“Bro, turn on the volume
I live my life like a king
Living with no pressure
Hustling like I don’t know better”
(Kawan, keraskan volume. Aku menghidupi hidupku bak raja. Hidup tanpa tekanan. Bersusah payah seperti tak tahu ada yang lebih baik.)
Penggalan lirik lagu rap di atas bukan buatan rapper Soundcloud yang sedang tidak sibuk dengan depresi, obat terlarang, tato di wajah, dan pistol. Tampak kurang SWAG untuk ukuran kolektif Odd Future. Kendrick Lamar dan Post Malone punya kreativitas tingkat tinggi, jadi ini bukan buatan mereka. Namun tenang, inipun bukan demo lagu dari album terbaru Young Lex yang buat apa pula ditunggu.
Rap kerap kali menjadi jalan keluar seseorang menekuni dunia musik di luar pekerjaan utamanya. Sebab bernyanyi mungkin terlalu sulit, sementara autotune pun tidak menolong. Jika tidak percaya, coba saja tanya Kemal Palevi dan Chandra Liow.
Ah tidak mengapa. Beragam pebasket NBA merilis album rap di kala senggang. Namun hal semacam ini tidak lazim di sepakbola. Kecuali untuk Kevin Prince Boateng. Dengan nama panggung Prin$$, Boateng mendapati alter ego dirinya sebagai rapper.
Baca Juga: Selain Keluarga Markkanen, Berikut 4 Keakraban Sepakbola dengan NBA
Beberapa pesepakbola memang menekuni tarik suara. Mereka bukan hanya bernyanyi saat perkenalan di klub baru. Misalnya, David Alaba yang rilis lagu Sag mein Namen, Clint Dempsey aka Deuce, ataupun Lukas Podolski yang primordial tentang Koln. Namun harus diakui, tidak ada yang seniat dan senyali Prin$$ Boateng. Hanya dia yang bernyanyi dalam proyek musik sendiri, bukan kolaborasi.
Di bawah bendera yang sama dengan Machine Gun Kelly, 6IX9INE, Migos, dan Cardi B, video klip Prin$$ berjudul ‘King’ menampilkan Boateng si hedonis. Berjaket Gucci, membuang-buang wine, pamer jam tangan berlapis berlian, dan menaiki mercy. Boateng bertingkah polah di atas meja biliar mencerocos lirik eksistensialis yang bisa bikin Soren Kierkegaard bangga.
Boateng menunjukkan kepercayaan diri berlebih atau mungkin ketidaklaziman sikap daripada pesepak bola kebanyakan. Diproduksi pada tengah tahun lalu, cukup menunjukkan Boateng punya banyak waktu lowong di saat pesepak bola terbaik justru bertungkus lumus pada Piala Dunia Rusia.
Setidaknya Enam Bulan di Barcelona
Lalu lintas bursa transfer Januari punya rekam jejak menampilkan perpindahan pemain kelewat aneh. Kim Kallstrom pindah ke Arsenal, Julien Faubert ketiban pulung bermain untuk Real Madrid (sebelum nyasar di Borneo), dan Andy Carroll yang gagal di Liverpool. Begitupun Boateng yang dipinjamkan Sassuolo ke Barcelona.
Boateng jalani debut dengan mengecewakan, karena Blaugrana kalah 0-2 atas Sevilla, Kamis (24/1/2019) di leg pertama Copa Del Rey. Entah seperti detail isi kepalanya saat itu, karena bisa-bisanya baru pada 15 tahun kariernya dia berseragam sama seperti Lionel Messi.
Melihat jejak kariernya sama seperti sedang bermain FIFA/PES sendirian melawan komputer, sehingga memakai bermacam-macam klub supaya tidak jenuh. Dari Hertha Berlin ke Tottenham Hotspur, membawanya kepada ketenaran dan kesalahan di usia 20 tahun. Dari Dortmund asuhan Juergen Klopp ke Portsmouth yang melangkah ke final Piala FA 2010, degradasi, dan tidak terlihat lagi.
Dari tim juara & tangguh terakhir AC Milan ke Schalke yang tampaknya stabil. Dari tim kepulauan yang lebih dekat Maroko ketimbang Spanyol, Las Palmas ke tim hijau-hitam Sassuolo di Serie-A. Luntang lantungnya pada lima klub dalam sembilan tahun berhenti sementara di Barcelona. Direncanakan sebagai opsi jangka pendek, wanti-wanti cedera lama menimpa Luis Suarez, Ousmane Dembele, dan Messi. Syukur-syukur bisa membantu juara di kompetisi Eropa.
Selepas Neymar pindah, manajemen Barcelona merasa terpecut karena pemain yang mereka yakini bertahan malah hengkang. Antoine Griezmann terus dikejar untuk pengganti, tapi musim ini malah Malcom yang datang. Itupun perlu merampas dari Roma. Munir El Haddadi hengkang, karena bukan dia yang dibutuhkan untuk pelapis. Melainkan sosok murah meriah (8 juta Euro dengan opsi permanen), terbukti berpengalaman, dan cocok untuk jangka pendek Ernesto Valverde sampai akhir musim.
Barcelona, klub kesepuluh dan terbesar dalam kariernya.
Absurd Sejak Awal
Boateng dibesarkan di kawasan Wedding, Berlin. Mentalitas orang-orang di sana, ‘Kalau anda tidak mati, maka saya yang mati’, seiring seringnya baku tembak dan keengganan polisi datang. Pada umur tujuh tahun dia masuk ke akademi Hertha dengan niat besar meninggalkan Wedding bermodal olah bola prima.
“Saya tidak pernah kehabisan nyali, untuk hal baik ataupun buruk,” cerita Boateng kepada The Guardian.
Keabsurdan pilihan karier Boateng terasa jelas sejak lebih memilih membela negara ayahnya Ghana daripada Jerman. Dia berbeda dengan Jerome Boateng yang memilih Jeman dan memenangkan Piala Dunia 2014. KP Boateng bukan pemain yang jelek-jelek amat, karena aktif di tim junior Jerman sampai juara Piala Eropa U-21 tahun 2009. Dia bagian dari tim muda berisi tulang punggung juara dunia lima tahun kemudian.
Boateng merasa lebih Ghana, ketimbang Jerman. Namun setahun setelah Piala Dunia 2010,dia pensiun dari sepak bola internasional. Meski baru berusia 24 tahun, dia beralasan kelelahan. Balik lagi ke timnas saat Piala Dunia 2014, Boateng dicoret sebelum pertandingan terakhir karena memaki pelatih. Dengan enteng, Boateng menghina federasi sepak bola Ghana amatiran.
Hedonisme Boateng
Boateng ditransfer ke Genoa, tanpa pernah bermain untuk mereka. Sebab dia lantas pindah ke AC Milan, meski saat menerima telepon manajernya dia masih lelah sehabis pesta semalaman. Dia berjoget moonwalk Michael Jackson saat rengkuh scudetto terakhir Milan.
Michael Jackson, salah satu dari tiga orang yang sangat ingin dia jumpai. Hanya satu tokoh yang berhasil ditemui, yakni tokoh apartheid Nelson Mandela. Entah mengapa saat mereka berjumpa, Mandela malah berupaya menjodohkan anaknya dengan Boateng. Mungkin karena Boateng dielu-elukan banyak orang sebagai David Black-ham.
Performanya perlahan menurun. Pasangannya, Melissa Satta (bukan anak Mandela) bilang Boateng terlalu banyak berhubungan seks. Ah, biar begitu dia peduli isu rasisme dan Malaria. Dua topik yang dia bicarakan saat berkesempatan berpidato di PBB. Satu-satunya pesepak bola yang pernah melakukannya.
Boateng pindah ke banyak tim membawa beberapa prestasi dan gol-asis indah. Eksekusi voli dari umpan backheel tinggi kandidat kuat Puskas Award, kelokan menawan yang membuat Barcelona memutar videonya kembali meski kebobolan, dan asis salto dari atletisme tubuh berseragam I Noroverdi. Juga kesalahan-kesalahan masa lalu yang dia ceritakan untuk pelajaran orang yang mendengarnya.
Boateng sering mencari kepuasan sampai sari-sarinya. Ketika masih Orang Kaya Baru, terparkir tiga mobil Lamborghini dalam rumah Boateng muda yang besar. Dia berlaga layaknya 50 cent, rapper bertalenta dengan sejarah penggunaan obat terlarang dan tindak kekerasan. Tingkah laku yang terpotret dalam foto untuk dia kenang. Juga sebuah video klip impersonifikasi rapper ternama.
Seperti penggalan liriknya, Prin$$ Boateng selama ini menghidupi hidupnya bak raja. Hidup tanpa tekanan. Bersusah payah seperti tak tahu ada yang lebih baik.
Sumber: The Guardian/Sky Sport/FC Barcelona