Sejarah Lemparan ke Dalam di Sepakbola

Aturan lemparan ke dalam bukan tidak mungkin akan dihapuskan dalam waktu dekat. FIFA kabarnya akan mengubahnya menjadi tendangan ke dalam seperti dalam futsal.

Baca juga: Mengenal Aturan Lemparan ke Dalam di Sepakbola

Sejarah lemparan ke dalam bermula dalam aturan rugby pada 1834. Aturan ini diadopsi oleh FA pada 8 Desember 1863. Awalnya, bola boleh dilempar ataupun ditendang, tetapi opsi ditendang ini dihapuskan pada aturan versi final.

Ada hal yang berbeda dari aturan awal tersebut dengan aturan lemparan ke dalam yang kita kenal sekarang: (1) Bola diambil oleh tim yang terakhir kali menyentuh bola, (2) Bola dilempar dengan arah tegak lurus, dan (3) cara melempar bola tidak ditentukan spesifik.

Berkompromi dengan Aturan Sheffield

Pada 1867, Aturan Sheffield menyebut kalau bola diberikan kepada lawan tim yang terakhir menyentuh bola. Setahun kemudian, Aturan Sheffield mengubah “lemparan ke dalam” menjadi “tendangan ke dalam” dan penendang diperbolehkan mengumpankannya ke segala arah.

Pada 1873, berdasarkan usulan Nottingham Forest, FA merevisi bahwa bola lemparan ke dalam diberikan pada lawan dari tim terakhir yang menyentuh bola, tapi aturan lainnya tetaplah sama: bola dilempar tegak lurus.

Baru pada pertemuan FA 1875 dan 1876, klub-klub yang menggunakan Aturan Sheffield meminta FA mengubah soal lemparan ke dalam ini. Intinya, mereka ingin FA menggunakan Aturan Sheffield, termasuk mengubahnya menjadi “tendangan ke dalam” dan bebas diumpan ke segala arah.

Perdebatan panas terjadi dan tak ada keputusan yang dibuat. Baru pada 1877, Clydesdale FC, mengusulkan kompromi atas Aturan Sheffield, dengan mengadopsi aturan tersebut tapi bola tetap dilempar, bukan ditendang.

FA pun setuju dan Sheffield Association juga mau berkompromi. Hasilnya, lemparan ke dalam pada 1877 hampir sama dengan yang digunakan di era sepakbola sekarang ini.

Aturan Lemparan ke Dalam yang Terus Diperbarui

Lima tahun kemudian, terdapat perbedaan lemparan ke dalam di Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia. Ini terungkap dalam International Football Conference 1882: Skotlandia mengharuskan bola dilempar di atas kepala dengan dua tangan. Hasil dari konferensi ini adalah menyetujui dan menerapkan aturan lemparan ke dalam dari Skotlandia.

Dalam Laws of the Game, gol memang tidak diberikan bila dilakukan langsung dari lemparan ke dalam. Namun, pada 1882, aturan berubah dan menyatakan bahwa gol bunuh diri bisa disahkan dari lemparan ke dalam. Meski demikian, aturan ini tak berlangsung lama, karena pada 1898, segala gol dari lemparan ke dalam tidak bisa disahkan.

Berdasarkan aturan awal, pemain tidak mungkin offside saat menerima lemparan ke dalam. Alasannya karena bola dilemparkan tegak lurus, sementara pemain berbaris, atau mirip dengan lemparan di rugby.

Setelah aturan berubah di mana bola bisa dilempar ke segala arah, aturan offside mulai digunakan pada 1878. Akan tetapi aturan ini dihapuskan pada 1920 dan bertahan hingga sekarang: offside dikeucalikan dari lemparan ke dalam.

Soal Posisi Berdiri

Perubahan menarik lainnya adalah soal posisi berdiri sang pelempar. Di awal kemunculannya, pelempar harus berdiri dengan kedua kakinya di atas garis lapangan. Pada 1896 aturannya diperjelas menjadi “bagian tubuh manapun asalkan menyentuh garis lapangan”.

Lantas, pada 1925 aturannya berubah menjadi kedua kaki harus berdiri di luar garis lapangan. Tujuh tahun berubah lagi kemudian menjadi “kedua kaki bisa di dalam ataupun di luar garis lapangan”.

Soal posisi kaki ini akhirnya dipatenkan pada 1960 dan tidak berubah sampai sekarang: bagian kaki bisa di garis ataupun di luar garis, asalkan kakinya menapak ke tanah. Pelempar juga harus menghadap ke lapangan, dengan bola ada di belakang dan melewati kepala.

Yang Tidak Boleh Dilakukan Pemain

Sejak 2005, posisi lawan tidak boleh lebih dekat dari dua meter. Aturan ini dibikin soalnya FIFA mendapatkan laporan meningkatnya lawan yang segera menutup ruang lempar dengan berdiri sedekat mungkin dengan garis.

Sementara itu, sejak 1866, pelempar dilarang untuk menyentuh bola lagi sampai disentuh oleh pemain lain.

Kalau ada kesalahan dalam lemparan ke dalam, maka tendangan bebas tidak langsung diberikan. Baru pada 1931, kesalahan dalam melempar diberi hukuman dengan memberi lemparan ke tim lawan.

Pemain lawan yang membuat gestur mengganggu pelempar juga harus diperingatkan wasit atas perilaku tidak sopan. Pada 1997, hukumannya diperberat dengan pemberian kartu kuning.