Reiss Nelson, antara Inggris, Arsenal, dan Zimbabwe

Foto: Tages Spegel.de

Data Transfermarkt menyebutkan bahwa Jerman merupakan tempat favorit talenta Inggris untuk melanjutkan karier mereka. Secara jumlah, talenta Inggris Jerman tentu masih kalah dari Wales, Skotlandia, Australia ataupun Amerika Serikat. Akan tetapi, melanjutkan karier di Jerman seperti punya masa depan lebih cerah dibanding merumput di Wales atau negara lainnya.

New York Times menyebutnya sebagai ‘Jadon Sancho effect’. Bagaimana Sancho meroket bersama Borussia Dortmund tentu tidak perlu diceritakan berulang kali. Bukan berarti dia jadi sosok yang membuat talenta Inggris senang belajar di Jerman juga tapi. Sancho pergi dari Manchester City pada 2017 untuk masuk ke tim Borussia Dortmund II. Pada saat yang bersamaan, Ryan Kent meminta Liverpool untuk meminjamkannya ke Jerman.

Baca juga: Ryan Kent di Antara Klopp dan Gerrard

“Saya ingat Kent datang ke kantor dan meminta untuk dipinjamkan ke 1.Bundesliga. Saya tahu bermain di Jerman bukanlah sesuatu yang mudah. Latihan mereka sangat keras dan disiplin. Untungnya saya mengenal pelatih Freiburg. Saya juga menyukai gaya mereka, jadi Kent kemudian dipinjamkan ke sana. Sayangnya, hal itu tidak berbuah hasil,” kata Manajer Liverpool, Jurgen Klopp.

Mayoritas pemain Inggris yang bermain di 1.Bundesliga 2018/2019 juga datang dengan status pinjaman. Hanya Sancho dan Keanan Bennettts (Monchengladbach) yang sudah permanen di Jerman. Emile Smith-Rowe, Recce Oxford, dan Reiss Nelson masih punya kontrak di Inggris.

Pengaruh Julian Nagelsmann dan Per Mertasacker

Nama terakhir menjadi talenta yang paling layak disoroti dari ketiga nama tersebut. Reiss Nelson mencatatkan dirinya sebagai pemain termuda Hoffenheim yang berhasil mencetak tujuh gol 1.Bundesliga setelah mengalahkan Hertha Berlin (14/4). Berumur 19 tahun dan 125 hari, Nelson memecahkan rekor yang sebelumnya dipegang oleh Roberto Firmino.

Firmino akhirnya menyumbang 49 gol dalam empat musim sebelum diboyong Liverpool pada 2015. Bersama Firmino, Hoffenheim hanyalah kesebelasan papan tengah. Produktif pada setiap partai namun tak memiliki level sampai ke Liga Europa atau Champions. Level itu baru dicapai Hoffenheim ketika diasuh oleh Julian Nagelsmann.

Beruntung bagi Reiss, ia datang ke Hoffenheim ketika Nagelsmann masih di Hoffenheim. Nakhoda kelahiran 23 Juli 1987 tersebut akan segera hengkang ke RB Leipzig di 2019/20. Namun selama empat musim menangani Hoffenheim, ia memang menunjukkan keahlian mengasuh talenta muda. Entah itu Jeremy Toljan, Pascal Gross, Niklas Sule, atau Nadiem Amiri, semua bersinar di bawah Nagelsmann. Begitu juga dengan Nelson.

Nelson sempat terkena masalah di Hoffenheim. Ia diasingkan dari tim karena bolos latihan. Beruntung, Per Mertasacker, mantan bek Arsenal yang kini menanganiakademi the Gunners langsung memberikan saran kepada Nelson untuk belajar disiplin dari Jerman.

“Dia adalah teman saya. Dirinya meminta saya untuk terus belatih keras dan disiplin agar bisa jadi seperti Callum Hudson-Odoi dan Sancho. Mertasacker benar-benar menginspirasi saya,” kata Nelson.

Afrika Bukan Karibia

Foto: Transfer Tavern

Seangkatan dengan Odoi dan Sancho, Nelson belum dipanggil ke tim nasional senior Inggris seperti teman-temannya. Baru tampil 585 menit di 1.Bundesliga juga tidak membantu kasusnya. Dukungan untuk masuk the Three Lions datang dari mantan bek Manchester United, Rio Ferdinand. Tapi hal itu belum dilakukan oleh Kepala Pelatih Inggris Gareth Southgate. Justru Zimbabwe yang tertarik memanggilnya ke tim nasional.

“Tentu kami ingin dibela oleh pemain seperti Nelson. Namun ia juga memiliki reputasi sebagai salah satu bintang masa depan di Inggris. Akan sangat sulit meyakinkan dia. Untuk saat ini kita hanya bisa mencoba, saya tidak bisa berkata yang lain,” kata Manajer Zimbabwe Wellington Mupandare.

Inggris punya banyak pemain keturunan Benua Afrika di dalam skuad mereka. Hudson-Odoi adalah keturunan Ghana. Gelandang Tottenham Hotspur, Dele Alli, memiliki darah Nigeria. Tapi tidak semua bisa berhasil menembus tim senior Inggris.

Berbeda dengan kasus Sancho ataupun Raheem Sterling yang merupakan keturunan Karibia. Mulai dari zaman Viv Anderson, keturunan Karibia sudah sering dipanggil tim nasional Inggris. Sementara keturunan negara-negara Afrika, banyak yang mendapat pujian di awal kariernya tapi gagal menembus the Three Lions. Wilfried Zaha (Pantai Gading) dan Saido Berahino (Burundi) contohnya.

Salah satu faktor kegagalan mereka ke tim senior Inggris adalah penampilan di level klub. Zaha gagal di Manchester United. Sementara Berahino batal jadi pemain Tottenham, hanya terdampar di Stoke City setelah hengkang dari West Bromwich Albion. Nelson berpeluang jadi seperti mereka dan berakhir di tim nasional Zimbabwe.

Ambisi di Arsenal

Nelson ingin menembus tim utama Arsenal. “Jika Anda menjalani masa pinjaman tanpa berpikir untuk kembali dan masuk tim utama saya rasa itu pola pikir yang salah,” kata Nelson. Ia juga mengaku ingin seperti idolanya, Thierry Henry, dan mengaku telah belajar banyak di Hoffenheim. “Saya telah merasakan senang ataupun susah di Jerman. Saya siap untuk musim depan,” katanya.

Tapi Arsenal seperti tidak memberi tempat bagi Nelson. James Binge dari Football.London mengatakan bahwa Nelson ada di situasi yang sulit. Peluang itu ada, tapi Arsenal memilih mengincar pemain lain seperti Ryan Fraser meski memiliki posisi serupa dengan Nelson.

“Ini situasi yang sulit. Arsenal mungkin tidak akan meminjamkannya lagi jika itu bukan hal yang diinginkan oleh Nelson. Dirinya mengaku sudah siap, tapi ia harus berjuang agar bisa membuktikan diri. Saat ini, dirinya tidak lebih dari pilihan ke-empat untuk Arsenal,” ungkap Binge.

Binge juga mengatakan pindah dari Emirates Stadium bisa jadi opsi bagi Reiss. Rumornya, Arsenal telah menyertakan namanya dalam proposal pembelian Zaha. Jika pada akhirnya Reiss memang harus pergi dari Arsenal, selama ia membela kesebelasan Premier League, peluang untuk masuk tim nasional Inggris masih terbuka.

Zimbabwe Bukan Pilihan Buruk

Foto: ESPN

Southgate saat ini sudah mulai berani memanggil pemain-pemain seperti Lewis Dunk (Brighton) dan Callum Wilson (Bournemouth) meski kesebelasan yang mereka bela tak lebih dari penghuni papan tengah. Tapi jika pada akhirnya panggilan itu tidak kunjung datang, Zimbabwe juga bukan pilihan buruk.

Zimbabwe lolos ke Africa Cup of Nations 2019 sebagai juara Grup G di kualifikasi. Dibela oleh mantan bek Burnley, Tendayi Darikwa, dan mantan penyerang Hoffenheim, Knowledge Musona. Hingga Maret 2019, mereka menduduki peringkat 102 FIFA. Itu merupakan posisi terendah dalam empat tahun terakhir.

Bahkan jika Nelson melepaskan beban tim nasional Inggris dan melupakan apa yang diraih teman-teman seangkatannya, bukan tidak mungkin ia bisa mencapai level yang lebih tinggi lagi. Berahino berhasil mengantar Burundi mencatat sejarah setelah melupakan the Three Lions. Sementara Zaha kini kembali diperebutkan kesebelasan-kesebelasan tenar Inggris setelah berstatus pemain tim nasional Pantai Gading.