Menyambut Kembali Sardar Azmoun

Foto: Fox Sports Asia.

Kemelut terjadi di kotak penalti Yaman saat mereka bertemu dengan Iran pada pertandingan pertama Grup D Piala Asia 2019. Dalam situasi sepak pojok, penjaga gawang Saoud Al-Sowadi justru meninju bola ke arah wajah gelandang Iran, Mehdi Taremi yang membuat bola menjadi liar. Akhir dari kemelut tersebut kemudian membuahkan gol keempat bagi Iran.

Yang menarik adalah melihat sosok pencetak gol tersebut yang ternyata adalah Sardar Azmoun. Penyerang asal Rubin Kazan ini mencetak gol pertamanya untuk Team Melli setelah kembali dari keputusannya untuk pensiun selepas Piala Dunia lalu.

Setelah dipastikan tersingkir dari Piala Dunia 2018, kalah satu poin dari Portugal dan Spanyol, Azmoun mengejutkan Iran dengan mengumumkan kalau dia tidak ingin bermain lagi untuk tim nasional. Padahal Azmoun digadang-gadang sebagai calon legenda negara mereka di masa yang akan datang. Azmoun pensiun karena tidak kuat menahan kritikan yang ia anggap sudah kelewat batas.

Baca juga: Piala Dunia 2018 yang Menjadi Awal Sekaligus Akhir bagi Sardar Azmoun

Bahkan kritikan tersebut disertai dengan hinaan yang sempat membuat ibunya sakit. Demi kesembuhan orang yang melahirkannya tersebut, Azmoun memilih mundur dari tim nasional. Sebuah keputusan yang ia sebut sebagai keputusan paling menyakitkan yang pernah ia buat.

“Ibu saya dulu punya penyakit serius, tapi sekarang sudah sembuh. Sayangnya, karena kekejaman segelintir orang, dan penghinaan yang saya dapat membuat penyakitnya kembali kambuh. Situasi ini membuat posisi saya semakin sulit dan hasilnya saya harus memilih ibu saya,” kata Azmoun selepas laga terakhirnya di Piala Dunia menghadapi Portugal.

Hampir lima bulan setelah keputusan mendadak tersebut, sebuah kabar mengejutkan muncul dari skuad asuhan Carlos Queiroz. Mereka memutuskan untuk memanggil kembali Azmoun dan meminta si pemain kembali bermain untuk mereka. Tidak disangka, keputusan ini disambut baik oleh pemain kelahiran Gonbad-e Kavus tersebut. “Saya adalah tentara untuk negara saya dan senang bisa kembali lagi ke tim nasional,” tuturnya kepada mehrnews.

Queiroz nampaknya tidak bisa untuk tidak memanggil kembali Azmoun. Melihat catatan impresifnya bersama Rubin Kazan, Azmoun memang layak untuk memperkuat kembali ke tim nasional. Musim ini, ia sudah berkontribusi dalam sembilan gol untuk Rubin Kazan dengan catatan 5 gol dan 4 asis. Torehan ini sudah mendekati pencapaiannya pada musim lalu yang membuat 5 gol dan 6 asis sepanjang musim.

Dibanding striker Iran lainnya, hanya Azmoun yang punya catatan gol yang mentereng. 25 gol sudah ia cetak dalam 41 penampilan. Di usianya yang baru 25 tahun, jumlah golnya jauh lebih banyak ketimbang Karim Ansarifard, Mehdi Taremi, bahkan Reza Ghoochannejhad, tiga penyerang yang secara usia dan karir lebih berpengalaman dibandingkan Azmoun.

Azmoun dipanggil untuk uji coba menghadapi Trinidad and Tobago pada pertengahan November 2018. Akan tetapi, ia hanya duduk manis di bangku cadangan saja dalam kemenangan Iran 1-0. Debut keduanya bersama tim nasional baru terjadi lima hari kemudian ketika mereka ditahan imbang Venezuela 1-1. Ia bermain selama 65 menit sebelum digantikan oleh Karim Ansarifad.

Dua pekan sebelum Piala Asia digelar, Azmoun kembali bermain sejak menit pertama. Kali ini, ia bermain 60 menit saat mereka bermain imbang 1-1 melawan Palestina. Ia kemudian digantikan oleh Ali Alipour. Meski tidak mencetak gol dalam dua uji coba tersebut, Queiroz tetap membawanya ke Uni Emirat Arab.

Golnya ke gawang Yaman kemarin menjadi sebuah sinyal kalau dia sudah siap untuk membawa negaranya kembali sukses di turnamen besar. Seperti apa yang pernah ia ucapkan sebelumnya, kalau dia adalah seorang tentara. Dan layaknya seorang tentara, maka ia akan mati-matian membela tanah airnya. Tugas itu dimulainya dengan sangat baik yaitu mencetak satu gol dan membawa Iran menang telak 5-0 pada akhir laga.

Iran sendiri tidak punya sejarah bagus dalam empat dari lima pegelaran terakhir Piala Asia. Mereka hanya sanggup mencapai perempat final dan satu kali meraih tempat ketiga yaitu pada Piala Asia 2004 di China. Sejak dimulai pada 1956, mereka sebenarnya sudah tiga kali keluar sebagai juara.

Akan tetapi, dua dari tiga kesuksesan tersebut diraih saat mereka menjadi tuan rumah. Kejadiannya pun sudah cukup lama yaitu pada 1968 dan 1976. Dengan kata lain, sudah empat dekade mereka tidak bisa menjadi raja di Asia. Bukan tidak mungkin, puasa gelar tersebut berhasil dibuka pada turnamen kali ini dengan Azmoun menjadi sosok kunci mereka.