Ada Apa dengan Keuangan PSSI?

Foto: PSSI.org

Kabar kurang menggembirakan datang dari timnas sepakbola perempuan Indonesia U-15. Mereka batal mengikuti kompetisi Piala AFF U-15 yang berlangsung pada 9-21 Mei 2019 mendatang di Thailand. Alasan dana disebut-sebut menjadi penyebab mereka batal untuk mengikuti kejuaraan yang akan berlangsung di kota Choburi tersebut.

“Asosiasi Federasi Indonesia (PSSI) menyebut kendala anggaran sebagai alasan mengapa mereka memutuskan untuk tidak ambil bagian dalam kompetisi tahun ini,” tutur AFF dalam situs resminya aseanfootball.org.

Mendengar kabar tersebut, PSSI langsung memberikan klarifikasi. Melalui Sekjen mereka, Ratu Tisha, keputusan PSSI tidak memberangkatkan tim U-15 bukan karena kesulitan dana, melainkan karena PSSI sedang memiliki adegan penting untuk timnas perempuan yaitu Liga 1 dan pemusatan latihan untuk mempersiapkan diri jelang Sea Games 2019 di Manila.

“Perwakilan dari FIFA sudah berada di Sawangan beberapa waktu lalu untnuk melihat persiapan timnas perempuan Indonesia. Kami sedang memprioritaskan diri untuk persiapan Liga 1 perempuan dan timnas perempuan senior menuju Sea Games. Selain itu, timnas perempuan kami juga sedang mengikuti fase kedua kualifikasi Olimpiade 2020 di Myanmar,” ujar Tisha seperti dikutiip dari detikSport.

“Kompetisi ini baru akan kami bangun rencananya pada bulan September. Kami akan memulainya sekurang-kurangnya enam tim Liga 1 yang akan berpartisipasi,” ujarnya menambahkan.

Setelah klarifikasi dilakukan, AFF kemudian merevisi pemberitaan mereka. Ketika kembali masuk dalam berita tersebut di situs resmi mereka, bagian yang menyebut kalau PSSI terkendala dana sehingga tidak bisa memberangkatkan timnas mereka, kini sudah dihapus. AFF justru menambah satu foto lagi sehingga kini dalam satu berita ada dua foto yang dipasang oleh federasi sepakbola Asia Tenggara tersebut.

Meski sudah membuat klarifikasi, namun berita kalau PSSI terkendala masalah dana sudah menyebar luas ke masyarakat. Hal ini membuat pencinta bola Indonesia menjadi semakin muak terhadap federasi yang baru saja ditinggal pemimpin mereka tersebut. Mereka kembali mempertanyakan kesungguhan PSSI untuk memajukan sepakbola Indonesia khususnya di sektor sepakbola perempuan yang kerap terasingkan.

Apalagi masalah ini identik dengan keuangan. Sesuatu yang cukup tabu untuk diungkap dalam lingkup sepakbola Indonesia. Dengan munculnya berita ini, opini masyarakat yang kerap menyebut kalau PSSI adalah organisasi korup dan penuh mafia justru semakin menguat. Belum lagi perbandingan antara kasus ini dengan aktivitas mereka yang gemar sekali memberikan denda kepada para kesebelasan yang ikut kompetisi di bawah naungan mereka.

Baca juga: Rekor Penonton Sepakbola Perempuan Akan Pecah di Inggris

Klub, Pelatih, Promotor, dan Mantan Ketua Umum

Bukan kali ini saja organisasi yang pertama kali dipimpin oleh Soeratin Sosrosoegondo ini terkena masalah yang identik dengan uang. Beberapa minggu sebelum kisruh tim Perempuan U-15, PSSI mendapat kabar buruk dari juara Liga 3, Persik Kediri. Macan Putih menagih hadiah juara Liga 3 yang mereka raih musim lalu. Menpora bahkan harus meminta tolong kepada PSSI untuk cepat melunasi tanggung jawab mereka.

“Kalau sudah menjadi hak Persik, apalagi menjadi juara Liga 3, saya kira PSSI harus membayarkannya,” kata Imam Nahrawi, seperti dikutip dari JawaPos.

Total PSSI belum membayarkan uang kepada Persik sebanyak 330 juta yang terdiri dari 300 juta uang juara Persik dan masing-masing 15 juta untuk dua pemain mereka, Galih Akbar Febriawan dan Septian Bagaskara yang meraih predikat pemain terbaik dan pencetak gol terbanyak.

“Semua jawaban yang kami dapat selalu sama yaitu sabar. Kami juga bingung, karena para pemain terus menagih uang hadiah yang sudah menjadi hak mereka sebagai juara Liga 3. Kami sudah melunasi bonus untuk mereka. Hanya hadiah dari PSSI saja yang belum,” kata Benny Setiawan, manajer Persik Kediri seperti dilansir dari Bolacom.

Selain Persik, PSSI juga masih berutang keapda PSCS Cilacap. Uang 150 juta yang menjadi hadiah mereka sebagai runner-up Liga 3 belum kunjung cair. “Belum turun juga hadiah yang kami raih. Sempat ada kabar kalau uang akan cair sebelum Piala Presiden. Namun hingga 8 besar, masih saja lewat,” kata Ketua Umum PSCS, Bambang Tujiatno pertengahan Maret lalu.

“Kami upayakan bagaimana caranya akan dibayar.

Tidak hanya kepada klub, PSSI dikabarkan mempunyai utang kepada beberapa individu. Saat bertanding pada Piala AFF U-22 di Myanmar beberapa waktu lalu, mereka diberitakan memiliki utang kepada pihak ketiga yang tidak diketahui namanya senilai 4,5 miliar rupiah. Uang itu digunakan untuk biaya akomodasi dan kebutuhan Witan Sulaiman dkk., selama di Myanmar.

“Sebetulnya bukan utang tetapi ada hamba Allah yang memberi talangan. Talangan itu bahasa kerennya, bahasa resminya kami berutang gitu. Jumlah utangnya sekitar 4,5 miliar,” kata Gusti Randa.

Tahun lalu, PSSI divonis kalah dan harus membayar utang kepada Ketua Umum sebelumnya, La Nyala Mattalitti, sebesar 13,9 miliar rupiah. Empat tahun sebelumnya, PSSI juga dikabarkan memiliki utang kepada promotor NineSport sebesar 2,1 miliar. Belum jelas apakah utang tersebut sudah dibayarkan atau masih sama seperti yang dialami Persik dan PSCS yaitu belum menerima sepeser pun.

Dalam diskusi sepakbola nasional bertema #PSSIHarusBaik pada 2018 lalu, Joko Driyono sempat menyebut kalau PSSI memiliki utang sebesar 30 miliar rupiah. Menurut orang yang akrab disapa Jokdri ini, nilai tersebut sudah menurun dari yang sebelumnya mencapai 70 miliar saat PSSI dan KPSI berseteru. Rincian utang tersebut antara lain adalah utang kepada mantan pelatih mereka Wim Rijsbergen dan Peter Huistra, serta utang terkait pengajuan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia di era kepemimpinan Nurdin Halid.

Semoga saja permasalahan anggaran yang mendera kubu PSSI bisa cepat selesai. Dengan menyelesaikan utang-utang mereka, terutama kepada para pemain yang hidupnya bergantung dari sepakbola, PSSI perlahan-lahan bisa menghapus citra mereka yang kini sudah buruk di mata masyarakat. Patut dinantikan gebrakan dari Ketua Umum untuk menyelesaikan masalah ini. Eh ngomong-ngomong, Ketua Umum-nya siapa ya?