Celtic telah dipastikan menjadi juara Scotland Premiership untuk ke-50 kalinya setelah tidak tersentuh di puncak klasemen 2018/2019 sejak pekan ke-17. Bersama rival abadi, Rangers, dua kesebelasan Old Firm itu sudah dipastikan menduduki dua besar Scotland Premiership 2018/2019.
Keduanya memang dikenal sebagai kesebelasan terbaik di Skotlandia. Celtic bahkan selalu menjuarai liga sejak 2011/2012. Namun, musim 2019/2020 ancaman baru datang. Bukan hanya Rangers yang terlihat stabil di bawah komando Steven Gerrard. Tapi juga Hibernian FC bisa jadi pesaing keduanya di 2019/2020.
Hibs baru empat kali menjadi juara liga. Gelar terakhir datang pada 1951/1952 dengan keunggulan empat poin dari Rangers. Sejak saat itu, prestasi terbaik mereka hanyalah peringkat dua klasemen di pertengahan tahun 70-an.
Hibernian perlahan turun menjadi kesebelasan papan tengah di Skotlandia. Mereka bahkan menghabiskan tiga musim (2014-2017) di divisi dua setelah terdegradasi sebagai peringkat 11 klasemen akhir 2013/2014. Untungnya perubahan dilakukan pada Februari 2019.
Hibs menunjuk mantan pemain akademi Manchester United, Paul Heckingbottom sebagai nakhoda mereka, menggantikan Neil Lennon. Perlahan tapi pasti, Hibernian naik dari posisi delapan klasemen ke peringkat lima.
Peringkat lima tidak membuat Hibernian masuk ke zona Eropa. Tapi itu sudah jadi posisi terbaik mereka sejak 2010/2011. Heckingbottom pun ingin melakukan transformasi. Ia ingin Hibs menjadi pesaing untuk Rangers dan Celtic.
“Saya selalu mendengar orang-orang mengatakan bahwa Celtic dan Rangers adalah klub terbaik di Skotlandia. Kita harus mengubah mental tersebut. Jangan terlalu menghormati mereka,” kata Heckingbottom.
Foto: Eurosport
“Mereka selalu merasa gelar juara adalah milik Celtic atau Rangers. Berjuang semaksimal mungkin sudah cukup bagi mereka. Tapi kita harus naik level. Memberikan perlawan pada dua kesebelasan Old Firm tersebut,” lanjutnya.
Nama Heckingbottom sebenarnya bisa dibilang kalah populer dibandingkan pendahulunya di Easter Road. Neil Lennon sudah empat kali menjuarai liga bersama Celtic. Dirinya juga menjadi sosok di balik keberhasilan Hibs promosi ke Premiership di 2016/2017. Namun, Heckingbottom memiliki sesuatu yang tidak dimiliki Lennon.
Pria kelahiran Barnsley, Inggris, ini dikenal sebagai spesialis League One di negaranya. Ia tiga kali membawa dua kesebelasan Inggris promosi ke Championship. Barnsley promosi dari League One pada 2005/2006 saat Heckingbottom masih menjadi pemain. Ini adalah kedua kalinya ia promosi setelah melakukan hal serupa bersama Sheffield Wednesday di 2004/2005.
Setelah pensiun dan menjadi manajer, Barnsley kembali diantarkan ke Championship pada 2015/2016. Reputasi Heckingbottom di League One membuat dirinya diminati oleh Leeds United. Sayangnya kondisi di Elland Road sedang tidak stabil, ia pun hanya memimpin the Peacocks dalam 16 pertandingan di 2018.
Tidak Peduli dengan Rekor
Foto: STV
Hibernian mengangkut Heckingbottom dari Inggris. Mantan pemain Gateshead itu pun membuktikan diri di Skotlandia. Salah satu kunci kegagalan Lennon di Hibernian adalah kualitas pemain. Pengamat sepakbola Skotlandia mengatakan Lennon kesulitan karena dia tidak memiliki pemain-pemain yang sesuai dengan karakternya.
Kualitas pemain tidak mempengaruhi Heckingbottom. Mungkin karena selama menangani Barnsley di Inggris, ia juga tidak memiliki banyak uang. Tak seperti Lennon di Celtic. “Para pemain di sini [Hibernian] telah menunjukkan keinginan mereka untuk maju. Tampil lebih baik lagi. Semua berkat kerja keras mereka sendiri,” kata Heckingbottom.
Pertama ditunjuk sebagai pengganti Lennon, Heckingbottom bisa membuat Hibernian tak terkalahkan di sembilan pertandingan beruntun. Meraih enam kemenangan dan tiga hasil imbang. Namun hal itu tidak membuat dirinya puas.
“Saya lebih baik menang delapan kali dan sekali kalah dibandingkan tidak terkalahkan di sembilan pertandingan. Saya tidak peduli dengan rekor ini. Kita harus dapat meraih poin sebanyak mungkin dan menyaingi Celtic,” kata Heckingbottom merespon rekornya.
Siap Saingi Old Firm
Foto: Pinterest
Hibernian bukan kesebelasan paling populer di Skotlandia. Mereka bahkan kalah populer dibandingkan Aberdeen. Steven Fletcher mungkin jadi pemain populer terakhir mereka. Dijual ke Burnley dengan dana 4,23 juta pauns di musim panas 2010.
Namun bersama Heckingbottom yang ambisius, Hibs bisa naik ke level berikutnya. Jadi pesaing Celtic dan Rangers layaknya Aberdeen yang sering merusak peta persaingan di Skotlandia. “Hecky [Heckingbottom] terlalu pintar untuk menjadi manajer,” kata Stuart McCall.
“Ia mempelajari semuanya saat masih menjadi pemain. Formasi, taktik, semua ditekuni sejak muda. Saya tidak bisa kehabisan pujian untuk dirinya, ” lanjut pria yang pernah main bersama Heckingbottom di Bradford City itu.
Genderang perang pun sudah ditabuhkan oleh Heckingbottom. Hibs kini berani bersaing memperebutkan pemain dengan Rangers dan Celtic. Untuk musim panas 2019, penyerang Queens Park FC, Michael Ruth siap didaratkan Heckingbottom ke Easter Road sebelum dua kesebelasan Old Firm tersebut.
Melihat kondisi sepakbola Skotlandia saat ini. Bagaimana Celtic sedang dalam masa transisi dan Rangers perlu merombak pemain-pemain indispliner mereka, tidak butuh waktu lama untuk menunggu kejayaan Hibs bersama Paul Heckingbottom.