Gary Neville, Manchester City, dan Larangan Plastik di Kota Manchester

Foto: Standard.co.uk

Plastik adalah bagian peradaban modern. Plastik diambil dari kata dalam bahasa Yunani, ‘plastikos’ yang berarti mudah dibentuk.

Mulanya, penggunaan plastik dibentuk dari material alami. Namun seusai Perang Dunia I, banyak ilmuwan yang menciptakan material pembentuk plastik yang lebih murah dan efisien. Di antaranya Polyestrene, Polyvinyl Clhloride (PVC), dan juga Polyestrene, yang berperan menyumbang sebesar 34 persen dari total penggunaan plastik dunia.

Seiring bertambahnya penggunaan plastik yang akhirnya mencemari lingkungan, maka pembatasan bahkan pelarangan penggunaan plastik sekali pakai seperti sedotan, tas belanja (kresek), atau gelas plastik. Pencemaran plastik ini merupakan isu yang terus menerus digaungkan di era globalisasi seperti saat ini, terutama bagi masyarakat yang memiliki peradaban maju seperti di benua biru. Manchester sebagai kota yang dikenal sebagai salah satu pelopor kota industri sejak awal abad ke-19, tentu memiliki kepedulian berlebih akibat polusi yang ditimbulkan di masa lampau.

Hal itulah yang membuat Walikota Manchester (Greater Manchester), Andy Burnham, berinisiatif membuat konferensi yang bernama Green Summit. Konferensi ini adalah salah satu kampanye yang digagas oleh Burnham dan langsung direalisaikan saat ia terpilih sebagai walikota. Tujuannya, menjadikan Manchester sebagai salah satu pelopor kota hijau alias kota bebas polusi dan ramah lingkungan pada 2020 mendatang. Green Summit sendiri telah digelar pada bulan Maret 2018 lalu.

Menjadi kota besar yang bebas plastik bukanlah perkara mudah. Apalagi Manchester dengan populasi mencapai 2,5 juta penduduk dan menjadi kota yang paling sering dikunjungi turis ketiga setelah London dan Edinburgh (Skotlandia). Untuk itu, Andy Burnham dan Green Summit-nya perlu duta yang tepat untuk mengkampanyekan gerakan bebas plastik ini.

Peran Gary Neville Menumpas Plastik

Lucunya, ikon dan eks kapten Manchester United, Gary Neville menjadi salah satu dari duta gerakan “Manchester Bebas Plastik”. Inisiatif Gary Neville untuk maju mendukung gerakan ini  juga tak terlepas dari usaha yang ia lakoni setelah gantung sepatu, yakni di bidang perhotelan dan hospitality, bidang yang paling banyak menyumbang limbah plastik.

Ya, anda pasti tersenyum kecil  ketika menghubungkan kata “Manchester”, “Manchester United”, dan “Plastik”. Sedikit menengok ke belakang, Gary Neville pernah meminta idolanya, Noel Gallagher dari band Oasis untuk menandatangani gitar kepunyaannya. Namun apa yang akhirnya terjadi? Neville mendapati gitarnya dicoret-coret dengan tulisan “M.C.F.C” pada sekeliling gitar Ephiphone bercorak bendera Union Jack yang sempat ia posting pada laman twitternya.


Neville dan gerakan “Bebas Plastik”-nya akan mengundang tawa kecil bagi publik sepakbola. Karena seusai insiden tersebut, publik akan menganggap apa yang dilakukannya sebagai ‘sindiran’ kepada sang rival, Manchester City. The Citizens dianggap sebagai klub “plastik yag lahir dari uang minyak dari Timur Tengah.

“Plastik” Bernama Manchester City

Manchester City pun setidaknya berupaya untuk lepas dari predikat klub “plastik” ini. Sebagai bukti, mereka yang amat royal dengan belanja pemain tetapi sangat perhatian dengan pengembangan pemain muda. Pembangunan kompleks akademi Etihad Campus pada 2012 silam menjadi tonggak awal apa yang menjadi ucapan dari Sheikh Mansour di awal kepemilikannya di 2008 silam, “We are building structure for the future, not just a team of all stars.”

Sebelumnya, istilah klub ‘plastik’ di Liga Premier Inggris lekat dengan kesebelasan asal London, Chelsea. Perlahan imej tersebut memudar seiring kehadiran Manchester City yang lebih jor-joran berbelanja demi mengejar prestasi instan.

Menanjaknya performa Jadon Sancho di Bundesliga bersama Borussia Dortmund musim ini membuktikan kalau lulusan Etihad Campus sudah bisa diakui. Pemain muda lainnya seperti Rony Lopes di AS Monaco, Kelechi Iheanacho di Leicester City, juga Denis Suarez yang kini kembali ke Barcelona. Begitu pula dengan Phil Foden dan Brahim Diaz yang digadang-gadang akan menjadi bintang masa depan. Nama terakhir bahkan santer dikaitkan dengan Real Madrid di transfer musim dingin mendatang.

Baca juga: Tidak Semua Bisa Jadi Jadon Sancho

Plastik adalah cerminan dari kecenderungan manusia untuk bertingkah laku instan. Plastik juga menjadi bukti bahwa segala sesuatu yang mudah akan berdampak buruk di kemudian hari.

Akankah Manchester City bisa menuai buah dari usaha mereka untuk tidak menjadi instan? Atau malah Gary Neville yang akan menggigit jari karena klub kebanggaannya malah berubah menjadi klub yang memilih jalan instan layaknya plastik dengan rajin membeli pemain-pemain mahal? Mari kita berdoa untuk Gary Neville dengan usahanya membatasi plastik.