasi tidak tahu harus berbuat apa tapi mereka berharap kami bisa kembali membela tim nasional. Kami juga ingin melakukannya. Kami bahkan tidak perlu dibayar. Saya tidak tahu apa masalahnya,” ungkapnya.

Mungkin masih banyak yang perlu dilakukan agar sepakbola Kuba bisa sepopuler gambar Che Guevara dan dipedulikan para pemegang kekuasaan. Tapi setidaknya, kehadiran Onel Hernandez di Premier League sudah membuka kepekaan tersebut kepada dunia.