Kasus “Spy-gate” Leeds United: Bolehkah Memata-matai Lawan di Sesi Latihan?

Jeda musim dingin musim 2019 di ranah sepakbola Inggris dihiasi oleh fenomena yang ramai diperbincangkan media–media setempat. Pemberitaan yang biasanya didominasi oleh rumor transfer musim dingin mendadak tergantikan oleh berita tentang tertangkapnya seseorang yang tertangkap basah sedang memantau latihan salah satu klub di Divisi Championship.

Sosok yang namanya tidak diungkapkan tersebut (karena alasan penyelidikan pihak berwenang tentunya) ditengarai memata-matai sesi latihan tim yang dimanajeri Frank Lampard, Derby County. Pemuda tersebut saat tertangkap, tengah mengenakan pakaian kamuflase (camo), lengkap dengan teropong, tang pemotong kawat, serta topi kupluk (beanie). Penampilan yang sebenarnya mengundang tawa karena malah membuatnya tampil mencolok. Ketika ia diusir pulang, sang mata-mata lantas masuk kedalam blind van yang terdapat stiker klub Leeds United alias mobil operasional klub.

Hal tersebut sontak membuat heboh publik sepakbola Inggris. Apalagi, sehari setelah kejadian tersebut, Leeds memenangi pertandingan dengan skor 2-0. Usai laga tersebut, Lampard pada konferensi pers mengungkapkan kekesalannya atas kelakuan tim lawan yang menurutnya salah dan membuat dirinya kecewa.

“Mengetahui manajer lawan mengirimkan seseorang untuk memata-matai sesi latihan kami, saya percaya itu (perbuatan) salah. Saya selalu mengagumi Bielsa, tentang metode (melatihnya), bahkan saya punya buku tentangnya di rumah. Tapi ketika mengetahui hal ini, jika itu yang dia rasa dia butuhkan, itu jelas tidak (bisa diterima) untuk saya,”

“Saya pikir tidak dibenarkan di tingkat manapun dalam olahraga, untuk mengirim seseorang kedalam properti milik pribadi (dalam hal ini, klub)…” yang kemudian ditambah pernyataan kekecewaan Lampard. “Saya adalah penggemar berat Bielsa, tapi lebih baik tidak melatih daripada mengirimkan seseorang untuk memata-matai tim lawan” tambahnya.

Sementara menurut Bielsa, hal ini tidak melanggar peraturan apapun. Menurutnya, tidak ada peraturan yang menyebutkan sebuah tim dilarang “memantau” tim lawan yang hendak dihadapi. Begitu pula dengan kepolisian setempat yang menyatakan kalau pria yang bersembunyi di semak semak tersebut tidak dapat ditangkap dengan tuduhan apapun.


Bielsa mengakui bahwa “metode” ini sudah lama ia gunakan, termasuk saat ia menukangi timnas Argentina dan Cile di kualifikasi Piala Dunia, Olimpiade, maupun Copa Sudamerica. Dengan kata lain, akan sangat aneh apabila ia dijatuhi hukuman, sementara ia sudah melakukannya sejak lama.

Seperti yang sudah banyak orang ketahui, Bielsa adalah sosok inovatif sekaligus kontroversial. Sepak terjangnya dalam apa yang ia sebut “menganalisis” ini sebenarnya sudah banyak diketahui banyak pihak. Bahkan di kancah Eropa sekalipun. Pep Guardiola yang saat iu melatih Barcelona mengatakan bahwa Bielsa lebih banyak tahu tentang Barcelona ketimbang dirinya sendiri.

Baca juga: Marcelo Bielsa dan Kopi Gelombang Ketiga

Saat masih melatih Athletic Bilbao, Bielsa pernah secara terang-terangan memberi tahu Guardiola yang kala itu lawannya di Copa del Rey 2012 tentang kegiatannya menganalisis secara sangat mendalam (kata lain dari berlebihan) adalah untuk meredakan anxiety (kecemasan berlebih).

“Saya memberikan semua informasi yang saya lihat tentang Barcelona kepada Pep Guardiola. Dia mengatakan kamu (Bielsa) mengetahui lebih tentang Barcelona daripada saya. Saya melakukan ini untuk meredam kecemasanku,” jelasnya.

Sadar bahwa tindakannya mengundang kehebohan yang lebih jauh, Bielsa akhirnya menggelar konferensi pers dadakan di pusat pelatihan Leeds United, Thorp Arch, pada 16 Januari lalu. Dalam konferensi persnya, ia turut menampilkan sebuah presentasi PowerPoint selama 70 menit, lengkap dengan analisis tentang taktik dan hasil pertandingan Derby County hingga dua musim ke belakang, yang artinya jauh sebelum Frank Lampard menukangi kesebelasan berjuluk The Rams tersebut.

Lebih mencengangkan lagi, ia mengatakan kalau diriya sudah “memata-matai” latihan seluruh tim yang berlaga di musim ini! Menurut Bielsa, tiap klub membutuhkan masing-masing 360 jam untuk dianalisis. Benar-benar gila.

Kedalaman analisis adalah salah satu kelebihan Bielsa. Suatu hari, di awal karier kepelatihannya, ia pernah mengendarai sendiri mobil Fiat 147-nya dengan total jarak  sejauh lima ribu mil (8 ribu kilometer) hanya untuk menganalisis pemain dan kemudian mengadakan sesi trial.

Baca juga: Profesor Sepakbola Itu Bernama Marcelo Bielsa

“Saya akan memudahkan investigasi EFL (English Football League). Saya akan membuat ini menjadi mudah bagi mereka, dan berasumsi tindakan saya diamati dari posisi yang paling ekstrem,” ujarnya menjelaskan.

Sejauh ini Bielsa mampu mendongkrak penampilan Leeds yang sebenarnya bermaterikan 90 persen pemain musim lalu. Hingga kini The Whites masih bercokol di puncak klasemen English Championship.

Pendapat pandit sepakbola dan eks pemain

Kejadian yang terbilang langka di sepakbola Inggris ini mengundang banyak perhatian pandit yang merupakan pelatih top dan mantan pemain Liga Inggris.

Stasiun televisi SkySport dalam segmen The Debate yang menghadirkan eks pemain Manchester United, Andy Cole dan eks pemain Tottenham Hotspur, Tim Sherwood membahas ‘benar atau salahnya’ dari tindakan pelatih Leeds United tersebut. Cole bahkan mengatakan bahwa di level kontinental, Manchester United seringkali ditonton secara terbuka oleh scout atau pelatih lawan. Dan usaha memantau tim lawan bukanlah hal yang curang, karena seringkali pada saat bertanding, semua menjadi berbeda. Sehingga menurutnya, tidak ada advantage yang didapat.

Senada dengan Andy Cole, eks manajer Spurs, Tim Sherwood bahkan mengatakan yang dilakukan Bielsa tidak melanggar hal apapun, sebagaimana ia menjawab semua pertanyaan yang ditujukan kepadanya. Sherwood bahkan mengatakan tindakan Bielsa untuk menganalisis setiap tim sebagai ‘top drawer’. Istilah ini sering digunakan orang Inggris untuk menerangkan berkelas atau level tertinggi.

BT Sport juga membahas hal serupa dan mendatangkan eks pemain Leeds United, Rio Ferdinand, eks Chelsea Joe Cole, dan legenda Blackburn Rovers, Chris Sutton. Menurut  Joe Cole yang juga pernah bermain dan merangkap asisten pelatih di klub USL, Tampa Bay Rowdies, mengungkapkan bahwa tindakan ini hanyalah masalah kultur saja. “Saat saya berada di Tampa Bay, saya mengirim asisten untuk memantau latihan tim lain dari lapangan parkir. Saya tidak mengatakan bahwa di Inggris tindakan ini tidak dibenarkan, tapi di Amerika, hal ini terjadi setiap waktu dan begitu juga di Argentina,” ujarnya.

Baca juga: Liga Inggris adalah Liga Terbaik di Dunia?

Pep Guardiola, nama yang sepertinya sulit dipisahkan ketika membahas Marcelo Bielsa, juga turut berpendapat tentang hal ini. “Tidak ada manajer di dunia yang bekerja dengan informasi (sebanyak) ini, mereka (biasanya) menganalisa satu atau dua pertandingan,” ujarnya dalam konferensi pers Manchester City pada 19 Januari lalu.

Pun dengan cuitan legenda Inggris, Gary Lineker yang malah menunjukkan kekagumannya terhadap pelatih berkebangsaan Argentina tersebut.

Masalah Memata-matai Latihan Bukan Hal Baru di Sepakbola Inggris

Naiknya pemberitaan tentang persoalan memata-matai ini bukan hal yang baru.  Mengambil contoh dari apa yang dikeluhkan oleh tim kepelatihan Liverpool FC, kompleks latihan mereka yang terletak di Melwood kini dipagari oleh penghalang setinggi 4,5 meter.

Keluhan dari jajaran kepelatihan ini memuncak saat tim berjuluk The Reds ini masih diarsiteki Brendan Rodgers. Manajer berkebangsaan Wales tersebut mengeluhkan banyaknya penonton yang mengintip sesi latihan tertutup mereka dengan cara menaiki tong sampah di sisi dinding luar tembok kompleks latihan.

Meskipun hal tersebut menurut pendukung Liverpool adalah suatu bentuk keseruan tersendiri, namun bagi Rodgers dan jajarannya, itu merupakan suatu ‘celah’ yang bisa dimanfaatkan oleh “mata-mata” yang hendak mencari kelemahan Liverpool. Rodgers juga mengeluhkan seringnya terjadi kebocoran mengenai starting eleven yang disebabkan celah tersebut. Akhirnya, Rodgers meminta klub memasang layar penghalang sementara, sebelum akhirnya pengalang permanen diizinkan oleh dewan kota Liverpool pada 2015 silam.

Bila dibandingkan dengan tetangganya, Everton yang memiliki kompleks latihan yang jauh dari hiruk pikuk kota, kompleks Melwood milik Liverpool FC memang lebih memungkinkan ditonton oleh banyak orang. Merasa hal ini merupakan isu krusial, klub yang bermarkas di Anfield ini nantinya akan pindah ke kompleks akademi mereka yang berada di daerah Kirkby pada 2020 mendatang.

Persoalan memata-matai ini juga bahkan pernah mencapai tingkat yang serius. Pada 2014, Crystal Palace disinyalir telah mengetahui susunan starting XI dari Cardiff City dua hari sebelum kedua tim bertanding dan berakhir dengan kemenangan 2-0 Palace atas Cardiff. Saat itu Director of Football mereka, Iain Moddy ditengarai sebagai dalangnya meskipun ia membantah. Setelah dilakukan penyelidikan oleh Premier League, Crystal Palace dianggap melanggar peraturan b16 Premier League yang menyatakan bahwa “Setiap klub akan berperilaku (baik) terhadap sesama klub dan liga dengan menutamakan itikad baik.”

Palace akhirnya didenda tanpa disebutkan nominalnya secara terbuka oleh badan liga.

***

Sangatlah beralasan bagi Bielsa untuk memata-matai calon lawan-lawannya. Apalagi dengan kecemasan dan reputasinya sebagai the most analytical coach in the world. Begitupun kekecewaan Frank Lampard yang mungkin secara kultural tidak terbiasa dengan kegiatan pengintaian seperti ini. Selanjutnya, tinggal EFL-lah yang memutuskan apakah tindakan “luar biasa” ini dianggap sebagai tindakan ilegal atau tidak. Begitupun pelajaran yang bisa diambil oleh publik sepakbola disana.

Jika sepakbola diibaratkan peperangan, maka memata-matai tentunya sah-sah saja. Bila mengutip tulisan George Orwell yang kurang lebihnya: “Sepakbola adalah peperangan tanpa tembak-menembak,” lantas bagaimana bisa kalian berperang tanpa ‘memata-matai’ musuh?