Wonderkid di gim simulasi manajer sepakbola macam Championship Manager atau Football Manager, memang memberikan sensasi tersendiri. Pasalnya, kita memerlukan perhatian khusus agar wonderkid ini bisa menjadi pemain bintang di masa depan.
Sebelumnya, ada nama Tonton Zola Moukoko yang menjadi sensasi di gim Championship Manager. Akan tetapi, kehidupannya di dunia nyata tak seindah di gim virtual. Berawal dari Akademi Derby County, Tonton akhirnya lebih banyak bermain di divisi bawah. Faktor keluarga yang menjadi alasannya.
Hebatnya, sejumlah wonderkid yang dirilis Football Manager, tak sedikit yang memang tampil bagus di dunia nyata. Lantas, mengapa Sports Interactive, pembuat gim Football Manager terus menerus mengeluarkan data soal wonderkid? Dari mana pula data tersebut berasal?
Football Manager memiliki tim pantau (scouting) yang begitu besar. Jaringannya bahkan hampir ada di seluruh dunia. Kini, jaringan tersebut sudah berdiri selama 28 tahun dan memberikan informasi buat si pembikin gim, Sports Interactive.
Tim ini, saat ini, sudah meneliti sekitar 2200 klub dari 116 divisi dari 51 negara. Mereka malah punya tim pantau di setiap klub di Premier League hingga Divisi Enam Liga Inggris. Sementara itu, 2000 klub dari divisi bawah, dicover dengan tingkatan yang lebih santai.
Direktur Sports Interactive, Miles Jacobson, menyebut kalau produknya telah menjadi “ensiklopedia sepakbola” dan melihat para pemain muda yang tampil impresif di gim sebelum jadi pemain bagus di dunia nyata, yang membuat gim ini terasa begitu nyata.
Baca juga: Tonton Zola Moukoko, Jelmaan Messi yang Gagal di Dunia Nyata
Cherno Samba adalah Kesalahan Data
Selain Tonton, ada pula nama Cherno Samba. Ia pernah menjadi superstar di gim Football Manager. Akan tetapi di kehidupan nyata, ia hanya bermain di tim papan bawah seperti Millwall, Plymouth, Wrexham, dan liga bawah negara-negara Skandinavia.
“Aku tahu pemain seperti Cherno Samba menjadi legenda, karena betapa bagusnya mereka di dalam gim, tapi gagal memenuhinya di dunia nyata. Buatkau, para pemain seperti itu hanyalah kesalahan data,” kata Jacobson.
“Kini, kami lebih banyak melakukan cek dan ricek ketimbang dulu kami melakukannya, lebih ke detail yang sangat kecil. Jadi, meskipun mereka begitu populer di kalangan penggemar, buatku mereka adalah hal yang kami perlu pastikan untuk tak terjadi lagi.”
“Sisi mental dari sepakbola mungkin adalah sesuatu yang tak bisa kami lakukan pemodelan dengan baik dan masih tak bisa kami lakukan sebagai kemampuan hingga sekarang. Namun, hal tersebut pasti hadir di sepakbola,” tambah Jacobson.
Sumber: Alex Bysouth dari BBC.