Southampton dipastikan bertahan di Premier League. Meski kalah 0-1 dari Manchester City di pertandingan terakhir, segalanya seperti tak berarti karena di saat yang sama, Swansea City juga kalah atas Stoke City 1-2.
Sebelumnya, Southampton bisa bernafas lega usai memenangi pertandingan hidup dan mati melawan Swansea pada pekan ke-37. Kemenangan 1-0 tersebut didapatkan usai Manolo Gabbiadini menyambar bola muntah sepakan Charlie Austin.
Di akhir kompetisi, The Saints mengoleksi 36 poin dan menduduki posisi ke-17. Kalaupun di pertandingan terakhir Swansea bisa menang, raihan poin mereka sama-sama 36, tetapi Swansea tetap kalah selisih gol.
Permainan Southampton memang buruk pada musim ini. Padahal, musim lalu mereka mampu menembus Zona Eropa dan menempati posisi kedelapan klasemen akhir. Apa yang terjadi pada Southampton musim ini tidak lepas dari absennya Charlie Austin karena cedera panjang yang dialaminya tengah musim ini.
Baca juga: Ini yang Akan Terjadi Bila Millwall Promosi ke Premier League
Pentingnya Charlie Austin untuk Southampton
Charlie Austin memang sosok vital bagi Southampton. Sejauh ini Austin masih memimpin pencetak gol terbanyak klub dengan tujuh gol. Sejak dipimpin Claude Puel hingga Mark Hughes, peran Austin sebagai juru gedor tidak tergantikan.
Sejak kedatangannya ke St. Mary Stadium, Austin sudah dibebankan ekspektasi cukup besar. Maklum, musim sebelumnya terdapat sosok Graziano Pelle yang dikenal garang di depan gawang. Kehadiran Austin dari Queens Park Rangers diharapkan mampu menambal lubang di lini depan. Austin pun menjawabnya dengan apik. Namun persaingan lini depan Southampton kala itu cukup sulit. Austin mesti bersaing dengan Dusan Tadic, Shane Long, hingga Gabbiadini.
Di era Mauricio Pellegrino pada musim 2016/2017 lalu, Austin sempat kesulitan mendapatkan menit bermain. Hal ini disebabkan cedera bahu yang dialaminya. Ketika sembuh pun Austin masih harus bersaing dengan Gabbiadini yang baru saja didatangkan dari Napoli. Padahal, ketika awal musim Austin rutin mengisi starting line-up. Namun hal itu tidak mencegahnya berhenti menunjukkan tajinya. Austin masih menjadi pencetak gol terbanyak kedua Southampton di akhir musim.
Cedera kembali menjadi momok Austin musim ini. Dua hari sebelum Natal, Austin mengalami cedera hamstring dalam sesi latihan. Hal ini memaksanya absen cukup lama, 26 hari. Kehilangan Austin juga membuat Southampton kehilangan tajinya. Southampton hanya meraih satu kali kemenangan pasca absennya Austin. Hasil minor yang diterima Southampton pun berujung pada dipecatnya Pellegrino sebagai manajer klub.
Baca juga: Mengapa Liga Skotlandia Tidak Berkembang
Berjaya di Bawah Arahan Mark Hughes
Mark Hughes kemudian didaulat sebagai Manajer Southampton, tugasnya saat itu menyelamatkan Southampton yang berjuang di zona degradasi. Tugas yang tidak mudah bagi Hughes.
Tidak lama setelahnya Austin dinyatakan siap bermain, sebuah kabar baik bagi The Saints dan juga Mark Hughes. Namun, masalah belum selesai. Austin masih belum bisa menunjukkan performa terbaiknya. Pertandingan pertama Austin pasca sembuh menghadapi West Ham United tidak berjalan baik. Austin tidak mampu berbuat apa-apa dan digantikan di menit ke-83. Southampton pun dibantai tiga gol tanpa balas.
Performa Austin membaik kala menghadapi Arsenal di Emirates Stadium. Austin mampu mencetak satu gol. Sayangnya, pertandingan berakhir dengan kekalahan 2-3 atas tuan rumah.
Setelahnya, meskipun tidak mencetak gol, Austin rutin menjadi starting line-up Southampton. Menurut Martin Laurence dari Whoscored, peran Austin bagi Southampton sangat vital. Secara statistik, Southampton merupakan kesebelasan dengan tingkat konversi peluang terburuk musim ini. Mereka hanya berhasil mengkonversi peluang menjadi gol sebesar 7,7 persen!
Angka ini merupakan angka konversi peluang terendah di Premier League musim ini. Angka tersebut merupakan keterbalikan dari performa Austin. Charlie Austin adalah striker dengan konversi gol yang sangat baik. Ia mencetak satu gol tiap 99,8 menit. Angka ini hanya kalah dari Mohamed Salah dan Sergio Aguero. Bagi striker sendiri, mencetak rataan 1 gol di bawah 100 menit tergolong sulit. Austin sendiri mencetak 5 gol dari 7 penampilan pada awal musim sebelum cedera hamstring dideritanya.
Belum Dipanggil Timnas Inggris
Selain mencetak gol, peran Austin cukup besar. Dirinya tidak segan menjemput bola dari wilayah pertahanan sendiri. Keunggulan lain dari sosok bertinggi 188 centimeter ini adalah bisa menjadi pemantul bagi rekan-rekannya.
Austin terbiasa melakukan umpan melalu sundulan yang berujung gol bagi Southampton, ataupun melakukan duel udara dengan heading ke gawang. Meskipun tinggi besar, Austin juga memiliki kecepatan yang mempermudah aliran bola bagi Southampton dalam membangun serangan.
Ironisnya, Charlie Austin hingga saat ini belum pernah satu kalipun memperkuat kesebelasan negara Inggris, meskipun dirinya adalah sosok penting bagi klub. Padahal dalam beberapa kesempatan sempat terdengar kabar Garteh Southgate membutuhkan sosok target man di depan gawang. Ini merupakan sebuah hal yang sebenarnya menjadi keunggulan bagi Charlie Austin di lini depan. Namun, dengan kesuksesan Austin membawa Southampton bertahan di Premier League, bukan tidak mungkin panggilan pertama bagi Charlie Austin justru menuju Piala Dunia 2018 nanti.