Mengingat Wesley Sneijder, Sebagai Gelandang Terbaik Timnas Belanda

Wesley Sneijder, nama yang selalu lekat dengan gol spektakuler, pembacaan permainan kelas wahid, dan salah satu gelandang kreatif milik Belanda. Memutuskan pensiun dari tim nasional Belanda, ia mencatatkan total 134 penampilan bersama Der Oranje di usia 34 tahun. Sebuah pertandingan perpisahan menghadapi Peru digelar untuk menghormati pemain dengan penampilan terbanyak bersama Belanda ini.

Sebuah perpisahan unik pun dilakukan. Wesley Sneijder duduk bersama di sofa tepat setelah pertandingan usai bersama keluarganya di tengah lapangan, sembari menyaksikan cuplikan terbaik dari kariernya selama ini. Perpisahan yang secara simbolik menunjukkan bahwa Sneijder memang merupakan salah satu pemain terbaik yang pernah dimiliki Belanda.

Mengawali karir bersama Ajax Amsterdam, Sneijder sudah mencuri perhatian di tahun keduanya memperkuat tim senior Ajax musim 2003/2004. Sneijder saat itu bersama dengan Zlatan Ibrahimovic, Rafael Van der Vaart, John Heitinga, membawa Ajax meraih gelar juara Liga Belanda. Permainannya di lini tengah bersama Rafael van der Vaart menjadi kunci suburnya Zlatan Ibrahimovic saat itu.

Wesley Sneijder kemudian bermain beberapa tim besar, mulai dari Real Madrid, Inter Milan, Galatasaray, Nice, hingga Al Gharafa, yang ia perkuat hingga saat ini. Total ia meraih 12 gelar bersama klub dan 13 gelar individu. Catatan prestasi yang tidak akan dianggap sebelah mata oleh siapapun.

Wesley Sneijder merupakan sinonim dari gelandang berkualitas selama satu dekade terkahir. Dimanapun ia bermain, selalu ada momen magis yang ia ciptakan bersama klub yang ia bela. Di level Tim Nasional, Sneijder mungkin akan menjadi gelandang terbaik dunia andai tidak ada duo Spanyol, Xavi dan Iniesta, selama aktif bermain.

Musim Pertama Bersama Madrid

Musim pertamanya bersama Real Madrid adalah bukti. Meskipun musim 2006/2007 Real Madrid sukses menjuarai La Liga, permainan El Real dianggap tidak menarik dan terlalu bertahan. Inilah yang menjadi salah satu faktor mengapa Fabio Capello dipecat dan digantikan Bernd Schuster.

Vicente Calderon pun tanpa ragu mengabulkan semua permintaan transfer Schuster musim 2007/2008. Setelah mendatangkan Arjen Robben dari Chelsea dan Pepe dari Porto, Sneijder didatangkan ke Santiago Bernabeu melalu negosiasi cukup alot. Soalnya, di saat bersamaan, Sneijder juga diincar klub-klub besar seperti Manchester United, Inter Milan, hingga Valencia. Harga yang dipatok Ajax sebesar 27 Juta Euro dilunasi Madrid dengan mudah. Sneijder mengenakan nomor punggung “23” musim itu.

Formasi 4-3-3 yang bisa berubah menjadi 4-2-3-1 ketika bertahan menempatkan Guti-Sneijder di lini tengah Real Madrid. Tidak jarang Sneijder digeser bermain melebar mengisi satu spot di skema 4-3-3. Bahkan dalam skema 4-4-2 yang juga diusung Schuster menempatkan Sneijder di posisi sayap. Peran Sneijder mirip yang dilakukan Ozil ketika bermain untuk Real Madrid. Wesley Sneijder tidak akan bermain melebar dan beradu lari. Ia akan memaksimalkan ruang di tengah dengan melakukan tusukan ke tengah pertahanan lawan.

Real Madrid suskes merengkuh gelar La Liga. Lebih manis lagi, Madrid juga mengalahkan Barcelona dalam dua pertemuan. Di pertandingan pertama bersua Barcelona di Camp Nou, Sneijder menjadi konduktor lini serang Real Madrid. Pertandingan yang dimenangkan Madrid dengan skor 1-0 ini, menampilkan kebingungan Barcelona menembus kuatnya lini tengah milik Madrid. Barcelona lupa dengan adanya Sneijder yang dengan leluasa mengatur serangan El Real. Pun di pertemuan kedua mereka Barcelona belum menemukan resep menghentikan Sneijder, Madrid menghancurkan Barcelona 4-1 di Santiago Bernabeu.

Musim 2008/2009, Sneijder kesulitan dengan cedera hamstring yang ia dapatkan. Performanya dianggap lesu dan dilepas ke Inter Milan di akhir musim, dengan hanya bermain sebanyak 22 kali dan Real Madrid gagal mendapatkan gelar musim tersebut. Penampilan Sneijder pun sedikit tenggelam dengan kehadiran mantan rekannya dari Ajax, Rafael van der Vaart.

Baca juga: Regenerasi yang Terputus di Tim Nasional Belanda

Meraih Kejayaan di Inter Milan

2009/2010, Inter Milan yang dipimpin Jose Mourinho, mendatangkan Sneijder dengan mahar 15 juta Euro. Bersama Inter Milan, Sneijder didaulat memegang peran pemain No. 10, yang merupakan posisi alamiah Sneijder. Inter Milan pun di luar dugaan meraih treble winner, dan menjadi satu-satunya klub Italia yang meraih gelar ini. Tentu saja peran ini tidak lepas dari performa apik Sneijder.

Jose Mourinho merupakan manajer yang terkenal pragmatis dan mengandalkan serangan balik. Formasi 4-2-3-1 yang bisa menjadi 4-4-1-1 menjadi andalan Mou. Semua terbelalak ketika predator sekelas Samuel Eto’o secara mengejutkan menempati posisi winger dan bahkan bermain bertahan ketika diserang atau bermain sebagai defensive winger di era Mou.

Sedangkan peran Sneijder pun sedikit unik. Di lini tengah, dua gelandang jangkar Inter diisi Cambiasso-Stankovic berotasi apik dengan Sneijder di depan mereka. Ketika menyerang balik, Sneijder dengan kemampuan mengumpan kelas wahid mengalirkan bola ke Eto’o atau Pandev sembari membirakan Dejan Stankovic menusuk ke depan.

Sneijder akan mengisi lubang yang ditinggalkan Stankovic dan memanfaatkan second ball. Taktik ini sangat sesuai dengan Sneijder yang memang lebih suka mengalirkan bola dan menjadi konduktor alih-alih sebagai pemain yang memainkan peran sebagai eksekutor.

Penampilan apik Sneijder bersama Inter Milan bisa dilihat di semi final leg pertama Liga Champions menghadapi Barcelona. Diego Milito sebagai striker tunggal, sangat dimanjakan lewat pergerakan Sneijder yang sekali lagi, membuat gelandang Barcelona seperti didikte pergerakannya, fenomena yang mungkin tidak akan pernah ditemukan lagi. Xavi seolah lebih fokus menjaga pergerakan Sneijder alih-alih membuat peluang bagi Barcelona.

Sedangkan di tahun yang sama, Sneijder mereplikasi performa apiknya bersama Tim Nasional Belanda. Bisa dibilang pada era inilah salah satu skuat terbaik Belanda. Di Piala Dunia 2010, Sneijder menjadi pemain penting bagi Der Oranje. Belanda lolos ke Final bersua dengan Spanyol. Kali ini Xavi-Iniesta sukses mengalahkan permainan Sneijder. Namun performa Sneijder menjadikan dirinya masuk ke FIFA World Cup Dream Team 2010. Setelahnya Sneijder rutin masuk kedalam skuat Belanda. Nomor 10 pun menjadi nomor punggung yang selalu dikenakannya ketika bermain bagi Belanda.

Baca juga: Terjun Bebas Inter Milan

Meredupnya Karier Sang Bintang

Setelah bermain bersama Inter Milan, karir Sneijder sedikit redup. Meskipun berprestasi bersama Galatasaray, ia dianggap sudah kehilangan permainan terbaiknya. Sneijder masih menjadi gelandang kelas wahid, namun ketika klub berlomba-lomba menyusun serangan cepat, Sneijder kesulitan mengikuti, karena permainannya yang lebih memainkan tempo sembari membuka ruang. Ditambah cedera yang menghampirinya, Sneijder kesulitan untuk bermain seperti yang ia lakukan ketika berseragam Inter maupun Real Madrid.

Dan pada akhirnya, Sneijder tetaplah salah satu gelandang terbaik yang pernah ada. Dengan segudang prestasi dan pencapaiannya, Sneijder merupakan pemain nomor 10 terbaik setelah Riquelme. Andai tidak sering berkutat dengan cedera, bisa jadi Sneijder akan disejajarkan dengan pemain legendaris Belanda, Johan Cruyff. Namun masih menjadi pertanyaan hingga kini, kenapa Manchester United kala itu dibawah Van Gaal urung memboyongnya?