Beruntungnya Chelsea Memiliki Olivier Giroud

Foto: Thenational.ae

Saat direkrut dari Arsenal pada pertengahan musim 2017/2018, banyak suporter Chelsea yang meragukan kualitas dari seorang Olivier Giroud. Hal yang wajar memang, tapi pelan-pelan, Giroud mulai menunjukkan nilainya sebagai seorang penyerang.

Pada Januari 2018, atau saat bursa transfer musim dingin sedang berlangsung, Chelsea yang ketika itu sedang dalam masa sulit untuk mempertahankan gelar Premier League yang mereka raih, kedatangan pemain baru. Dia adalah Olivier Giroud. Tak banyak ekspektasi yang muncul sejalan dengan kedatangannya.

Setengah musim membela Chelsea, sosok asal Prancis tersebut pun gagal menjadi juru selamat. Walau berhasil mengantarkan Chelsea menggondol trofi Piala FA, Giroud gagal membawa Chelsea mempertahankan takhta juara Premier League. Bahkan, dia gagal membawa Chelsea finis di posisi zona Liga Champions. Chelsea bertengger di posisi lima klasemen akhir Premier League 2017/2018.

Memang, bisa dianggap kalau kegagalan Chelsea ini lebih kepada kegagalan secara kolektif, terutama karena gagapnya Antonio Conte, sang pelatih, dalam memahami reaksi lawan-lawan Chelsea di Premier League. Namun, sosok Giroud yang ada di dalam skuat juga ikut kena tunjuk. Dia dianggap mandul, karena hanya mampu bikin 5 gol dari 18 laga.

Conte pergi, datanglah pelatih baru di skuat Chelsea, Maurizio Sarri. Pelatih asal Italia itu membawa filosofi baru dalam permainan Chelsea, filosofi permainan yang lebih atraktif, mengandalkan pergerakan yang konstan dari para pemainnya. Di sinilah, Sarri memberikan pernyataan yang menarik, terutama menyoal kemungkinan Giroud menjadi penyerang utama Chelsea atau tidak.

“Dari segi karakteristik, mereka (Alvaro Morata dan Olivier Giroud) memang berbeda, tergantung pada jenis pertandingan apa yang dijalani. Giroud bermain sangat baik meski tidak mencetak gol. Saya rasa, ia bisa sangat bermanfaat untuk rekan-rekannya,” tegasnya.

Dari sinilah, Olivier Giroud mulai menjalani perannya yang baru: seorang figuran. Peran yang tampaknya hanya bisa dihayati oleh mereka yang begitu memahami dan mencintai sepakbola.

Dampak Tak Terlihat Giroud untuk Chelsea

Pada laga pekan ke-13 Premier League musim 2018/2019, Chelsea menderita kekalahan dari Tottenham Hotspur di Wembley. Tidak tanggung-tanggung, Tottenham membantai Chelsea dengan skor yang telak, yaitu 3-1. Son Heung-min dan Harry Kane begitu gemilang di pertandingan tersebut.

Namun, di antara sosok-sosok pemain Spurs yang bermain gemilang, muncul nama Giroud ke permukaan. Memang dia hanya sukses mencetak satu gol pada menit 85. Giroud juga hanya main 14 menit di laga itu karena baru dimasukkan pada menit 76 laga. Tapi, dampak yang dia berikan bagi Chelsea cukup terasa.

Masuknya Giroud membuat lini depan Chelsea menjadi lebih hidup. Lini depan Chelsea yang kaku mulai terbuka sedikit demi sedikit. Ini karena pergerakan Giroud yang mampu membuka ruang bagi para pemain depan Chelsea yang lain macam Eden Hazard dan Willian.

Peran seperti ini sebenarnya sudah dijalankan dengan fasih oleh Giroud ketika dia membela Timnas Prancis dalam ajang Piala Dunia 2018. Ketika itu, dia turun dalam 7 laga Timnas Prancis, membukukan waktu tampil sebanyak 546 menit, namun dia sama sekali tidak mencetak gol. Gol-gol Prancis justru lebih banyak hadir dari sosok-sosok macam Antoine Griezmann dan Kylian Mbappe. Keduanya masing-masing mencetak 4 gol.

Giroud pun dikritik. Ketika Prancis masih memiliki banyak penyerang lain dengan mutu yang lebih baik, Giroud masih dipertahankan oleh sang pelatih, Didier Deschamps, di skuat inti. Ternyata, di balik keputusannya ini, Deschamps punya dasar yang kuat. Ada atribut lain yang membuat Giroud mampu menjadi pelengkap skuat Prancis di ajang Piala Dunia 2018 tersebut.

Baca juga: Terima Kasih, Olivier Giroud!

Memang tugas utama Giroud selaku penyerang tengah adalah mencetak gol, dan itu sudah dia upayakan. Namun, ternyata ada tugas lain yang dibebankan kepadanya, yakni menjadi pembuka ruang dan penarik perhatian bek lawan. Dengan badannya yang setinggi 192 cm, dia juga bisa menjadi pemantul bola bagi rekan-rekannya.

Apa yang dilakukan oleh penyerang kelahiran Chambery tersebut serupa dengan apa yang pernah dilakukan oleh Stephane Giuvarc’h pada Piala Dunia 1998 silam. Kala itu, Giuvarc’h yang tidak mencetak gol selama turnamen menjadi sasaran kritik. Meski begitu, sang pelatih, Aime Jacquet, tidak bergeming dan tetap memasang Giuvarc’h sebagai penyerang utama.

Hal serupa juga diterapkan oleh Deschamps kepada Giroud di Piala Dunia 2018 ini. Griezmann dan Mbappe boleh saja masing-masing mencetak 4 gol. Namun, mereka tidak akan bisa mencetak gol jika tak ada sosok Giroud yang membuka ruang. Paul Pogba pun tak akan bisa melepas beberapa tembakan jarak jauh jika tak ada pemantul bola dan penarik perhatian lawan macam Giroud.

Berkat perannya di Piala Dunia 2018 tersebut, dia mulai terbiasa menjadi sosok figuran. Beruntung, Sarri dapat melihat hal tersebut sehingga dia masih menaruh kepercayaan kepada Giroud. Kepercayaan yang, bisa jadi tidak salah.

Kebutuhan Chelsea pada Giroud

Walau menderita kekalahan perdana di ajang Premier League musim 2018/2019, Chelsea tak perlu khawatir. Masih ada 35 laga yang akan mereka jalani, dan mereka masih bisa menyalip Liverpool dan Manchester City yang berada di atas mereka. Lagi pula, Chelsea juga masih berpeluang meraih trofi di ajang-ajang lain macam Piala FA, Piala Liga, dan Liga Europa.

Untuk menjalani musim 2018/2019 yang padat ini, Chelsea tentu butuh sosok semacam Olivier Giroud. Kehadirannya di lini depan dapat memberikan dimensi baru dalam serangan Chelsea. Sesuai yang Sarri katakan, dia bisa membuat penyerang lain bermain lebih baik. Asal ketajamannya tidak hilang, maka Giroud akan jadi lebih menakutkan lagi.

Tapi, apa arti ketajaman, jika memang Giroud punya atribut lain yang bisa membantu tim? Toh, pada akhirnya, “unsung hero” akan menjadi sosok yang lebih dihargai daripada sosok yang menonjol ke permukaan.