Zinedine Zidane membuat keputusan besar saat Real Madrid menjamu Granada di pekan ke-delapan La Liga 2019/2020. Terlepas dari hasil apapun yang mereka dapat, laga ini mempertemukan dua tim terbaik dalam dua bulan pertama liga. Untuk pertandingan sebesar itu, Zidane tidak membawa Thibaut Courtois dalam daftar pemainnya. Bukan hanya diminta duduk di bangku cadangan. Dia tidak dibawa!
Zidane memanggil Diego Altube dan Javier Belman untuk melapisi Alphonse Areola. Kemampuan Areola sendiri sebenarnya tidak perlu diragukan. Sebelum mendarat di Santiago Bernabeu, ia pernah membuat Kevin Trapp dan Salvatore Sirigu kehilangan tempatnya sebagai nomor satu Paris Saint-Germain (PSG). Penjaga gawang legendaris sekelas Gianluigi Buffon pun harus duduk di bangku cadangan karena Areola.
Apalagi setelah Courtois kebobolan dua kali melawan Club Brugge. Melakukan blunder di turnamen sebesar Liga Champions. Sangat mudah untuk Zidane memilih Areola dibandingkan penjaga gawang Belgia tersebut. Courtois keluar di babak kedua pertandingan itu bersama Marcelo dan Real Madrid berhasil menyelamatkan satu poin.
Marcelo juga tidak dibawa untuk pertandingan melawan Granada. Tapi kondisinya berbeda. Andaikan Marcelo tak mendapat kesempatan kedua, semua pencapaiannya selama 10 tahun lebih sudah cukup untuk meninggalkan memori positif di Bernabeu. Courtois? Sejak pertama didaratkan pun dirinya sudah diragukan oleh suporter Los Blancos.
Mengorbankan Keylor Navas
FOTO: AS
Courtois jadi alasan mengapa Keylor Navas ditendang dari Bernabeu. Padahal untuk beberapa pihak, Navas masih cukup layak jadi nomor satu Real Madrid. “Navas tidak layak mendapat perlakuan seperti ini. Penampilannya tidak buruk. Ia jadi seperti kehilangan suara karena hal ini. Navas tidak pernah lagi berteriak saat menjaga gawang. Teriakan itu diluapkan di dalam hati,” kata gelandang Kosta Rika, Celso Borges.
Masalahnya, Courtois didatangkan dengan dana yang cukup besar di musim panas 2018. Real Madrid menggelontorkan 35 juta Euro untuk jasanya. Pengeluaran terbesar Los Blancos sepanjang 2018/2019, mengingat Vinicius Junior sudah lebih dulu ditebus setahun sebelum diperkenalkan di Bernabeu.
Courtois sebenarnya datang dengan reputasi tinggi. Ia sudah menunjukkan eksistensinya sejak masih membela Atletico Madrid. Real Madrid juga sudah bertahun-tahun mencari penjaga gawang baru dan setelah gagal mendatangkan De Gea, Courtois terlihat seperti pilihan masuk akal.
Mantan pemain binaan KRC Genk itu dua kali menjuarai Premier League bersama Chelsea. Mengangkat piala La Liga juga bersama Rojiblancos. Memiliki penghargaan Zamora dan sarung tangan emas sebagai bukti kualitasnya. Sayang, terkadang apa yang tertulis di atas kertas tidak memberi gambaran penuh.
Rentan Sendirian
FOTO: Sportinfo
Jika menarik kembali ingatan ke masa-masa Courtois bersinar bersama Atletico Madrid dan Chelsea, sebenarnya ia sangat terbantu dengan pertahanan kedua tim tersebut. Ia ada di paling belakang dari barisan tim yang dibentuk dengan sistem defensif Diego Simeone, Jose Mourinho, dan Antonio Conte.
Membuka catatan Premier League 2014 hingga 2018, jumlah penyelamatan Courtois sebenarnya tak begitu menonjol. Dalam periode empat musim itu, Courtois tak pernah masuk 10 besar penjaga gawang dengan penyelamatan terbanyak. Bahkan sempat duduk di peringkat ke-18 di 2015/2016.
De Gea yang menguasai mistar gawang Asosiasi Pemain Profesional Inggris (PFA) juga sebenarnya bukan yang terbaik. Tapi setidaknya jumlah penyelamatannya selalu membuat dia ada di 10 besar. Posisi paling buruk De Gea adalah peringkat sembilan (2015/2016) dengan 83 penyelamatan semusim. Sementara posisi paling tingginya adalah peringkat lima dengan 115 penyelamatan.
Bahkan, selama membela Atletico Madrid sekalipun, Courtois bukanlah penjaga gawang yang aktif melakukan penyelamatan. Selama tiga musim membela Rojiblancos, hanya satu musim namanya tercatat sebagai penjaga gawang terbaik liga (2012/2013).
Pada musim pertamanya (2011/2012), sembilan nama tercatat melakukan penyelamatan lebih banyak dari Courtois. Sementara di musim terakhirnya, Courtois duduk di peringkat empat. Kalah dari Claudio Bravo, Esteban Suarez, dan Willy Caballero.
Waktu datang ke Real Madrid, Courtois akhirnya terlihat lemah. Beda dengan tim yang pernah ia bela sebelumnya, Los Blancos lebih fokus untuk menyerang dibanding bertahan. Hampir semua pemain lini belakang mereka ikut membantu lini depan. Apalagi sisi sayap seperti Marcelo dan Dani Carvajal.
***
Mungkin memang lebih pantas De Gea yang ditarik Real Madrid. Bukan Courtois. Beruntung Los Blancos bisa merekrut Areola dari PSG. Setidaknya, Areola sudah terbiasa dengan lini belakang yang terekspos. Main di belakang Dani Alves, Layvin Kurzawa, Maxwell, dan David Luiz tentu pengalaman yang menarik. Tapi tidak mudah.
Dengan Zidane melengserkan nomor satu dari Courtois, ini adalah kesempatan Areola untuk membuat namanya semakin besar. Jika ia berhasil melakukan hal itu, bukan tidak mungkin dirinya akan menjadi nomor satu Real Madrid pada 2020/2021. Dilapisi Andriy Lunin dan Luca Zidane. Sementara Courtois pada akhirnya dibuang dan dilupakan.