Sejarah Nomor Punggung di Sepakbola

Foto: Fantasista10.co.uk

Di masa kini, menghubungkan nomor punggung dengan pemain tertentu memang masih lumrah. Seperti nomor “7” dengan Cristiano Ronaldo dan nomor “10” dengan Lionel Messi. Namun, mengidentikan nomor punggung dengan posisi pemain di lapangan agaknya akan sulit dilakukan.

Contohnya adalah menganggap semua nomor punggung “9” adalah penyerang tengah, dan pemain nomor “10” bermain di belakang striker. Pun dengan nomor “7” dan “11” yang menyisir sayap. Pasalnya, William Gallas pernah berkostum “10” dan berposisi sebagai palang pintu Arsenal. Pun dengan Jajang Mulyana yang bernomor “10” tapi kerjanya sebagai tukang jegal lawan di pos bek tengah.

Saat ini, mungkin yang masih setia antara nomor dan posisinya hanya kiper dan bek. Sisanya seperti acak. Ada pemain bernomor dua digit yang menjadi starter. Ada pula pemain bernomor kecil tapi cuma jadi penghangat bangku cadangan. Lantas, bagaimana sebenarnya sejarah nomor punggung di sepakbola?

Dikenalkan Herbert Chapman

Sejarah Nomor Punggung di sepakbola. Foto: Sportskeeda.com

Suatu malam pada 1928, publik dikejutkan dengan para pemain Arsenal yang mengenakan nomor punggung di kostumnya kala menghadapi Sheffield Wednesday. Nomor yang dikenakan para pemain berurutan dari 1-11, yang dimulai dari kiper, bek, gelandang, dan nomor 11 oleh penyerang sayap.

Ini penggunaan nomor punggung ini disebut-sebut dilakukan oleh sang pelatih, Herbert Chapman. FA kemudian mempermanenkan aturan penggunaan nomor punggung pada 1939.

Penomoran pemain sendiri dilakukan berdasarkan posisi di atas lapangan. Saat itu, Chapman menggunakan formasi W-M dengan 2 full-back, 3 half-back, dan 5 penyerang. Di barisan lima penyerang ini-lah mulai terlihat penomoran tradisional di sepakbola. 7 dan 11 untuk penyerang luar, 8 dan 10 untuk penyerang dalam, dan 9 untuk penyerang tengah.

Saat ini, untuk posisi pemain di lapangan memang terkesan acak. Namun, hal ini biasanya tidak berlaku di timnas. Soalnya, timnas yang berkompetisi di turnamen hanya membawa 23 pemain. Nomor pemain pun hanya berkisar antara 1-23.

Hal ini pernah menjadi tradisi di timnas Portugal setidaknya hingga Piala Eropa 2004. Ketika itu, para pemain utama akan mengenakan nomor 1-11, sementara sisanya dipastikan hanya menjadi pemain cadangan. Ini pernah menjadi kontroversi saat Cristiano Ronaldo diberikan nomor “17”. Padahal, ketika itu, ia digadang-gadang akan menjadi pemain besar dengan menggantikan David Beckham di Manchester United.

Ada cerita unik yang terjadi pada Pele. Di Piala Dunia pertamanya, ketika ia masih berusia 17 tahun, Pele sudah mengenakan nomor punggung “10” di timnas Brasil. Padahal, ketika itu Nomor “10” merupakan nomor keramat di sepakbola. Hanya pemain berpengaruh-lah yang biasanya mengenakan nomor ini.

Baca juga: 38 Fakta Pele

Di Piala Dunia 1958 tersebut, Federasi Sepakbola Brasil lupa mencantumkan nomor punggung pemain ketika mengirimkan daftar nama pemain yang dibawa ke Swedia. Anggota FIFA yang dari Uruguay berinisiatif untuk mengisi nomor punggung tersebut. Namun, ia justru memberikan nomor punggung 10 kepada Pele yang berstatus sebagai pemain cadangan. Ia juga memberikan nomor “3” untuk kiper Brasil.

Nomor Punggung Pesepakbola di Masa Peralihan

Foto: Planetfootball.com

Sepakbola terus mengalami perkembangan, terutama dalam hal taktikal. Ketika era WM sudah berakhir, mulai muncul formasi tiga bek, kemudian 4-4-2 yang seperti menjadi kewajiban buat klub-klub Inggris.

Pada formasi tiga bek, satu pemain di posisi half-back turun menjadi full-back, sehingga nomor punggung pun menjadi “2”-“5”-“3”. Dalam formasi empat bek, biasanya nomor punggung menjadi “2”-“4”-“5”-“3”.

Apabila menggunakan dua gelandang, biasanya kedua gelandang ini bernomor “6” dan “8”. Biasanya, gelandang nomor “6” berfungsi sebagai gelandang bertahan, dan “8” sebagai gelandang serang. Sementara itu, posisi pemain sayap masih dihuni nomor “7” dan “11”. Pemain nomor “10” dan “9” menjadi duet penyerang. Namun, biasanya pemain nomor “10” bermain agak sedikit di belakang nomor “9”.

Gambaran paling mudah dalam sejarah nomor punggung bisa dilihat dari Manchester United di era 1990-an. Gary Neville (3) di pos fullback kanan, Denis Irwin (2) di fullback kiri. David Beckham (7) di pos sayap kanan serta Ryan Giggs (11) di pos sayap kiri. Teddy Sheringham (10) bermain menyokong Andy Cole (9) sebagai penyerang. Capaian gol Sheringham lebih sedikit ketimbang Cole. Pada musim 1997/1998, Sheringham mencetak total 14 gol sementara Cole 25 gol.

Baca juga: Tidak Perlu Ciuman dalam Kencan Pertama Cristiano Ronaldo

Nomor Punggung di Sepakbola Masa Kini

Di masa kini, nomor punggung agaknya identik bukan lagi dengan posisi, melainkan dengan pemain itu sendiri. Contohnya, Cristiano Ronaldo dengan nomor “7”. Ia bahkan sudah punya brand yang dikenal secara luas dengan “CR7”. “MR 11” untuk Marco Reus, “R10” untuk Ronaldinho, hingga “Eleven” untuk Gareth Bale. Ini pula yang agaknya jadi alasan mengapa Cristiano Ronaldo teguh mengubah nomornya dari “9” ke “7” ketika pindah ke Real Madrid.

Salah satu alasan mengapa nomor punggung pemain kian acak adalah karena tidak ada aturan soal itu. Premier League sempat melakukannya pada 1993, tapi tak lagi dilakukan. Ini membuat pemain memiliki sejumlah alternatif apabila nomor keinginannya tidak bisa digunakan.

Misalnya Mario Balotelli yang mengenakan nomor “45” di Liverpool. Nomor tersebut merupakan yang ia gunakan ketika bersama Inter Milan. Pasalnya, pemain muda biasanya mengenakan di atas nomor “30”.

Alasan lainnya adalah aturan pergantian pemain yang diberlakukan. Inggris melakukannya pada 1965 dengan syarat pemain yang diganti cedera. Sejak diperbolehkannya pergantian pemain, maka aturan nomor 1-11 tidak berlaku lagi. Pasalnya, di lapangan akan ada pemain yang menggunakan nomor di luar 1-11. Selain itu, meregulasi agar pemain utama hanya menggunakan nomor 1-11 tidaklah penting. Karena ini akan sulit buat Claudio Ranieri di era melatih Chelsea yang kesulitan menentukan pemain di tim utama.