Luis Enrique resmi meninggalkan kursi kepelatihan tim nasional Spanyol setelah absen dari tugasnya sejak Maret 2019. Lucho, sapaan Enrique, tak bisa menjalankan tugasnya karena masalah keluarga. Asosiasi Sepakbola Spanyol (RFEF) pun mempercayakan tugas Lucho ke asistennya, Robert Moreno.
Moreno sudah menangani La Furia Roja sejak bertemu Malta di ajang kualifikasi Piala Eropa 2020. ‘Debut’-nya itu berakhir dengan kemenangan berkat dua gol Alvaro Morata. Moreno belum pernah terkalahkan sejak mengambil alih tugas Lucho. Terakhir, Swedia dilumat 3-0 oleh Sergio Ramos dan kawan-kawan.
Tapi, seusai pertandingan Moreno mengatakan dirinya rindu kepada Lucho. Ingin melihat mentornya kembali ke mengasuh Spanyol. “Semoga laga ini adalah yang terakhir kalinya saya memimpin anak-anak,” aku Moreno.
Kenyataannya, pertandingan itu memang yang terakhir bagi Moreno. Terakhir kalinya ia menjabat sebagai asisten pelatih. “Kami tidak bisa memberi tahu lebih dalam lagi. Semua adalah keputusan Enrique. Dia ingin masalah yang dihadapi tetap privat. Kami menghargai hal itu,” kata Presiden RFEF Luis Rubiales. “Pintu kami akan selalu terbuka untuk dirinya,” tambah Rubiales.
Anak Didik Luis Enrique
Foto: Marca
Atas rasa hormat itu juga RFEF mempromosikan Moreno sebagai pelatih kepala. Meski ada nama lain yang lebih tenar seperti Jose Mourinho, Moreno merupakan tangan kanan Lucho selama karier manajerialnya. Entah itu di AS Roma, Celta Vigo, atau FC Barcelona, Moreno selalu ikut dengan Lucho.
Mereka hanya terpisah selama dua tahun. Tapi itu juga dengan restu Lucho. Saat Lucho meninggalkan Barcelona, dirinya meminta Juan Carlos Unzue untuk melanjutkan kerja di Camp Nou. Akan tetapi, pihak Blaugrana lebih memilih Ernesto Valverde.
Padahal Lucho ingin Unzue untuk membangun tim bersama Moreno. Dengan kedatangan Valverde, Moreno pun hengkang ke Celta Vigo. Membangun tim bersama Unzue seperti permintaan Lucho. “Saya tidak bisa bohong. Pasti ada pengaruh Lucho dalam cara saya melatih. Dasarnya sederhana, kita harus bisa menjaga kebugaran dan bermain cepat,” ungkap Moreno.
El seleccionador español esta noche, Robert Moreno, es también escritor. Y ha escrito cosas tan interesantes como "Mi “receta” del 4-4-2. Reflexión, desarrollo y aplicación práctica de una visión de este sistema" https://t.co/ReconlLKbU pic.twitter.com/KPitmVjtIh
— David Sánchez de Castro (@SanchezdeCastro) March 26, 2019
Ia pun tidak menutup peluang bahwa suatu saat nanti, dirinya akan meminta saran kepada Lucho. “Kita tetap tahu bahwa ada batasan yang harus dihargai. Tetapi Lucho sendiri sadar bahwa saya banyak belajar dari dirinya,” akunya.
Lahir L’Hospitalet pada 19 September 1977, Moreno sudah memulai karier sebagai pelatih sepakbola sejak masih berusia 26 tahun. Ia mungkin masih tergolong muda (41) untuk jadi kepala pelatih Spanyol. Namun, bukan berarti dirinya tak berpengalaman.
Moreno bahkan menuangkan ide dan pengalamannya itu dalam sebuah buku berjudul ‘Mi Receta del 4-4-2’, dalam bahasa Indonesia, ‘Resep 4-4-2 milikku’. Menurut Lucho, Moreno adalah pelatih yang ganas dan tidak cepat puas. “Moreno tidak pernah merasa puas. Selalu melihat masalah, rajin mencari dan menemukan solusinya. Pada dasarnya, Moreno tak bisa berhenti bekerja,” kata Lucho.
Sikap Moreno itu cocok untuk La Furia Roja yang performanya menurun sejak 2015.
Mirip Gareth Southgate
Foto: Strait Times
Dikenal atas kemampuannya menganalisa pertandingan dan mencari pemain yang tepat, Moreno merupakan sosok di balik pemanggilan Santi Cazorla dan Mario Hermoso ke tim nasional. Cazorla yang sudah absen lebih dari tiga tahun dari La Furia Roja dipanggil untuk menjalani kualifikasi Piala Eropa 2020. Bukan karena kasihan ataupun kekurangan pemain, tapi karena memang ia layak.
“Awalnya saya mengira mereka merasa kasihan. Saya sudah lama menderita cedera. Tapi ternyata itu tidak masuk pertimbangan. Saya dipanggil murni karena sepakbola,” ungkap Cazorla, terkejut. “Kami semua senang melihat performa Cazorla setelah sembuh. Dirinya adalah contoh bagi kita semua. Dia memang layak untuk kembali ke tim nasional,” tambah Moreno.
Moreno tidak melihat kesebelasan apa yang dibela pemainnya. Ia juga tidak peduli dengan jam terbang mereka di level klub. Baginya, jika pemain itu cocok dan bisa membantu tim nasional, mereka punya peluang untuk dipanggil. Contohnya, Isco.
Jam terbang Isco di Real Madrid menurun pada 2018/2019. Dirinya lebih banyak duduk di bangku cadangan sebelum Zinedine Zidane kembali ke Santiago Bernabeu. Namun, Moreno tetap memanggilnya. “Dia adalah pemain terbaik di posisinya. Andai kata dirinya bukanlah pemain Spanyol, kami tetap mendaftarkan dia sebagai pemain naturalisasi,” kata Moreno.
Sikap Moreno ini mirip dengan Gareth Southgate di Inggris dan lihatlah bagaimana kondisi the Three Lions. Padahal Southgate juga bukan pelatih kawakan. Sebelum menangani Dele Alli dan kawan-kawan, ia hanya pernah mengasuh Middlesbrough dan tim U21 Inggris.
Sebagai pemain Southgate juga tidak pernah membela tim enam besar Premier League. Tapi optimisme Inggris di bawah komando Southgate lebih besar dibandingkan saat diasuh Fabio Capello atau Kevin Keegan.
Kapten tim nasional Spanyol Sergio Ramos bahkan ikut memberi restu kepada Moreno. “Dia mungkin hanya menangani tim ini hingga Luis Enrique kembali. Tapi dirinya memang mampu dan layak untuk menjadi pelatih kami,” kata Ramos.