Patrich Wanggai, Kepingan yang Hilang Mario Gomez di Persib Bandung

Persib Bandung praktis hanya mendaratkan Patrich Wanggai untuk menghadapi paruh kedua Liga 1 Indonesia. Karena satu nama lain, Wildan Ramdani, seperti yang diketahui dipromosikan dari tim usia muda. Kedatangan pemain baru yang tidak terlalu membuat para penggemar senang, pada awalnya.

Banyak cibiran ketika Wanggai mendarat di Bandung. Pertama tentu karena kasus dirinya dan para suporter Persib beberapa waktu sebelumnya. Kedua, karena Wanggai akhirnya memilih pergi ke klub lain meskipun sempat melakukan seleksi pada awal musim. Tetapi cara terbaik untuk membungkam kritikan adalah dengan tampil semaksimal mungkin. Dan Wanggai melakukannya dengan sangat baik.

Pada paruh pertama musim, ketika masih berseragam Sriwijaya FC. Patrich Wanggai hanya berhasil mencetak dua gol dari sepuluh pertandingan. Sementara itu, ketika tulisan ini masih ditulis, Wanggai berhasil menciptakan tiga gol dari tiga laga yang dilakoninya bersama Maung Bandung. Perolehan tersebut jelas merupakan peningkatan performa yang luar biasa.

Kurang begitu diterima pada awalnya, Wanggai berhasil membuktikan diri. Harus diakui bahwa mantan penggawa timnas U-23 yang berlaga di SEA Games 2011 ini juga menjadi salah satu faktor Persib berhasil mengamankan dua kemenangan di tour mereka di Pula Jawa dan melesat dan memimpin klasemen Liga 1. Dua golnya ke gawang PS Tira menjadi pembuktian sekaligus melengkapi penampilan eksepsionalnya sejauh ini.

Baca juga: Anomali Persib Bandung

Bukan Sekadar Subtitusi, Tetapi Komplementer

Ketika dulu di bangku sekolah, disebutkan bahwa dalam ilmu ekonomi, secara kegunaan atau fungsi, ada dua jenis barang. Yaitu barang subtitusi (pengganti), misalnya ketika tidak ada speaker audio kita bisa menggunakan headset atau earphone. Selanjutnya adalah barang komplementer (pelengkap), misalnya mouse (tetikus) untuk laptop.

Banyak yang beranggapan bahwa keberadaan Patrich Wanggai adalah sebagai pelapis dari penyerang Persib saat ini, Ezechiel N’Douassel dan Jonathan Bauman. Terutama bagi N’Douassel yang memang memiliki kecenderungan untuk absen karena menerima sanksi bermain. Well, Bauman dan Patrich memang sedikit banyak memiliki kesaman. Terutama fisik yang mereka yang kekar dan menjulang.

Padahal sebenarnya, ketimbang sebagai earphone atau headset sebagai pengganti speaker. Wanggai ibaratnya adalah tetikus (mouse) untuk duet Ezechiel N’Douassel dan Jonathan Bauman. Keberadaan Wanggai melengkapi duet penyerang asing tersebut dari berbagai sudut pandang.

Yang paling mendasar tentu adalah, kehadiran Wanggai membuat Persib tidak mesti khawatir seandainya satu diantara N’Douassel atau Bauman mesti absen karena cedera. Apalagi melihat di laga melawan Sriwijaya FC pada pekan pertandingan ke-19, Mario Gomez sepertinya lebih senang memainkan penyerang belia Muchlis Hadi di sektor sayap.

Gaya bermain Wanggai juga melengkapi duet N’Douassel dan Bauman. Berbeda dengan dua penyerang asing milik Persib yang gemar bermain lebih dinamis. Area kerja Wanggai sebenarnya tidak terlalu meluas. Perbedaan Wanggai dengan kedua pemain asing ini adalah bagaimana cara Wanggai menahan bola, dan terus bergerak. Yang menjadi persamaan dari ketiga penyerang yang dimiliki oleh Persib Bandung ini adalah mereka rajin untuk menjemput bola ke area yang lebih dalam. Hal ini membuat dimensi serangan tim menjadi lebih dinamis.

Peran yang dilakukan Wanggai ini sedikit banyak serupa dengan yang dilakukan oleh Mohd Amri Yahyah di klub yang sebelumnya ditangani oleh Mario Gomez, Johor Darul Takzim. Skema yang diusung Gomez di JDT maupun Persib Bandung sebenarnya tidak jauh berbeda. Duo penyerang asing menjadi tumpuan.

Ketika masih membesut JDT, Gomez memiliki Luciano ‘Lucho’ Figueroa dan Jorge Pereyra Diaz. Kini ia memiliki N’Douassel dan Bauman. Di tim berjuluk the Southern Tiger tersebut Gomez memberikan peran kepada Yahyah untuk bergerak dari kiri, dari kanan, menahan bola, dan mencetak gol. Peran ini jugalah yang kini tengah diemban oleh Patrich Wanggai di Persib Bandung.

Baca juga: Persib dan Evolusi yang Sedang Terjadi di Dalamnya

Apakah Wanggai Bisa Berkolaborasi dengan Ezechiel N’Douassel?

Semua sudah melihat bagaimana Bauman dan Wanggai bisa berkolaborasi dengan sangat baik. Tentu pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah apakah Wanggai bisa berkolaborasi dengan Ezechiel N’Douassel?.

Untuk lebih memahami fenomena ini, kita bisa melihat kembali ketika Wanggai bermain di timnas U-23 yang berlaga di SEA Games 2011 di Jakarta. Saat itu Wanggai dipasangkan dengan Titus Bonai di lini depan tim Garuda Muda. Di mana kala itu keduanya berhasil membawa Indonesia tampil luar biasa sepanjang turnamen dan meraih medali perak.

Kala itu Wanggai memainkan peran yang hampir serupa dengan yang ia lakukan di Persib saat ini. Ia bertugas sebagai deep-lying forward. Ia memulai serangan dari posisi yang agak dalam, menahan bola, bergerak, dan memberikan bola kepada rekan setim yang lain. Teknik dan flair dari seorang Wanggai sangat membantunya memainkan peran ini. Karena ia akan terlibat dalam aliaran bola yang cepat, dan juga mesti bergerak melewati pemain lawan.

Dengan peran ini Wanggai bisa menjadi penopang bagi Ezechiel N’Douassel yang biasanya dipasang sebagai ujung tombak. Wanggai bisa bergerak melewati pemain dan memberikan bola kepada Ezechiel. Permasalahan yang mungkin muncul adalah ketika baik Ezechiel maupun Wanggai sama-sama bergerak melebar. Ini memungkinkan tidak adanya pemain yang siap menerima bola di area kotak penalti setelah keduanya bergerak. Di sinilah waktu di mana koordinasi mesti terjadi dengan baik. Ketika dua penyerang ini melebar para pemain sayap seperti Ghozali Siregar dan Agung Mulyadi atau Oh Inkyun yang berperan sebagai gelandang serang mesti sudah siap untuk menerima bola.

***

Awalnya diragukan, boleh jadi kedatangan Wanggai ini justru yang melengkapi kepingan yang dicari oleh Mario Gomez. Dan sejauh ini pemain asal Papua ini berhasil membayar kepercayaan pelatih, dan juga memupus ragu dari para supporter. Bukan tidak mungkin apabila bisa berkontribusi lebih baik lagi, “dosa” Wanggai di masa lalu sepertinya bisa dilupakan dan dimaafkan oleh bobotoh.