Bermain 24 kali sepanjang Premier League 2018/2019, Mesut Ozil masih menjadi bagian penting di lini tengah Arsenal. Ia bahkan beberapa kali dipercaya menjadi kapten tim saat Laurent Koscielny absen di atas lapangan.
Meski hanya terlibat dalam tujuh gol, kontribusi Ozil menyumbang empat poin untuk the Gunners. Tanpanya, anak-anak asuh Unai Emery hanya akan meraih 66 poin sepanjang musim. Sama dengan Manchester United yang sempat tetatih-tatih sepanjang musim.
Namun Ozil tidak lagi seperti maestro lini tengah yang dilihat dunia di Piala Dunia 2010. Dulu saat mengantarkan Jerman ke semi-final Piala Dunia, Ozil adalah gelandang terbaik yang dimiliki oleh Der Panzer. Penampilannya selama di Afrika Selatan bahkan membuat Real Madrid menebus dia dari Werder Bremen dengan dana 18 juta euro.
Berhasil memenangkan semua piala yanga ada di Spanyol, ia kemudian diboyong Arsene Wenger ke Arsenal. Ozil adalah salah satu pembelian besar pertama Wenger di Emirates Stadium. Setelah dipaksa berhemat dua musim untuk menutupi dana pembayaran stadion, Ozil menjadi pembelian termahal Wenger dengan dana 47 juta euro.
Tapi dua musim pertama Ozil di London tidak sesuai ekspektasi. Ia disebut sebagai pemain malas dan apatis yang tidak bisa diandalkan di laga-laga besar. Kritik media-media Inggris itu kemudian dibayar pada 2015/16 dan 2016/2017 ketika Ozil menjadi arsitek utama the Gunners. Terlibat dalam 43 gol di Premier League dalam dua musim.
“Penampilan Arsenal menjadi sangat baik berkat Mesut Ozil. Setidaknya saat ia ada di lapangan,” kata Rob Draper dari Daily Mail. Menurut DW, performa mengesankan Ozil tersebut merupakan efek dari keberhasilan menjuarai Piala Dunia bersama Jerman pada 2014.
Sayangnya, empat tahun kemudian Ozil kembali menjadi fokus pembicaraan di Piala Dunia. Kali ini dengan alasan yang berbeda. Alasan negatif.
Efek Tim Nasional
Foto: ProSport
Menghadiri pertemuan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menjelang pemilu, Ozil dikritik suporter Der Panzer. Dirinya dihina dan dijadikan alat politik oleh kubu sayap kanan di Jerman. Tekanan dari publik itu bahkan membuat Ozil harus pensiun dari tim nasional.
“Saat menang Anda dianggap salah satu bagian dari Jerman. Tapi ketika kalah, Anda disebut imigran,” kata Ozil menjelaskan bahwa rasisme dan diskriminasi menjadi alasan utamanya mengakhiri karier dari Der Panzer.
Baca juga: Mesut Ozil dan Batas Perilaku Rasis yang Samar
Nakhoda Jerman, Joachim Low sempat memanggil kembali Ozil ke tim nasional. Tetapi panggilan itu ditolak oleh mantan pemain akademi Schalke. Ketika seorang pemain pergi dari tim nasional dan memilih fokus membela klub, biasanya penampilannya jadi lebih baik. Sayangnya, Ozil tidak melakukan hal yang sama.
Emery meminta Ozil untuk lebih mendominasi lagi di atas lapangan. Akan tetapi, karakter permainan Ozil sangatlah sederhana dan ia lebih memilih untuk tetap tenang saat bermain. Hal ini membuat dirinya harus bekerja keras.
“Orang-orang mungkin melihat saya sebagai pemalas. Kritik selalu ada sejak pertama saya bermain sebagai profesional. Hidup selalu ada naik dan turun. Saya hanya dapat memberi bukti di atas lapangan. Saya adalah pemain yang perfeksionis, jadi selalu berusaha untuk tetap tenang setiap kali bermain,” jelas Ozil.
Baca juga: Jerman Rasis, Mesut Ozil Pensiun dari Timnas
Perpecahan di Emirates
Foto: Evening Standard
Menurut Chas Newkey-Burden dari FourFourTwo, masalah Ozil di era Emery lebih kepada alasan taktik dan masalah cedera. Namun Emery melihatnya dengan berbeda. Ia merasa Ozil ingin memimpin Arsenal, tapi tidak bersikap seperti pemimpin di atas lapangan.
“Saat saya di PSG, Neymar adalah pemimpin klub. Sementara jika melihat Manchester City, Pep Guardiola jelas pemimpin di sana. Saya selalu tahu cara menempatkan diri di tiap kali masuk di dalam sebuah lingkungan atau kelompok tertentu,” aku Emery, seperti melempar kritik kepada Ozil.
Amy Lawrance dari Al-Awsat tak melihat koneksi apapun antara Emery dan Ozil. Hubungan keduanya buruk. Hurriyet dan Fanatik bahkan mengatakan bahwa ada sebuah perseturuan di antara Emery dan Ozil. Gelandang kelahiran 15 Oktober 1988 tersebut bahkan disebut menghina Emery setelah kekalahan Arsenal di final Europa League.
Hingga 6 Juni 2019, Ozil masih tercatat sebagai pemain Arsenal dengan kontrak hingga 2021. Namun, the Gunners kabarnya ingin menjual Ozil untuk mengurangi pengeluaran mereka. Apalagi setelah gagal lolos ke Liga Champions 2019/2020. Ozil yang tidak main sesuai keinginan manajer dan memiliki gaji 400.000 pauns per pekan tentu akan menjadi salah satu pemain yang ingin mereka jual.
Sayangnya, dengan standard gaji sebesar itu Arsenal kesulitan mencari peminat Ozil. Fenerbahce yang dikaitkan dengan Ozil bahkan langsung menolak rumor ketertarikan mereka karena tidak membayar gaji mantan pemain Real Madrid itu.
Entah ke mana Ozil akan melanjutkan kariernya, yang pasti dirinya sudah kehilangan status sebagai salah satu gelandang terbaik dunia. Sekarang, ia hanyalah mantan juara dunia dengan berbagai masalah di dalam ataupun luar lapangan.